Stres Mempercepat Penuaan Sistem Kekebalan Tubuh
Stres mempercepat penuaan sistem kekebalan tubuh hingga mempermudah seseorang menderita berbagai penyakit infeksi atau degeneratif. Karena itu, stres harus dikendalikan dengan melakukan berbagai aktivitas positif.
Tekanan hidup sehari-hari, ketegangan pekerjaan, hingga pengalaman traumatis yang membekas dan diskriminasi mampu melemahkan campuran sel-sel kekebalan tubuh. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh pun menua lebih cepat. Konsekuensinya, risiko penyakit yang diderita pun meningkatkan, baik penyakit degeneratif maupun infeksi.
Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh secara alami akan menurun dengan drastis. Kondisi ini disebut immunosenescene yang salah satunya ditandai dengan banyaknya sel darah putih usang yang bersirkulasi dalam tubuh dan terlalu sedikitnya sel darah putih segar, tetapi naif yang siap menerima 'serangan' baru berbagai sumber penyakit.
Penuaan sistem kekebalan tubuh itu meningkatkan potensi seseorang menderita penyakit kanker, penyakit kardiovaskulaer, hingga rentan terpapar infeksi, termasuk Covid-19. Menurunnya sistem kekebalan tubuh juga mempercepat penuaan organ tubuh, meningkatkan risiko pneumonia, hingga menurunkan kemanjuran vaksin.
Karena itu, seiring makin menuanya populasi dunia, termasuk Indonesia, pemahaman tentang kondisi kesehatan terkait usia menjadi penting. ”Perubahan usia dalam sistem kekebalan tubuh berperan besar dalam penurunan kondisi kesehatan,” kata Eric Klopack dari Sekolah Gerontologi Leonard Davis, University of Southern California (USC), Amerika Serikat di situs USC, Senin (13/6/2022).
Baca Juga : Layanan Prima untuk Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 4 Oktober 2021 menyebut jumlah penduduk lanjut usia (lansia) berumur lebih dari 60 tahun di dunia pada 2015 mencapai 12 persen dan akan terus naik hingga menjadi 22 persen pada 2050. Per tahun 2020, jumlah penduduk lansia dunia telah melebihi dari jumlah anak berumur kurang dari 5 tahun (balita).
Sementara di Indonesia, Statistik Penduduk Lanjut Usia 2021 menyebut, 10,82 persen penduduk atau 29,3 juta orang adalah lansia. Porsi penduduk lansia pada 2020 mencapai 1 dari 10 penduduk dan akan terus meningkat hingga menjadi 1 dari 5 penduduk pada 2045. Sementara jumlah persentase lansia telah melebihi persentase balita sejak 2016.
Meski populasi menua, banyak ditemukan orang tua dengan usia yang sama, tetapi memiliki tingkat kebugaran dan kesehatan yang berbeda. Kondisi serupa juga mudah ditemui pada penduduk dewasa muda, yaitu usia kronologisnya masih muda, tetapi usia biologisnya jauh lebih tua.
Situasi tersebut membuat tim peneliti USC yang dipimpin Klopack mencari korelasi antara tingkat stres dan penuaan yang dihadapi, termasuk penuaan terhadap sistem kekebalan tubuh yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap penyakit.
Baca Juga: Mari Menua dengan Sukses
Hasilnya seperti yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin (13/6/2020), 5.744 responden berumur lebih dari 50 tahun yang melaporkan stres tinggi memiliki sistem kekebalan tubuh yang tua. Mereka juga memiliki sistem perlawanan tubuh terhadap penyakit yang lemah serta mempunyai persentase sel darah putih rusak yang tinggi.
Selain itu, stres yang tinggi juga menurunkan jumlah sel T, komponen penting dalam sistem kekebalan tubuh, yang merespons atau naif terhadap sumber penyakit. Hubungan antara stres berat dengan jumlah sel T yang rendah itu tetap kuat meski berbagai aspek lain dari perilaku kesehatan responden diperhitungkan, seperti pendidikan, merokok, konsumsi alkohol, indeks massa tubuh, serta ras atau etnis.
Sel T matang di kelenjar timus yang ada di tengah rongga dada, tepat di bagian depan atas jantung. Jaringan timus pada anak dan remaja lebih besar dibanding pada lansia. Jaringan timus ini akan menyusut dan tergantikan oleh lemak seiring bertambahnya usia.
Menyusutnya kelenjar timus itu membuat produksi sel kekebalan tubuh ikut berkurang. Proses ini akan semakin dipercepat oleh gaya hidup, seperti pola makan yang buruk dan kurangnya olahraga atau aktivitas fisik lain. Baik pola makan yang buruk maupun kurangnya aktivitas fisik itu umumnya berkaitan dengan stres yang dihadapi seseorang.
”Setelah faktor pola makan yang buruk dan kurangnya olahraga dihitung, hubungan antara stres dengan percepatan penuaan sistem kekebalan tubuh menjadi tidak kuat. Itu berarti, orang yang stres cenderung memiliki pola makan dan kebiasaan olahraga yang buruk. Kondisi inilah yang menjelaskan mengapa orang stres memiliki penuaan sistem kekebalan tubuh yang cepat,” kata Klopack seperti dikutip Science Daily, Senin (13/6/2022).
Karena itu, memperbaiki pola makan dan olahraga pada orang dewasa bisa mengimbangi percepatan penuaan sistem kekebalan tubuh akibat stres yang diderita.
Mencegah stres
Stres berdampak nyata bagi kesehatan fisik dan mental kita. Namun, hidup di zaman modern yang penuh dengan tekanan dan tuntutan membuat kita nyaris sulit menghindar dari stres. Meski demikian, bukan berarti stres tidak bisa dikelola.
”Dalam hidup, setiap masalah pasti ada solusinya,” kata Cary Cooper, ahli kesehatan kerja dari University of Lancester Inggris di situs National Health Service, Inggris, 2 Maret 2021.
Stres harus dikelola. Tanpa upaya sungguh-sungguh untuk mengendalikan keadaan dan tidak melakukan apa-apa untuk mengatasi stres yang terjadi maka sama saja dengan membuat situasi yang sedang terjadi makin buruk hingga stres pun akan semakin berat.
Karena itu, lanjut Cooper, kunci dari manajemen stres yang baik adalah membentuk kekuatan emosional, mengendalikan situasi, membangun jaringan sosial yang baik, hingga mengadopsi cara pandang yang positif.
Untuk itu, Cooper menyarankan 10 hal yang bisa dilakukan untuk mengelola stres. Ke-10 cara itu adalah:
1. Menjadi lebih aktif
Olahraga memang tidak akan membuat stres yang kita rasakan hilang. Namun, olahraga bisa mengurangi sebagian dari intensitas emosional yang kita rasakan, menjernihkan pikiran, serta membuat lebih tenang dalam menyelesaikan masalah.
2. Ambil kendali
Semua masalah pasti ada solusinya. Jika kita tetap pasif dan berpikir tidak mampu mengatasi masalah yang sedang kita hadapi, maka stres akan bertambah buruk. Perasaan hilangnya kendali diri adalah salah satu penyebab utama stres dan berkurangnya kesejahteraan.
Tindakan mengambil kendali itu sejatinya merupakan upaya pemberdayaan diri. Upaya ini menjadi langkah penting dalam menemukan solusi atas masalah yang kita hadapi karena solusi atas masalah itu hanya bisa ditemukan oleh diri sendiri, bukan oleh orang lain.
3. Terhubung dengan orang lain
Jejaring sosial yang kita miliki, baik dari teman, keluarga, atau kolega di tempat kerja bisa meringankan beban yang kita hadapi. Mereka juga bisa membantu kita menyelesaikan masalah dengan cara pandang yang berbeda. JIka kita tidak terhubung dengan orang lain, maka kita tidak akan memiliki dukungan saat kita membutuhkan bantuan.
Aktivitas yang dilakukan bersama teman bisa membantu kita lebih rileks atau santai. Mengobrol bersama atau tertawa bersama bisa menjadi penghilang stres yang baik.
4. Nikmati waktu sendiri
Hampir sebagian besar waktu kita dihabiskan untuk bekerja, perjalanan ke tempat kerja, dan menjalankan peran kita secara sosial di rumah dan di masyarakat. Bersosialisasi, relaksasi, dan berolahraga penting bagi kesehatan kita. Namun, jangan lupa sisihkan waktu untuk menikmati waktu kita atau 'me time' secara berkualitas, minimal dengan menjauhkan pikiran dari pekerjaan.
5. Tantang diri sendiri
Penting bagi setiap orang untuk memiliki tujuan hidup dan menghadapi tantangan yang menyertainya, baik itu terkait dunia pekerjaan atau target pribadi lainnya. Tujuan dan tantangan itu akan membuat kita terus belajar dan memperkaya pengetahuan. Kegiatan ini tidak hanya membuat kita menjadi aktif, tetapi juga membentuk diri menjadi pribadi yang tangguh secara emosional dan membangun kepercayaan diri yang ujungnya bisa membantu mengatasi stres.
6. Hindari kebiasaan tidak sehat
Jangan mengandalkan rokok, kafein, dan minuman beralkohol untuk menghadapi stres. Konsumsi ketiga barang tersebut yang umumnya dilakukan oleh laki-laki sejatinya merupakan upaya penghindaran masalah. Karena itu, dalam jangka panjang, ketiga barang itu tidak akan menyelesaikan masalah, malah rentan memicu munculnya masalah baru.
Baca Juga: Memilih Berhenti Merokok Saat Pandemi
7. Membantu orang lain
Mungkin agak aneh bahwa membantu orang lain bisa mengatasi stres. Namun, berbagai riset membuktikan kegiatan kesukarelawanan membentuk seseorang menjadi manusia yang tangguh. Membantu orang dengan kondisi lebih buruk dari yang kita alami akan membentuk perspektif kita dalam memandang masalah. Semakin banyak kita memberi, maka semakin banyak pula yang kita dapatkan.
Jika tidak punya waktu untuk menjadi peserta kerja sukarela, cobalah untuk membantu orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan bantuan setiap hari. Tak perlu sesuatu yang sulit atau mahal, cukup lakukan hal-hal sederhana seperti membantu orang lain menyeberang jalan atau membantu teman kerja yang menitip untuk dibelikan kopi.
8. Bekerja cerdas, bukan lebih keras
Bekerja cerdas berarti memprioritaskan pekerjaan yang lebih penting, yang lebih membutuhkan konsenstrasi dan menghasilkan hal yang nyata. Sadari bahwa tugas atau beban kerja yang berat akan selalu ada sehingga tidak mungkin mengabaikannya.
Kunci dari manajemen stres yang baik adalah membentuk kekuatan emosional, mengendalikan situasi, membangun jaringan sosial yang baik, hingga mengadopsi cara pandang yang positif.
9. Bersikap positif
Hidup tidak semuanya tentang kekurangan atau penderitaan. Semua orang tentu memiliki hal positif dalam hidupnya. Karena itu, cari hal-hal positif dalam hidup kita serta jangan lupa untuk menghargai dan mensyukurinya. ”Orang tidak selalu menghargai apa yang kita miliki. Karena itu, cobalah menjadi gelas yang setengah penuh, bukan gelas yang setengah kosong," kata Cooper.
10. Terima hal yang tidak bisa kita ubah
Sesuatu yang sulit dan tidak menyenangkan terkadang tidak bisa kita ubah. Karena itu, fokuslah untuk mengendalikan pada hal yang bisa kita kendalikan. Semakin banyak kita berusaha mengontrol hal lain yang ada di luar kendali kita, maka hanya stres yang akan kita dapatkan, bukan malah menyelesaikan masalah.
Jika kita bisa mengendalikan stres dalam hidup kita, maka penuaan sistem kekebalan tubuh pun bisa kita hambat sehingga kesehatan dan kesejahteraan lahir dan batin pun lebih mudah kita dapatkan.