Akses kuliah untuk anak muda Indonesia masih terbatas karena kendala biaya kuliah, terutama yang berasal dari keluarga tidak mampu. Beasiswa kuliah dari pemerintah lewat KIP Kuliah menyelamatkan mimpi banyak anak muda.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Kesempatan meraih gelar sarjana untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik masih menjadi mimpi bagi sebagian besar anak muda. Biaya kuliah dengan besaran jutaan rupiah setiap semester masih belum terjangkau bagi para calon mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.
”Saya sangat ingin kuliah ketika lulus SMA (sekolah menengah atas). Tapi tra (tidak) mungkin orangtua bisa terus-menerus membayar uang kuliah Rp 1,6 juta per semester. Hanya dengan beasiswa, saya bisa kuliah,” cerita Yohana G Windesi, di Universitas Cenderawasih (Uncen), Jayapura, Papua, Selasa (14/6/2022).
Yohana merupakan salah seorang dari hampir 600 mahasiswa Uncen yang mendapat bantuan biaya kuliah dari program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Merdeka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Beasiswa ini memberikan bantuan biaya kuliah sesuai uang kuliah tunggal (UKT) dan biaya hidup untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu hingga lulus kuliah meraih gelar sarjana di perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Saya sangat ingin kuliah ketika lulus SMA (sekolah menengah atas). Tapi tra (tidak) mungkin orangtua bisa terus-menerus membayar uang kuliah Rp 1,6 juta per semester. Hanya dengan beasiswa saya bisa kuliah.
Yohana yang mulai kuliah di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Uncen, pada tahun 2021, terus memotivasi dirinya untuk bisa mendapat indeks prestasi lebih dari 3,00 tiap semester. Tekadnya hanya satu, yakni bisa menjadi sarjana agar nanti bisa membangun karier di dunia perbankan.
Kesempatan bisa menyandang status mahasiswa Uncen merupakan ”kemewahan” bagi Yohana, bungsu dari tiga bersaudara ini. Ayah yang membiayai keluarganya dari berkebun dan ibu yang tidak bekerja tidak mampu menanggung biaya kuliah dan biaya hidup untuk Yohana di Jayapura. Orangtuanya yang tinggal di Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, juga harus membiayai dua cucu mereka yang masih bersekolah.
”Di sekolah ada guru yang membagi brosur tentang KIP Kuliah. Saya menjadi yakin ada jalan keluar untuk tetap bisa berkuliah tanpa membebani orangtua. Puji Tuhan, saya bisa mendapat beasiswa,” kata Yohana.
Tidak menyerah
Rasa bahagia bisa kuliah tanpa mencemaskan kondisi keuangan keluarga yang terbatas juga dirasakan M Iqbal, mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi di Uncen. Meski bukan putra asli daerah Papua, Iqbal sudah lama bersama keluarga tinggal di Jayapura. Mimpinya untuk kuliah di Uncen terus hidup dalam benaknya, meskipun belum ada satu anggota keluarganya pun yang berkuliah.
Dengan modal nekat, Iqbal ikut tes masuk Uncen di tahun 2021 dan lolos. Saat diumumkan UKT yang harus dibayar Rp 3 juta per semester, Iqbal mulai goyah. Tak mudah baginya untuk bisa membayar uang kuliah karena kondisi keuangan keluarga terbatas.
Ibunya menghidupi keluarga seorang diri sejak ayahnya meninggal dunia. Pendapatan ibunya dari pesanan kue maupun berjualan nasi kuning yang bisa berhenti sementara jika harga bahan naik, tak akan bisa menutupi uang kuliah dan pengeluaran lainnya.
”Saya tidak mau menyerah untuk tetap bisa kuliah. Apalagi ibu sebenarnya mendorong dan berusaha mencari tambahan. Saya mencoba melamar pekerjaan, tapi tak ada panggilan. Sungguh tidak mudah untuk bisa memenuhi uang UKT. Tapi saya mau kuliah, sejak sekolah saya sudah suka pelajaran ekonomi,” kisah Iqbal.
Di tengah situasi buntu, Iqbal mendapat informasi ada beasiswa KIP Kuliah. Dia pun dengan penuh semangat mendaftar secara daring dan melengkapi semua persyaratan, antara lain surat keterangan tidak mampu dan mengisi banyak informasi. Panggilan wawancara dilakukan pihak kampus untuk memastikan Iqbal layak menerima beasiswa KIP Kuliah.
Iqbal merasa tenang lantaran uang kuliah Rp 3 juta per semester langsung dibayarkan pemerintah ke pihak Kampus Uncen. Tiap semester dia juga mendapat bantuan biaya hidup senilai Rp 8,4 juta untuk enam bulan. Iqbal mengatur keuangan dengan ketat agar bisa menutupi pengeluaran untuk urusan kuliah dan sedikit membantu ibunya.
Sementara Putri FJ Runtuboy, lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Program Akuntansi, menangis bahagia saat dinyatakan lolos sebagai penerima KIP Kuliah. Putri merasa lega tak menyusahkan pamannya yang merelakan uang untuk menikah demi biaya kuliahnya.
”Uang kuliah sudah dibayarkan tiap semester dan ada tambahan biaya hidup yang saya pakai untuk keperluan kuliah dan transportasi naik angkutan umum ke kampus. Puji Tuhan, saya bisa membayar uang kuliah sendiri dari beasiswa,” kata Putri dengan raut wajah bahagia.
Dukungan untuk dapat mengakses kuliah di Papua perlu jadi perhatian. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Papua sekitar 20,04 persen. Secara nasional, APK pendidikan tinggi tahun 2021 sebesar 31,19 persen. Masih banyak lulusan SMA/SMK sederajat yang tidak bisa melanjutkan kuliah karena terkendala biaya.
Pembantu Rektor III Uncen Jonathan Kiwasi Worumi mengatakan, kucuran KIP Kuliah membantu kampus untuk memastikan mahasiswa dari keluarga tidak mampu yang kuliah di Uncen tetap bisa kuliah tanpa terkendala keuangan. Pada tahun 2021 ada 577 mahasiswa yang menerima KIP kuliah, termasuk untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran.
”Sebenarnya kami berharap bisa ada tambahan karena mahasiswa dari keluarga tidak mampu yang membutuhkan bantuan biaya kuliah jumlahnya lebih besar. Namun, ada kuota dari pemerintah untuk tiap perguruan tinggi. Jika ada yang tidak menerima beasiswa tapi butuh dukungan, kampus tetap ada kebijakan untuk meringankan biaya UKT mahasiswa,” kata Jonathan.
Penyesuaian
Terkait KIP Kuliah Merdeka, Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan, Kemendikbudristek Abdul Kahar memaparkan, sejak tahun 2021 ada penyesuaian untuk besaran biaya UKT dan biaya hidup. Kebijakan ini mulai membuahkan hasil, salah satunya dengan meningkatnya jumlah penerima KIP Kuliah yang memilih program studi berakreditasi A.
Sebelumnya hanya sekitar 20 persen mahasiswa yang memilih prodi A. Setelah besaran KIP Kuliah disesuaikan, yang diterima di akreditasi A pada tahun 2021 naik menjadi 24 persen dan di tahun 2022 ditargetkan 26 persen. Penerima KIP Kuliah menyasar sekitar 200.000 mahasiswa baru.
”Ada perubahan kebijakan biaya hidup dan UKT agar program ini sesuai misinya sehingga anak-anak tidak mampu yang punya potensi dan kualifikasi akademik bagus bisa berkuliah di PT terbaik. Ini membuat mereka jadi yakin memilih kampus terbaik yang umumnya di kota besar. Tidak ada lagi beban pikiran soal subsidi atau kekurangan biaya kuliah dan hidup yang menghambat,” kata Kahar.
Adapun UKT bagi penerima beasiswa KIP kuliah (dulu beasiswa Bidikmisi/Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi) sebelumnya disamakan Rp 2,4 juta per semester. Saat mahasiswa memilih program studi dengan UKT di atas Rp 5 juta, misalnya, beban subsidi bagi PT jadi berat. Karena itu, kini penyesuaian dilakukan, untuk prodi B bisa sampai Rp 4 juta, sedangkan prodi A Rp 8 juta-Rp 12 juta.