Vaksin Penguat Jadi Syarat Perjalanan dan Kegiatan Masyarakat
”(Vaksinasi) dosis ketiga ini akan dipersyaratkan untuk berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak dan juga untuk berbagai perjalanan," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menghadapi pandemi Covid-19 yang belum usai. Masyarakat diminta tetap menjalankan protokol kesehatan, terutama menggunakan masker, dan segera mendapatkan vaksinasi penguat guna menjaga antibodi dalam tubuh. Vaksinasi dosis ketiga juga akan dijadikan syarat perjalanan dan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak.
”(Vaksinasi) dosis ketiga ini akan dipersyaratkan untuk berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak dan juga untuk berbagai perjalanan. Jadi, tadi arahan Presiden untuk di bandara disiapkan vaksinasi dosis ketiga,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keterangan pers terkait hasil rapat evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (4/7/2022).
(Vaksinasi) Ddsis ketiga ini akan dipersyaratkan untuk berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak dan juga untuk berbagai perjalanan. Jadi, tadi arahan Presiden untuk di bandara disiapkan vaksinasi dosis ketiga.
Di sesi tanya jawab, Airlangga menuturkan, satuan tugas penanganan Covid-19 sudah mengeluarkan surat edaran bahwa vaksinasi dosis ketiga diwajibkan untuk kegiatan keramaian. Vaksin dosis ketiga dikaitkan dengan izin keramaian.
Airlangga menuturkan, dalam rapat terbatas Presiden Jokowi mengingatkan bahwa aplikasi Peduli Lindungi di berbagai tempat untuk terus diperketat atau tidak boleh kendur. ”(Hal ini) karena beberapa tempat termonitor agak kendur. Jadi, ini yang harus ditingkatkan lagi karena tadi diingatkan bahwa beberapa negara masih tinggi. Jadi, pandemi belum usai,” katanya.
Saat menyampaikan keterangan pers, Airlangga menuturkan, apabila dilakukan perbandingan beberapa negara, secara 7-day moving average, Amerika Serikat masih 116.304 kasus, Australia 32.116 kasus, India 16.065 kasus, Singapura 8.266 kasus, Malaysia 2.384 kasus, Thailand 2.278 kasus, dan Indonesia 1.939 kasus.
”Secara kasus harian, per 3 Juli Indonesia ada 1.614 kasus. Dan kita lihat bahwa kasus tersebut, tentunya, masih di bawah positivity rate WHO yang di 5 persen,” katanya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, berdasarkan hasil diskusi dengan para epidemiolog, kenaikan kasus yang terjadi hampir di seluruh dunia, baik negara di Eropa, Amerika, maupun Asia, disebabkan kekurangwaspadaan serta terlalu terburu-buru mengendurkan protokol kesehatan dan vaksinasi.
”Oleh karena itu, pesan pertama yang perlu disampaikan adalah bahwa agar prokes yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu tetap menggunakan masker kalau di dalam ruangan, kalau ada kerumunan, atau kondisi badan kita tidak sehat, dan kita bebas untuk tidak menggunakan masker kalau di ruangan terbuka, itu secara konsisten kita jalankan,” kata Budi.
Vaksin meningkatkan antibodi
Menkes Budi menuturkan bahwa vaksinasi booster atau penguat memang terbukti dapat meningkatkan kadar antibodi di tubuh. ”Sero survei terakhir di bulan Maret menunjukan antibodi kita masih tinggi. Jadi, kalau (di) Desember kita sero survei antibodinya 400 sampai 500-an itu sudah dimiliki oleh 88 persen populasi, di bulan Maret kemarin kita sero survei 99 persen populasi sudah memiliki antibodi di level 3.000 sampai 4.000-an. Jadi, jauh lebih tinggi,” katanya.
Survei ketiga mulai Senin ini dijalankan dan hasilnya diharapkan dapat keluar dalam sebulan. Hal ini agar pemerintah dapat mengambil kebijakan tepat mengenai protokol kesehatan dan vaksinasi.
”Pesannya adalah tetap jalankan protokol kesehatan, terutama terkait masker, dan percepat juga booster-nya agar antibodi kita tetap tinggi,” ujar Budi.
Pesannya adalah tetap jalankan protokol kesehatan, terutama terkait masker, dan percepat juga booster-nya agar antibodi kita tetap tinggi.
Dia menuturkan, Presiden Jokowi juga memberikan arahan untuk mencari pendekatan-pendekatan sosial yang inovatif agar masyarakat Indonesia bersemangat untuk mendapatkan vaksin penguat. Sebagai contoh, orang tua dulu susah sekali atau enggan untuk divaksinasi. Namun, begitu vaksinasi menjadi syarat untuk masuk mal, mereka pun bersedia divaksin sebab senang mengantar cucunya ke mal.
”Orang Indonesia kan perlu hal-hal, pendekatan-pendekatan sosial yang inovatif seperti itu,” ujar Budi.
Apabila dalam tiga bulan ke depan pandemi Covid-19 dapat dijaga dengan lebih baik, menurut Budi, masyarakat akan lebih percaya diri untuk beraktivitas di luar rumah. Hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi nasional.
Jadi, lebih baik waspada tapi menjaga momentum kegiatan ekonomi, daripada kita terburu-buru dan terlampau cepat akibatnya akan mengurangi confidence dari masyarakat untuk beraktivitas kembali dan nanti akan memperlambat juga laju ekonomi kita.
”Jadi, lebih baik waspada tapi menjaga momentum kegiatan ekonomi, daripada kita terburu-buru dan terlampau cepat akibatnya akan mengurangi confidence dari masyarakat untuk beraktivitas kembali dan nanti akan memperlambat juga laju ekonomi kita,” kata Menkes.