Revitalisasi Bahasa Daerah Targetkan Generasi Muda Jadi Penutur Aktif
Revitalisasi bahasa daerah perlu digiatkan agar bahasa daerah tidak punah. Generasi muda jadi sasaran kegiatan revitalisasi itu dengan menjadi penutur aktif sehingga bahasa daerah terus ada.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Revitalisasi bahasa daerah untuk mendorong generasi muda menjadi penutur aktif bahasa daerah digiatkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Upaya ini untuk mencegah kepunahan bahasa daerah yang terjadi, terutama karena para penuturnya tidak lagi menggunakan atau mewariskan bahasa tersebut kepada generasi berikutnya.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) E Aminudin Aziz, Minggu (19/6/2022), mengatakan pelindungan bahasa dan sastra penting. Indonesia memiliki 718 bahasa daerah. Provinsi Papua memiliki bahasa daerah yang paling banyak, yaitu 428 bahasa. Hal ini sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah
”Status bahasa daerah saat ini per tahun 2019, ada 11 bahasa daerah sudah punah dan terjadi penurunan tingkat vitalitas bahasa. Sebanyak 21 bahasa sudah mengalami kerentanan terancam punah,” kata Aminuudin.
Padahal, ujar dia, bahasa daerah atau bahasa ibu berfungsi emotif. Artinya, bahasa daerah sebagai pengungkap rasa memiliki fungsi politis, fungsi estetis, fungsi medis, dan fungsi ekonomis. ”Bahasa daerah bisa dipakai untuk membuat karya-karya sastra daerah, ada sastra lisan, ada sastra tulis, seperti pantun dan sebagainya. Bahasa daerah ini adalah kekayaan kita bangsa Indonesia karena ada pengetahuan dan ada kearifan lokal,” kata Aminudin, menjelaskan.
Di acara Koordinasi Antarinstasi dalam Rangka Implementasi Model Pelindungan Bahasa Daerah yang digelar Kantor Bahasa Nusa Tenggara Timur (NTB) di Mataram, akhir pekan lalu, Aminudin mengatakan, kepunahan bahasa terjadi terutama karena para penuturnya tidak lagi menggunakan dan atau mewariskan bahasa tersebut kepada generasi berikutnya. Menurut dia, bahasa akan hidup jika selalu digunakan dan revitalisasi dilakukan untuk menghambat agar bahasa daerah tidak punah.
”Oleh karena itu, prinsip kita pada revitalisasi bahasa kali ini adalah bagaimana bahasa daerah itu dapat dipakai secara meluas oleh semua penutur bahasa itu, terutama generasi mudanya,” ujar Aminudin.
Upaya merevitalisasi bahasa daerah tersebut melibatkan semua unsur, antara lain pemerintah sebagai fasilitator, masyarakat sebagai penutur dan penggunanya, serta pegiat dan sekolah yang ikut andil dalam memberikan pembelajaran bahasa daerah. Selain itu, dengan pemanfaatan media untuk memublikasikan program revitalisasi bahasa daerah.
Tujuannya agar di masa depan ada pemilik dan penutur aktif bahasa daerah yang berasal dari kaum muda. Sebab, para penutur bahasa daerah kian menurun kapasitas dan kualitasnya dari waktu ke waktu karena penutur asli berpindah tempat (ada pernikahan silang antarsuku, antaretnis, antarbahasa, ataupun antarnegara), bahasa daerah sudah tidak digunakan sebagai alat komunikasi, ataupun penuturnya yang tutup usia.
Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTB Retno Hardiningtyas mengatakan, koordinasi untuk mendukung revitalisasi bahasa daerah melibatkan dinas pendidikan dan kebudayaan, perguruan tinggi, sekolah, dosen, guru, wartawan media lokal, serta komunitas dan lembaga yang terkait kebahasaan dan kesastraan. Tujuannya untuk menyosialisasikan model pelindungan bahasa daerah di NTB , yaitu bahasa Sasak, bahasa Mbojo, dan bahasa Samawa.
Ada enam materi revitalisasi bahasa daerah yang dilakukan, yaitu menulis cerita pendek; membaca dan menulis puisi; mendongeng; pidato; nyanyian rakyat; dan stand up comedy yang semuanya menggunakan bahasa daerah.
Selain itu, pihaknya juga melindungi bahasa daerah melalui model atau pendekatan baru dengan konsep dasar kurikulum atau materi revitalisasi, kemitraan dengan media, sekolah, masyarakat, dan individu peserta implementasi program pengendalian mutu pengawasan dan evaluasi.
Animo tinggi
Secara terpisah, Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah Valentina Lovina Tanate mengatakan, ada empat bahasa daerah di Kalimantan Tengah yang akan direvitalisasi pada tahun 2022 ini, yaitu bahasa Dayak Ngaju, Maanyan, Ot Danum, dan Melayu dialek Kotawaringin. Ada delapan tahap kegiatan, antara lain training of trainers (TOT) yang diikuti para guru utama; pembelajaran bagi guru/komunitas oleh guru utama; pembelajaran di kelas/komunitas; pemantauan; Festival Bahasa Ibu Tingkat Kabupaten/Kota; Festival Bahasa Ibu Tingkat Provinsi; dan publikasi.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Timur Sabai dalam testimoninya terhadap kegiatan Festival Sastra Lisan Tumet Leut yang telah dilaksanakan atas inisiasi Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah mengatakan bahwa revitalisasi sastra lisan yang dilakukan di wilayahnya memperoleh animo yang sangat bagus. Generasi muda memang harus dikenalkan kepada budayanya.
”Mereka harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pelindungan dan pelestarian bahasa daerah, kata Sabai.
Sementara itu, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Maluku Sahril menyampaikan, Maluku merupakan satu dari 12 provinsi yang mendapat program revitalisasi bahasa daerah. Pelaksanaan di Maluku untuk merevitalisasi bahasa daerah di Kabupaten Buru, bahasa Yamdena di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, dan bahasa Kei di Kabupaten Maluku Tenggara.
Ada enam materi revitalisasi bahasa daerah yang dilakukan, yaitu menulis cerita pendek, membaca dan menulis puisi, mendongeng, pidato, nyanyian rakyat, dan stand up comedy yang semuanya menggunakan bahasa daerah dan akan dilombakan pada Festival Bahasa Daerah di tiap-tiap daerah revitalisasi. Para pemenang dari lomba tersebut akan diundang ke Kota Ambon untuk menampilkan karya mereka dalam Festival Tunas Bahasa Ibu yang akan dilaksanakan pada bulan November tahun ini.
Sebelum dilombakan, materi revitalisasi akan diajarkan para ahli (guru master) kepada tiap peserta pelatihan, yaitu 251 guru sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di tiga kabupaten. Para peserta pelatihan tersebut akan mengajarkan materi revitalisasi 3.920 siswa yang merupakan peserta Revitalisasi Bahasa Daerah.
”Karena kita tak sanggup berjalan sendiri, maka kami memerlukan bantuan dan komitmen dari semua pihak untuk menyukseskan revitalisasi bahasa daerah ini,” ujar Sahril.