Risiko Kematian Orang yang Sudah Vaksin ”Booster” 28 Kali Lebih Rendah
Vaksinasi dosis ketiga atau ”booster” terbukti efektif menurunkan risiko kematian. Mereka yang belum divaksinasi memiliki risiko meninggal 28 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah mendapatkan vaksin ”booster”.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Analisis terbaru dari para peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menemukan besarnya manfaat vaksin dosis ketiga atau booster dalam menekan risiko kematian. Mereka yang belum divaksinasi memiliki risiko meninggal 28 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah mendapatkan vaksin booster.
Temuan ini disampaikan Iwan Ariawan, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Kamis (21/7/2022). Data dianalisis dari 1.792.360 kasus Covid-19 di Indonesia pada periode 1 Januari-30 Juni 2022.
”Efek proteksi vaksin terhadap kematian terlihat jelas pada analisis kasus Covid-19 yang kami lakukan,” katanya.
Dari analisis ini ditemukan, orang yang belum pernah divaksin Covid-19 memiliki risiko kematian jika terinfeksi penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2 ini sebesar 2,8 persen atau 28 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah mendapatkan vaksin booster. Adapun orang yang mendapatkan vaksin Covid-19 memiliki risiko meninggal sebesar 1,5 persen atau 15 kali lebih tinggi ketimbang yang sudah mendapatkan vaksin booster.
Dari data ini terlihat bahwa kunci pengendalian pandemi Covid-19 saat ini lebih ke vaksinasi, khususnya booster. Kasus bisa bertambah, tetapi kematian tetap rendah. (Iwan Ariawan)
Mereka yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 kedua memiliki risiko kematian 0,6 persen atau enam kali lebih tinggi dibandingkan yang sudah mendapatkan booster. Risiko kematian orang yang sudah mendapatkan booster jika terinfeksi Covid-19 hanya sebesar 0,1 persen.
Sementara itu, analisis terhadap 168.956 kasus Covid-19 pada warga lanjut usia (lansia) di Indonesia, risiko kematian kelompok umur ini yang belum divaksinasi jika terinfeksi Covid-19 mencapai 9,3 persen atau 23 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur sama yang sudah divaksinasi.
Orang lansia yang sudah divaksinasi satu dosis berisiko mengalami kematian karena Covid-19 sebesar 5,6 persen atau 14 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang sudah booster. Untuk orang lansia yang sudah mendapatkan vaksinasi dua dosis memiliki risiko kematian 4,2 persen atau 11 kali lebih tinggi ketimbang yang sudah booster. Sedangkan risiko meninggal pada warga lansia yang sudah menerima vaksin booster hanya 0,4 persen.
”Dari data ini terlihat bahwa kunci pengendalian pandemi Covid-19 saat ini lebih ke vaksinasi, khususnya booster. Kasus bisa bertambah, tetapi kematian tetap rendah,” katanya.
Vaksin keempat
Temuan FKM UI tentang efektivitas vaksin booster ini sejalan dengan sejumlah penelitian lain walau ada indikasi penurunan kekebalan seiring waktu sehingga dilakukan vaksinasi keempat atau booster kedua. Iwan mengatakan, kebutuhan terhadap booster kedua di Indonesia perlu menunggu hasil serosurvei yang akan keluar Agustus 2022.
”Kalau titer antibodi rata-ratanya rendah, kita anjurkan booster ke-4,” ujarnya.
Laporan terbaru Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat yang dirilis 15 Juli 2022 menunjukkan, booster vaksin Covid-19 ketiga dan keempat menawarkan perlindungan substansial di antara orang dewasa selama evolusi varian Omicron pada awal 2022.
Kajian yang ditulis Ruth Link-Gelles dari CDC Covid-19 Emergency Response Team dan tim ini dilakukan dengan memeriksa data VISION Network pada lebih dari 214.000 kunjungan perawatan darurat dan lebih dari 58.000 pasien rawat inap dengan diagnosis penyakit mirip Covid-19 di 10 negara bagian AS dari pertengahan Desember 2021 hingga pertengahan Juni 2022.
Temuan studi menunjukkan, ketika BA.1 menjadi varian yang dominan, efektivitas vaksin sebesar 61 persen untuk dua dosis terhadap rawat inap terkait Covid-19. Efektivitas vaksin meningkat menjadi 85-92 persen setelah menerima dosis ketiga.
Ketika BA.2/BA.2.12.1 menjadi dominan, efektivitas vaksin dengan dua dosis terhadap rawat inap terkait Covid-19 menjadi 24 persen dan meningkat menjadi 52-69 persen setelah dosis ketiga atau penguat. Pola serupa untuk perawatan gawat darurat, dengan efektivitas lebih rendah selama dominasi BA.2/BA.2.12.1 dan efektivitas vaksin lebih tinggi dengan 3 atau 4 dosis dibandingkan dengan yang mendapatkan dua dosis.
Sedangkan di antara orang dewasa berusia 50 tahun dan lebih tua selama BA.2/BA.2.12.1, efektivitas vaksin terhadap rawat inap terkait Covid-19 adalah 55 persen lebih dari empat bulan setelah booster/dosis ketiga dan meningkat menjadi 80 persen lebih dari seminggu setelah dosis keempat.