BRIN Batalkan Renovasi Ruang Kerja, Anggaran Perlu Difokuskan untuk Kegiatan Riset
BRIN membatalkan rencana renovasi ruang kerja dewan pengarah di Gedung BJ Habibie Lantai 2 dengan anggaran mencapai Rp 6,1 miliar. Renovasi dibatalkan karena terdapat sejumlah hal yang terlewat dalam rencana tersebut.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN membatalkan rencana renovasi ruang kerja dewan pengarah di Gedung BJ Habibie Lantai 2dengan anggaran mencapai Rp 6,1 miliar. Di sisi lain, BRIN dinilai perlu fokus mengelola anggaran untuk kegiatan riset dan pemenuhan atau pembenahan infrastruktur riset lainnya.
Pembatalan rencana renovasi tersebut disampaikan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangan resmi, Senin (18/7/2022). Renovasi tersebut dibatalkan karena terdapat sejumlah hal yang terlewat dalam rencana tersebut dan tidak diketahui secara mendetail khususnya terkait ruang ketua dewan pengarah.
”Sejak awal tidak ada rencana mengubah ruangan ketua dewan pengarah BRIN. Kebutuhan renovasi hanya untuk wakil, sekretaris, dan anggota dewan pengarah,” ujarnya.
Handoko mengatakan, penataan ulang atau revitalisasi fungsi ruangan tetap perlu dilakukan, tetapi harus diputuskan berdasarkan beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan tersebut terkait dengan perubahan fungsi, seperti lounge atau ruang santai, ruang makan, dan ruang audio di lantai 2 menjadi ruang rapat besar.
Sejak awal tidak ada rencana mengubah ruangan ketua dewan pengarah BRIN. Kebutuhan renovasi hanya untuk wakil, sekretaris, dan anggota dewan pengarah.
Menurut Handoko, efektivitas koordinasi dan komunikasi di antara dewan pengarah BRIN merupakan alasan utama dilakukan penataan ulang fungsi ruangan di lantai 2. Penataan perlu dilakukan karena selama ini sebagian dewan pengarah bekerja di lantai 23 dan sebagian lainnya belum memiliki ruangan.
Melalui pembatalan ini, Handoko menyebut bahwa perencanaan penataan ulang ruangan akan ditinjau kembali. Ke depan, ia menekankan bahwa penataan harus selalu mengedepankan aspek fungsionalitas dan efisiensi anggaran.
”Ruangan yang ada di lantai 2 nantinya adalah ruang rapat besar dan kecil, ruang kerja dewan pengarah yang terdiri dari dua wakil ketua, sekretaris, dan enam anggota. Ruang kerja ketua dewan pengarah tidak ikut diubah sama sekali seperti rencana semula,” katanya.
Sebelumnya, BRIN kembali mendapat sorotan publik setelah diketahui berencana merenovasi ruang kerja dewan pengarah dengan anggaran mencapai Rp 6,1 miliar. Kabar tersebut juga dibenarkan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Komunikasi Publik, Umum, dan Kesekretariatan (BKPUK) BRIN Driszal Fryantoni.
Namun, dalam keterangannya, Driszal menyebut bahwa anggaran Rp 6,1 miliar tidak hanya untuk ruangan kerja dewan pengawas BRIN, tetapi juga renovasi seluruh lantai 2. Biaya yang dibutuhkan merupakan rekomendasi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Dinas Penataan Bangunan.
Sebelum melebur ke dalam BRIN, lantai 2 Gedung BJ Habibie merupakan ruang kerja mantan kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).Lantai 2 tersebut akan direnovasi menjadi ruang kerja untuk semua dewan pengarah yang berjumlah 10 orang.
Pelaksana Tugas Sekretaris Utama BRIN Nur Tri Aries Suestiningtyas, dalam keterangan pers, pun menyatakan bahwa semua proses renovasi sudah sesuai dengan koridor regulasi. Rencana ini juga sejalan dengan pembenahan sarana prasarana untuk para periset baik infrastruktur laboratorium maupun ruangan kerja secara bertahap.
Fokus kegiatan riset
Dihubungi terpisah, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Satryo Soemantri Brodjonegoro memandang bahwa anggaran di BRIN seharusnya diutamakan untuk kegiatan riset. Dengan dukungan anggaran yang memadai, kegiatan riset akan berjalan dengan baik karena peneliti akan lebih fokus dan tidak terbebani masalah administrasi.
”Mungkin renovasi memang diperlukan, tetapi bisa dibuat lebih sederhana atau cukup layak untuk digunakan. Sementara kelebihan anggaran lainnya bisa digunakan untuk mendukung kegiatan riset yang akan dikerjakan. Jadi, ini hanya permasalahan prioritas,” ucapnya.
Selama ini, kata Satryo, publik tidak mengetahui seberapa besar anggaran di BRIN untuk berbagai keperluan. Hal ini membuat publik tidak bisa menilai besar kecilnya anggaran Rp 6,1 miliar untuk rencana renovasi ruangan tersebut dibandingkan dana untuk kegiatan riset.
Satryo menekankan bahwa kegiatan riset membutuhkan anggaran yang sangat besar mengingat banyak peneliti dan lembaga yang sudah melebur atau bergabung ke dalam BRIN. Sebelum bergabung ke BRIN, satu kelompok atau grup peneliti rata-rata membutuhkan anggaran riset berkelanjutan sebesar Rp 500 juta sampai dengan Rp 1 miliar per tahun.
”Pemindahan dan pengadaan infrastruktur riset hingga penataan ulang peralatan serta kelengkapan penunjang lainnya juga membutuhkan anggaran yang besar. Jadi, diharapkan BRIN lebih mengutamakan bagaimana memastikan kegiatan riset dan inovasi berjalan maksimal dengan dukungan anggaran yang memadai,” tuturnya.