Tidur Siang Meningkatkan Risiko Hipertensi dan Stroke
Tidur siang secara teratur sering dilakukan banyak orang. Padahal, tidur siang berlebihan meningkatkan risiko hipertensi dan stroke.
Oleh
EVY RACHMAWATI
·5 menit baca
Tidur siang selama ini menjadi kebiasaan banyak orang. Apalagi, pada masa pandemi Covid-19, masyarakat terdampak pembatasan sosial sehingga lebih banyak berada di rumah. Namun, studi terbaru menunjukkan tidur siang secara teratur dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengalami hipertensi dan stroke.
Tidur siang pada waktu yang salah atau terlalu lama menjadi bumerang. Menurut artikel di laman Mayo Clinic, tidur siang sebenarnya menawarkan berbagai manfaat bagi orang dewasa sehat, antara lain relaksasi, mengurangi kelelahan, suasana hati membaik, serta memperbaiki kinerja dan memori.
Namun, tidur siang bukan untuk semua orang. Beberapa orang tidak bisa tidur di siang hari atau mengalami kesulitan tidur di tempat selain tempat tidur mereka sendiri. Tidur siang juga bisa berdampak negatif, seperti inersia tidur atau pusing dan bingung setelah bangun tidur siang serta masalah tidur di malam hari.
Sementara itu, dalam studi yang diterbitkan di Hypertension, jurnal American Heart Association, para peneliti di China meneliti apakah sering tidur siang bisa menjadi faktor risiko seseorang mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi ataupun stroke.
Hal ini merupakan studi pertama yang memakai kedua analisis observasional peserta dalam jangka waktu lama dan pengacakan Mendel, validasi risiko genetik untuk menyelidiki apakah sering tidur siang berhubungan dengan tekanan darah tinggi dan stroke iskemik.
”Hasil ini sangat menarik karena jutaan orang mungkin menikmati tidur siang yang teratur, atau bahkan setiap hari,” kata E Wang, PhD, MD, profesor dan Ketua Departemen Anestesiologi di Xiangya Hospital Central South University, yang juga penulis studi, sebagaimana dikutip Sciencedaily, Senin (25/7/2022).
Para peneliti memakai informasi dari Biobank Inggris, basis data biomedis besar dan sumber daya riset berisi informasi genetik, gaya hidup, dan kesehatan warga di Inggris. Biobank Inggris merekrut lebih dari 500.000 peserta berusia antara 40 dan 69 tahun di Inggris antara tahun 2006 dan 2010.
Para peserta studi secara teratur memberikan sampel darah, urine, dan air liur, serta informasi teperinci tentang gaya hidup mereka. Survei frekuensi tidur siang terjadi empat kali pada periode tahun 2006 sampai dengan 2019 di antara sebagian peserta UK Biobank.
Tim peneliti mengecualikan catatan mereka yang mengalami stroke ataupun hipertensi sebelum riset dilakukan. Hal ini menyisakan sekitar 360.000 partisipan untuk dianalisis kaitan tidur siang dan laporan pertama kali terkena stroke atau hipertensi, dengan rata-rata tindak lanjut 11 tahun. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan frekuensi tidur siang yang dilaporkan sendiri.
Studi ini menemukan persentase lebih tinggi pada orang yang biasa tidur siang. Mereka adalah laki-laki, memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan lebih rendah, merokok, minum alkohol tiap hari, insomnia, mendengkur, dan suka tidur malam dibandingkan orang yang tidak pernah atau kadang-kadang tidur siang.
Jika dibandingkan dengan mereka yang dilaporkan tidak pernah tidur siang, para partisipan yang tidur siang secara teratur memiliki risiko terkena hipertensi 12 persen lebih tinggi dan risiko terserang stroke 24 persen lebih tinggi kemungkinan terkena stroke.
Adapun partisipan berusia kurang dari 60 tahun dan biasa tidur siang memiliki risiko 20 persen lebih tinggi terkena hipertensi daripada orang di usia sama yang tak tidur siang. Setelah usia 60 tahun, orang yang biasa tidur siang punya risiko hipertensi 10 persen lebih tinggi daripada orang yang tak pernah tidur siang.
Sementara hasil pengacakan Mendelian menunjukkan jika frekuensi tidur siang meningkat satu kategori (dari tak pernah jadi kadang-kadang atau kadang-kadang menjadi biasanya) risiko tekanan darah tinggi naik 40 persen. Frekuensi tidur siang lebih tinggi terkait kecenderungan genetik risiko hipertensi.
”Hal ini kemungkinan karena banyak orang tidur siang karena kurang tidur di malam hari. Tidur buruk saat malam terkait kesehatan lebih buruk dan tidur siang tidak cukup untuk menebusnya,” kata Michael A Grandner, pakar tidur dan rekan penulis skor kesehatan kardiovaskular di American Heart Association.
Kesehatan jantung
”Studi ini memperkuat temuan lain yang menunjukkan tidur siang lebih banyak mencerminkan peningkatan risiko masalah kesehatan jantung dan masalah lainnya,” kata Grandner yang juga Direktur Program Riset Kesehatan Tidur dan Klinik Pengobatan Tidur Perilaku serta profesor psikiatri di University of Arizona.
Para penulis merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut hubungan pola tidur sehat, termasuk tidur siang, dan kesehatan jantung. Namun, riset ini memiliki keterbatasan di antaranya hanya mengumpulkan frekuensi tidur siang dan bukan durasi tidur, serta frekuensi tidur siang dilaporkan sendiri.
”Mereka tidak mendefinisikan apa itu tidur siang. Jika Anda akan tidur selama satu jam, dua jam, misalnya, itu tidak benar-benar tidur siang,” kata spesialis tidur Dr Raj Dasgupta, profesor kedokteran klinis di Keck School of Medicine di University of Southern, California, sebagaimana dikutip CNN, Senin (25/7/2022).
Studi ini memperkuat temuan lain yang menunjukkan tidur siang lebih banyak mencerminkan peningkatan risiko masalah kesehatan jantung dan masalah lainnya.
”Tidur siang menyegarkan selama 15-20 menit pada tengah hari hingga pukul dua siang merupakan cara tepat jika Anda kurang tidur,” kata Dasgupta, yang tak terlibat studi itu. Jika seseorang menderita insomnia kronis, ia tak dianjurkan untuk tidur siang karena hal itu menghilangkan dorongan tidur di malam hari.
Dalam studi itu, mayoritas partisipan yang sering tidur siang merokok, minum minuman beralkohol tiap hari, mendengkur, dan menderita insomnia. Berbagai faktor itu memengaruhi mutu dan kuantitas tidur. ”Tidur yang buruk menyebabkan kelelahan berlebihan di siang hari yang mengakibatkan tidur siang berlebihan,” katanya.
Meski demikian, ia menyakini tidur siang menjadi alarm gangguan tidur pada individu tertentu. Gangguan tidur terkait dengan peningkatan stres dan hormon pengatur berat badan yang bisa memicu obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes tipe dua, semua masalah itu menjadi faktor risiko penyakit jantung.