DNA Virus Cacar Monyet Terdeteksi di Air Liur
Cacar monyet telah menjadi kedaruratan kesehatan global. Selain bermutasi menjadi mudah menular, studi baru menunjukkan DNA virus penyakit tersebut juga ditemukan di air liur.
Wabah cacar monyet yang melanda berbagai negara meluas. Hal itu memperkuat bukti bahwa virus tersebut mudah menular, antara lain, melalui air liur dan kontak fisik. Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan, wabah global cacar monyet mesti jadi kewaspadaan internasional.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam siaran pers di laman WHO, Sabtu (23/7/2022), di Geneva, Swiss, menyampaikan hasil pertemuan kedua Komite Darurat WHO Regulasi Kesehatan Internasional/International Health Regulation (IHR) 2005 terkait wabah cacar monyet (monkeypox) yang digelar pada Kamis (21/7/2022).
Tedros mengakui kompleksitas masalah kesehatan ini. Akibatnya, para anggota komite dalam pertemuan tersebut tidak mencapai konsensus tentang apakah wabah cacar monyet diklasifikasikan sebagai darurat kesehatan global yang menjadi perhatian internasional atau tidak.
Namun, wabah penyakit tersebut telah menyebar ke seluruh dunia dengan cepat. Karena itu, Tedros memutuskan bahwa wabah tersebut menjadi perhatian internasional. Sejauh ini terlalu sedikit yang dipahami mengenai cara penularan baru yang memungkinkan virus tersebut menyebar.
”Penilaian WHO adalah risiko cacar monyet moderat secara global, kecuali di Eropa di mana risikonya tinggi,” tambahnya. Ada juga risiko penyebaran internasional meski risiko gangguan lalu lintas internasional rendah. Deklarasi ini membantu mempercepat pengembangan vaksin dan pembatasan penyebaran virus.
Baca juga: Cacar Monyet Jadi Wabah Global
Berdasarkan laporan situasi epidemiologi global WHO periode 1 Januari sampai 20 Juli 2022, ada 14.533 kasus terduga dan dikonfirmasi laboratorium dari 72 negara, dan lima kasus di antaranya meninggal. Itu berarti ada kenaikan kasus dibandingkan awal Mei 2022 yang mencapai 3.040 kasus di 47 negara.
Penilaian WHO adalah risiko cacar monyet moderat secara global, kecuali di Eropa di mana risikonya tinggi.
”Kini ada lebih dari 16.000 kasus telah dilaporkan dari 75 negara,” kata Tedros, sebagaimana dikutip BBC, Sabtu (23/7/2022). Hanya ada dua kondisi darurat kesehatan lainnya saat ini, yakni pandemi virus korona dan upaya berkelanjutan untuk memberantas polio.
Meski jumlah kasus dan negara yang mengalami wabah cacar monyet meningkat, penilaian risiko WHO tidak berubah sejak pertemuan pertama Komite pada 23 Juni 2022, dan risikonya dianggap ”sedang” di tingkat global dan di semua wilayah WHO, kecuali untuk wilayah Eropa, yang dianggap ”tinggi”.
Penularan cacar monyet terjadi di banyak negara yang sebelumnya tidak melaporkan kasus. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan dari Eropa dan Amerika. Mayoritas kasus cacar monyet terjadi pada laki-laki, terutama gay, biseksual, dan laki-laki yang berhubungan seks dengan lelaki, serta di daerah perkotaan.
Air liur
Meluasnya penyebaran virus monkeypox menunjukkan penyakit tersebut mudah menular. Hasil studi baru menunjukkan, DNA virus terdeteksi dalam sampel klinis berbeda dari pasien cacar monyet, termasuk air liur dan air mani. Studi yang dipimpin Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) berkontribusi pada pemahaman lebih baik cara penyakit ini ditularkan.
Sejauh ini, penyakit tersebut diketahui ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi pasien yang terinfeksi ataupun melalui permukaan yang terkontaminasi lesi ini. Namun, sedikit yang diketahui tentang kemungkinan adanya virus dalam sampel biologis lainnya seperti air liur, urine, ataupun air mani.
Dalam studi ini, tim yang dipimpin Mikel Martinez, peneliti di ISGlobal, dan Jose Luis Blanco dari Rumah Sakit Barcelona, dimuat di situs Eurosurveillance.org, Kamis (14/7/2022), menyelidiki keberadaan materi genetik virus dalam sampel biologis berbeda, dikumpulkan pada waktu berbeda, dari 12 pasien cacar monyet.
Baca juga : Ketidakadilan dalam Cacar Monyet
DNA virus monkeypox berjumlah banyak terdeteksi pada lesi kulit semua pasien. Selain itu, DNA virus terdeteksi dalam air liur semua kasus, beberapa di antaranya dengan jumlah virus tinggi. Satu riset sebelumnya menguji air liur pada satu pasien. DNA virus juga terdeteksi pada sampel rektal, nasofaring, urine, dan feses.
Para penulis studi itu menunjukkan keberadaan DNA virus tak selalu berarti virus menular. Langkah selanjutnya adalah mencoba mengisolasi virus menular dari sampel tersebut. Namun, muatan virus atau viral load tinggi yang terdeteksi dalam air liur atau air mani menunjukkan cairan itu memiliki potensi menular.
”Hasil penelitian kami berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dinamika penularan virus, serta kemungkinan peran penularan seksual,” kata Martinez kepada Sciencedaily, Kamis (14/7/2022).
Apalagi virus cacar monyet telah mengalami mutasi sehingga lebih mudah menular. Studi oleh para peneliti Institut Kesehatan Nasional di Lisbon menemukan galur yang saat ini menyimpang dari galur virus yang asli. Beberapa mutasi membuat virus menjadi lebih menular. Hasil riset dipublikasikan di jurnal Nature Medicine, 24 Juni 2022.
Para peneliti menyebutkan, wabah yang terjadi di sejumlah negara diperkirakan terjadi bukan karena penularan tak terdeteksi atau penularan dari hewan ke manusia. Penularan justru banyak terjadi akibat satu orang menginfeksi banyak orang dengan aktivitas penularan masif. Perjalanan ke luar negeri dikhawatirkan dapat memicu penyebaran lebih cepat ke seluruh dunia (Kompas.id, 27/6/2022).
Cacar monyet disebabkan infeksi virus monkeypox. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, virus itu merupakan bagian dari keluarga virus yang sama dengan cacar. Gejala cacar monyet mirip dengan cacar, tetapi lebih ringan dan jarang berakibat fatal.
Gejala cacar monyet meliputi, antara lain, demam, sakit kepala, sakit otot dan sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam atau lesi seperti cacar air yang melepuh, kerap terjadi di area genital atau alat kelamin. Masa inkubasi rata-rata di antara kasus-kasus yang dilaporkan berkisar 7-9 hari.
Adapun cacar monyet dapat menular dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan ruam, koreng, atau cairan tubuh, dan sekresi pernapasan dalam kontak fisik intim seperti berciuman, berpelukan, ataupun berhubungan seksual. Orang hamil dapat menyebarkan virus ke janinnya melalui plasenta.
Rekomendasi komite
”Wabah ini bisa dihentikan dengan strategi tepat dalam kelompok yang tepat,” kata Tedros. Komite Darurat WHO terkait IHR menyampaikan rekomendasi terkait wabah cacar monyet bagi sejumlah kelompok negara sesuai situasi epidemiologi, pola penularan, dan kapasitas penanganan wabah. Penerapan rekomendasi itu mesti menghormati prinsip hak asasi manusia, termasuk martabat individu dan komunitas.
Bagi negara-negara yang tidak ada temuan kasus cacar monyet pada populasi manusia atau belum terdeteksi kasus itu lebih dari 21 hari, direkomendasikan agar membangun mekanisme koordinasi multisektor dan memperkuat kesiapsiagaan menghadapi cacar monyet serta menghentikan penularan antarmanusia.
Intervensi yang dilakukan agar menghindari stigmatisasi dan diskriminasi terhadap individu ataupun kelompok masyarakat yang terinfeksi, untuk mencegah transmisi cacar monyet tidak terdeteksi. Fokus intervensi sebaiknya mempromosikan pelaporan sukarela dan segera berobat agar perawatan tepat waktu dan melindungi hak asasi manusia.
Selain itu, surveilans penyakit, akses terhadap tes diagnostik cacar monyet yang andal dan terjangkau mesti diintensifkan sebagai bagian sistem surveilans nasional. Hal itu disertai penguatan kapasitas deteksi dengan meningkatkan kesadaran dan melatih petugas kesehatan, termasuk yang ada di layanan primer.
Baca juga : Mutasi Virus Cacar Monyet Lebih Menular
Bagi negara-negara dengan kasus impor cacar monyet dan penularan antarmanusia, direkomendasikan agar penanganan cacar monyet diprioritaskan pada komunitas berisiko tinggi terpapar, antara lain gay dan biseksual. Tindakan itu meliputi deteksi, isolasi, dan penanganan kasus, pelacakan kontak, imunisasi, dan komunikasi risiko.
Sementara negara-negara yang memiliki kapasitas produksi untuk diagnosis, vaksin, dan pengobatan cacar monyet harus meningkatkan produksi. Negara-negara produsen diminta bekerja sama dengan WHO untuk memastikan ketersediaan alat diagnostik, vaksin, dan terapi dengan biaya yang wajar ke negara-negara paling membutuhkan untuk menghentikan penyebarannya.