Ditemukan, Bukti Pertama Kucing Menularkan Covid-19 ke Manusia
Kucing terbukti bisa menularkan Covid-19 ke manusia. Meski demikian, penularan dari kucing masih dikategorikan sebagai kasus langka dibandingkan risiko tertular dari sesama manusia.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
HAT YAI, RABU — Tim peneliti di Thailand melaporkan bukti kuat pertama kucing peliharaan menginfeksi seseorang dengan SARS-CoV-2. Meski demikian, penularan dari kucing masih dikategorikan sebagai kasus langka dan hewan ini belum memainkan peran penting dalam menyebarkan virus Covid-19 dibandingkan sesama manusia.
Temuan penularan Covid-19 dari kucing ini diterbitkan di Emerging Infectious Diseases pada 6 Juni. Sarunyou Chusri, peneliti penyakit menular dan dokter di Universitas Prince of Songkla di Hat Yai, Thailand selatan, sebagaimana ditulis Nature pada Rabu (29/6/2022) mengatakan, pada bulan Agustus 2021, seorang ayah dan anak yang dites positif SARS-CoV-2 dipindahkan ke bangsal isolasi di rumah sakit universitas.
Kucing mereka yang berusia sepuluh tahun juga diperiksa dengan tes usap dan dinyatakan positif. Saat diperiksa, kucing bersin di depan seorang ahli bedah hewan, yang mengenakan masker dan sarung tangan tetapi tidak mengenakan pelindung mata.
Sekalipun penularan antarmanusia sejauh ini masih menjadi risiko terbesar infeksi Coviod-19, penularan dari manusia ke hewan dan sebaliknya dari hewan ke manusia harus dipantau dengan cermat.
Tiga hari kemudian, dokter hewan mengalami demam, pilek, dan batuk, kemudian dinyatakan positif SARS-CoV-2, tetapi tidak ada kontak dekatnya yang mengembangkan Covid-19 yang menunjukkan bahwa dia telah terinfeksi oleh kucing tersebut. Analisis genetik juga mengonfirmasi bahwa dokter hewan terinfeksi dengan varian yang sama seperti kucing dan pemiliknya, dan urutan genom virus identik.
Para peneliti mengatakan, mereka terkejut bahwa butuh waktu lama untuk memastikan bahwa penularan Covid-19 dapat terjadi dari kucing ke manusia, mengingat skala pandemi, kemampuan virus untuk berpindah antarspesies hewan, dan kontak dekat antara kucing dan manusia. ”Kami tahu ini adalah kemungkinan selama dua tahun,” kata Angela Bosco-Lauth, peneliti penyakit menular di Colorado State University di Fort Collins.
Sebelumnya, studi di awal pandemi menemukan bahwa kucing melepaskan partikel virus menular dan dapat menginfeksi kucing lain. Dan selama pandemi, negara-negara telah melaporkan infeksi SARS-CoV-2 pada lusinan kucing peliharaan, tetapi menetapkan arah penyebaran virus dari kucing ke orang atau dari orang ke kucing tidaklah mudah.
Risiko rendah
Sekalipun sudah ada bukti bahwa kucing bisa menularkan Covid-19, para peneliti mengatakan bahwa mekanisme ini jarang terjadi. Ahli virologi di University of Hong Kong, Leo Poon, mengatakan, studi eksperimental menunjukkan bahwa kucing yang terinfeksi tidak mengeluarkan banyak virus dan hanya mengeluarkannya selama beberapa hari.
Sementara itu, Giovanni Di Guardo, Professor of General Pathology and Veterinary Pathophysiology, University of Teramo, kepada The British Medical Journal pada 30 Juni 2022 menyebutkan, kasus Covid-19 pada seorang dokter hewan dari Thailand, yang kemungkinan tertular dari kucing yang terinfeksi SARS-CoV-2, perlu menjadi perhatian.
Berdasarkan temuan ini, menurut Guardo, kucing, yang kerentanannya terhadap infeksi SARS-CoV-2 alami dan eksperimental sebelumnya telah didokumentasikan dalam sejumlah penelitian, bisa dimasukkan ke daftar spesies hewan domestik dan liar yang berisiko menularkan SARS-CoV-2 ke manusia. Sebelumnya, cerpelai di Eropa, hamster di Hong Kong, dan rusa berekor putih di Kanada telah dilaporkan bisa menularkan Covid-19 ke manusia.
Sekalipun penularan antarmanusia sejauh ini masih menjadi risiko terbesar infeksi Covid-19, penularan dari manusia ke hewan dan sebaliknya dari hewan ke manusia, harus dipantau dengan cermat. ”Ini tampaknya menjadi sangat penting juga dalam kaitannya dengan munculnya varian SARS-CoV-2 baru yang sangat menular dan/atau patogen,” tulis Guardo.
Menurut dia, kolaborasi lintas sektoral yang mendalam dan berkesinambungan antara dokter dan dokter hewan merupakan prasyarat mutlak menuju arah ini, dalam kerangka prinsip ”One Health”, mengingatkan kita bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.