Mahasiswa Didorong Berkontribusi dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Generasi muda, termasuk mahasiswa, menjadi tulang punggung pembangunan bangsa di masa depan. Oleh karena itu, mahasiswa didorong berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan sejak 2015.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda, termasuk mahasiswa, menjadi tulang punggung pembangunan bangsa di masa depan. Oleh karena itu, mahasiswa didorong berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals yang telah dicanangkan negara-negara di dunia sejak 2015.
Pesan kontribusi itu disampaikan kepada mahasiswa penerima beasiswa program Transformasi Edukasi untuk Melahirkan Pemimpin Masa Depan (Teladan) Tanoto Foundation. Beasiswa ini merupakan pengembangan kepemimpinan yang dirancang untuk menyiapkan pemimpin masa depan Indonesia dengan beragam keterampilan.
”Kami mendorong riset-riset mahasiswa (penerima beasiswa) memuat unsur-unsur Sustainable Development Goals(SDGs) dan berdampak terhadap lingkungan sekitar,” ujar Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation Aryanti Savitri dalam Tanoto Scholars Gathering, Kamis (28/7/2022).
SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan mencakup 17 tujuan dengan 169 capaian. Beberapa tujuan tersebut di antaranya penanggulangan kemiskinan, mengakhiri kelaparan, menerapkan hidup sehat, pendidikan berkualitas, kesetaraan jender, menjamin akses air bersih dan sanitasi layak, penggunaan energi bersih, serta mengurangi kesenjangan.
Aryanti menuturkan, mahasiswa diminta memasukkan isu SDGs dalam proposol penelitian yang diajukan. Namun, pihaknya tidak mematok pada tujuan tertentu sehingga membebaskan pilihan tujuan SDGs kepada penerima beasiswa.
”Kami sebagai katalisator bagi mahasiswa untuk berinovasi dengan membuat prototipe yang beragam. Penelitian itu tidak hanya berguna bagi mereka, tetapi juga orang lain di sekitarnya,” ucapnya.
Selain dukungan finansial, beasiswa itu memberikan pelatihan kepemimpinan. Setelah menyelesaikan kuliah, penerima beasiswa tidak terikat kontrak atau komitmen kerja dengan pihak Tanoto Foundation.
”Tidak ada ikatan kerja atau kontribusi balik. Yang penting, mereka bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. Di kampus pun mereka bermitra dengan unit kegiatan mahasiswa dan warga di sekitarnya,” jelasnya.
Muhammad Luthfi, salah satu penerima beasiswa Teladan, mengatakan, konsep pembangunan berkelanjutan diperlukan untuk mendukung keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu, menurut dia, paradigma pembangunan kota tidak harus mengikuti konsep metropolitan di negara-negara Barat yang mengedepankan bangunan bertingkat.
IKN juga mengusung konsep ‘Kota 10 Menit’. Artinya, dalam 10 menit, penduduk dapat menjangkau sejumlah fasilitas umum, seperti kesehatan, pendidikan, dan belanja. (Bambang Susantono)
”Indonesia tidak perlu ikut-ikutan. Seharusnya pembangunan memasukkan unsur hijau agar mendukung kualitas kehidupan di masa depan,” katanya.
Tanoto Scholars Gathering juga menampilkan sejumlah pembicara di berbagai bidang, salah satunya Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono. Ia menuturkan, kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan tidak hanya dalam pekerjaan, tetapi juga gagasan. Pembangunan IKN menerapkan konsep berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan penggunaan energi bersih.
Luas IKN sekitar 256.000 hektar atau hampir empat kali lipat luas DKI Jakarta. Kota tersebut diproyeksikan untuk 1,7 juta-1,9 juta penduduk.
”Yang menarik dari IKN adalah 65 persen wilayahnya tetap menjadi hutan. Sebesar 25 persen yang dibangun dan 10 persen untuk area pertanian,” jelasnya.
Bambang menambahkan, IKN juga mengusung konsep ”Kota 10 Menit”. Artinya, dalam 10 menit, penduduk dapat menjangkau sejumlah fasilitas umum, seperti kesehatan, pendidikan, dan belanja.
”Harapannya, dalam 10 menit, seseorang tidak perlu menggunakan kendaraan, cukup berjalan kaki, untuk mencapai tujuan atau (mengakses) kebutuhan sehari-hari,” ucapnya.