2023, Surakarta Diajukan Jadi Kota Kreatif Berbasis Seni Pertunjukan
Kota Surakarta akan kembali diajukan agar menjadi bagian dalam Jaringan Kota Kreatif atau Creative Cities Network dari UNESCO pada 2023. Adapun daya tarik yang ditonjolkan berupa seni pertunjukan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Kota Surakarta akan kembali diajukan agar menjadi bagian dalam Jaringan Kota Kreatif atau Creative Cities Network dari UNESCO pada 2023. Adapun daya tarik yang ditonjolkan berupa seni pertunjukan. Status sebagai jaringan diyakini ikut meningkatkan geliat pariwisata dari kota tersebut.
Wacana tersebut diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno seusai meninjau pelaksanaan lokakarya Kabupaten dan Kota (KaTa) Kreatif di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (2/7/2022).
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka turut hadir mendampingi Sandiaga dalam kegiatan tersebut. Lokakarya diikuti oleh para pegiat kreatif, khususnya di bidang seni pertunjukan, di wilayah Kota Surakarta.
”Kami ingin meningkatkan kesiapan Kota Surakarta. Khususnya agar besarnya potensi seni petunjukan ini bisa dapat pengakuan dan persetujuan sebagai kota subsektor seni pertunjukan dalam jaringan Creative Cities Network dari UNESCO pada tahun 2023,” kata Sandiaga.
Untuk tahun ini, kata Sandiaga, sudah ada dua daerah lain yang diajukan dalam projek tersebut, yakni Kota Bitung di Sulawesi Utara dan Kabupaten Ponorogo di Jawa Timur. Kabupaten Ponorogo akan menawarkan kesenian reognya, sedangkan Kota Bitung maju dengan kuliner tunanya.
Menurut dia, predikat sebagai kota kreatif akan banyak membawa dampak positif dalam berbagai aspek bagi Kota Surakarta. Dari sisi kebudayaan, festival seni yang sudah begitu melimpah bisa terkelola dengan lebih baik lewat pemantauan langsung oleh UNESCO.
Tak tertutup kemungkinan festival-festival kesenian lainnya yang lebih segar bisa bermunculan. Ruang ekspresi pelaku seni dan pekerja kreatif juga kian luas.
”Mudah-mudahan ini menjadi awal kebangkitan kita pascapandemi (Covid-19). Harapannya bisa membuka peluang usaha dan lapangan kerja. Utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Daya tarik
Sejumlah festival tahunan, di Kota Surakarta, yang punya daya tarik tinggi bagi wisatawan antara lain Solo International Performing Arts, International Mask Festival, Solo Keroncong Festival, dan Solo Menari.
Dalam berbagai festival itu, unsur budaya ditampilkan begitu kuat. Penampil dan penontonnya juga kerap kali berasal dari luar negeri.
Bagi Sandiaga, potensi itu perlu dioptimalkan dengan dukungan aksesibilitas. Salah satunya ialah membawa kembali penerbangan langsung internasional menuju Kota Surakarta.
Data, foto, dan portofolionya minim. Apalagi portofolio di luar negeri juga sedikit. Intinya, yang kemarin-kemarin tidak serius. (Gibran Rakabuming Raka)
Untuk itu, pihaknya tengah berkomunikasi dengan sejumlah maskapai penerbangan dan Kementerian Perhubungan agar bersedia membuka rute internasional lagi ke kota tersebut.
”Surakarta ada dalam trajektori yang sangat positif dalam pemulihan ekonomi. Isu utamanya penerbangan langsung dari luar negeri. Tadi saya sudah berhubungan dengan beberapa maskapai untuk mengajukan izin dan akan dibantu memberikan rekomendasi,” kata Sandiaga.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyampaikan, pengajuan sebagai kota kreatif sudah dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada 2017 dan 2019. Kedua usaha itu gagal. Penyebabnya adalah kurang lengkapnya aspek administratif. Data yang disuguhkan juga tak cukup kuat.
”Data, foto, dan portofolionya minim. Apalagi portofolio di luar negeri juga sedikit. Intinya, yang kemarin-kemarin tidak serius,” kata Gibran.
Dalam pengajuan kali ini, Gibran meyakini, potensi keberhasilannya cukup tinggi. Pihaknya telah menambah portofolio gelaran internasional dengan membawa sejumlah seniman asal Kota Surakarta untuk tampil di Paris, Perancis.
Ia juga sempat menemui perwakilan UNESCO untuk mengetahui aspek-aspek yang menggagalkan kota yang dipimpinnya dalam projek tersebut. Komunikasi intens pun dijalin dengan duta besar Indonesia yang menjadi delegasi dari UNESCO.
Sementara itu, Heru Mataya, pegiat festival, mengatakan, berlimpahnya aset budaya dari Kota Surakarta membuatnya layak untuk menyandang sebagai kota kreatif. Lebih-lebih jika basisnya adalah seni pertunjukan. Itu bisa dilihat dari keberadaan dua kerajaan, yakni Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegara, mengingat keduanya merupakan pusat pertumbuhan budaya Jawa.
”Surakarta adalah kota pertunjukan. Itu terbukti dari sejarahnya yang panjang. Adanya dua keraton (kerajaan) menjadi sumber tradisi kita. Dari sana, seni pertunjukan lahir sejak lama dan bertahan sampai sekarang,” kata Heru.
Namun, Heru menyadari, sisi administratif dalam pengajuan kota kreatif perlu dipenuhi syarat-syaratnya dengan baik. Menurut dia, penelitian dan penulisan mengenai potensi yang bisa disuguhkan kepada UNESCO harus disusun dengan sangat baik. Sinergitas pengelola festival juga menjadi aspek lain yang harus terus diperkuat.
”Kolaborasi antarpelaku seni kreatif adalah intinya. Kolaborasi harus dirajut lebih baik lagi. Seni pertunjukan tidak bisa berdiri sendiri. Ada pendukung lainnya, seperti kuliner dan kriya,” katanya.