Dukungan Pendanaan Tingkatkan Riset dan Inovasi Perusahaan Pemula
Terdapat sembilan perusahaan rintisan yang mendapat dukungan pendanaan riset dari BRIN. Peserta terpilih akan mengikuti pelatihan selama maksimal enam bulan dan yang lolos mendapat pendanaan hingga Rp 300 juta per tahun.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Riset dan Inovasi Nasional memberikan dukungan pendanaan terhadap sembilan perusahaan pemula atau start-up yang tengah mengembangkan produk riset ataupun inovasinya. Dukungan ini diharapkan dapat mendorong semua pihak terjun ke dunia penelitian sekaligus memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Indonesia.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengemukakan, BRIN membuat skema pendanaan perusahaan pemula berbasis riset (PPBR) untuk mendukung perusahaan pemula yang tidak hanya fokus pada inovasi perangkat keras. Sebab, saat ini banyak potensi pengembangan perusahaan pemula yang juga berbasis data dan rekayasa sosial.
”Kami ingin mendorong bahwa perusahaan pemula itu bisa mencakup banyak aspek dan tidak harus dari bidang teknologi informasi. Bahkan, di bidang ilmu sosial banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan menjadi perusahaan pemula,” ujarnya dalam webinar Fasilitasi dan Pendanaan Riset dan Inovasi (Walidasi), Kamis (17/2/2022).
Pada PPBR gelombang I tahun 2022 ini, terdapat sembilan perusahaan pemula, lembaga, dan individu dengan berbagai produk pengembangan yang mendapatkan pendanaan dari BRIN. Perusahaan pemula tersebut, yakni Yayasan Upakara Bhuvana Nusantara (produk bijih plastik dari limbah masker dan alat pelindung diri), PT Miko Bahtera Nusantara (bahan kulit dari miselium), dan PT Pipetin Indonesia (jasa pelayanan laboratorium).
BRIN juga akan membuka skema pendanaan baru untuk pengujian produk inovasi pertanian.
Selain itu, terdapat pula Leko Dwi Harjono (pelayanan penggunaan teknologi radiasi), Khayu Wahyunita (produksi antibodi monoklonal), PT Asatu Sembilan Enam (biopestisida nano), PT Greenie Alam Indonesia (biomaterial limbah pelepah pinang), UKM Youngster (mi jagung bebas gluten), dan MNC Geotech (sistem navigasi satelit global).
Menurut Handoko, BRIN sangat mendukung perkembangan perusahaan pemula karena selama beberapa tahun terakhir, termasuk kondisi pandemi, telah memunculkan berbagai peluang baru. Mayoritas peluang baru ini bisa ditangkap oleh generasi muda dengan ide kreatif sehingga pemerintah perlu memberikan dukungan terhadap mereka.
Ia pun mendorong seluruh pihak, khususnya generasi muda, untuk berpartisipasi aktif dalam pendanaan PPBR ini. Seluruh pihak yang tengah mengembangkan produk riset ataupun inovasinya dapat mendaftar melalui laman pendanaan-risnov.brin.go.id.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono mengatakan, program PPBR merupakan pembiayaan untuk calon perusahaan rintisan berbasis hasil riset BRIN. Dengan dukungan ini, diharapkan perusahaan tersebut telah siap untuk mendatangkan keuntungan dan berkelanjutan.
Peserta yang terpilih akan mengikuti pelatihan selama maksimal enam bulan dan yang lolos mendapat pendanaan hingga Rp 300 juta per tahun dengan jangka waktu proyek maksimal dua tahun. Pendanaan ini dapat diperpanjang selama satu tahun berdasarkan evaluasi.
”Tahun 2022 ini kami memiliki target untuk membina 100 perusahaan pemula berbasis hasil riset. Pembukaan gelombang kedua pendanaan diharapkan dapat menjaring lebih banyak proposal sehingga bisa memfasilitasi minimal 100 perusahaan. Kami akan memasifkan sosialisasi lewat webinar dan pengumuman di website atau media sosial,” katanya.
Berbagi skema pendanaan
Handoko kembali menegaskan bahwa BRIN dibentuk untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Indonesia. Oleh karena itu, BRIN berkomitmen untuk menyediakan sumber daya manusia (SDM) unggul, infrastruktur, hingga berbagai fasilitas lainnya, termasuk skema berbasis pendanaan.
”Sejak 2021 BRIN telah meluncurkan pendanaan untuk mendukung riset yang berbasis pada prioritas riset nasional dan penanganan Covid-19. BRIN juga memfasilitasi agar para periset bisa melakukan riset di laut menggunakan armada kapal riset BRIN dan fasilitas ekspedisi atau eksplorasi lainnya,” ucapnya.
Handoko menyatakan, seluruh fasilitas dan skema pendanaan yang ada di BRIN tersedia untuk seluruh pihak serta dieksekusi berbasis kompetisi murni. Hal ini membuat semua pihak, seperti akademisi, industri, komunitas masyarakat, individu, hingga periset BRIN harus berkompetisi untuk mendapatkan fasilitas ataupun skema pendanaan ini.
Dalam waktu dekat, kata Handoko, BRIN juga akan membuka skema pendanaan baru untuk pengujian produk inovasi pertanian. Skema ini memungkinkan para peneliti mendapat dukungan pendanaan mulai dari proses pengujian hingga mendapatkan izin edar bibit unggul untuk pertanian ataupun peternakan.
Selain itu, ke depan BRIN juga akan membuka dua skema pendanaan baru bagi komunitas ataupun individu yang tidak berbasis kompetisi. Skema pertama ditujukan untuk pembinaan inovasi masyarakat di tingkat lokal agar dapat diperkuat secara ilmiah hingga mendapatkan kekayaan intelektual. Sedangkan skema kedua untuk pembinaan usaha mikro.