Justin Bieber, Sindrom Ramsay Hunt, dan Covid-19
Sindrom ramsay hunt yang dialami artis Justin Bieber memicu spekulasi, salah satunya dikaitkan dengan dampak vaksin Covid-19. Di sisi lain, penyakit ini juga bisa menjadi salah satu manifestasi infeksi Covid-19.
”

Justin Bieber dan Omah Lay beserta rekan-rekannya dalam cuplikan video lagu Attention
Penyanyi Justin Bieber (28) mengundang perhatian setelah membagikan video ke Instagram pada Jumat lalu yang menunjukkan sisi kanan wajahnya telah lumpuh karena sindrom ramsay hunt. Sindrom ini disebabkan oleh virus varicella-zoster yang dapat dorman selama beberapa dekade setelah seseorang menderita cacar air saat kecil, tetapi bisa aktif kembali saat dewasa.
Dalam video itu, Bieber menunjukkan bahwa ia tidak bisa mengedipkan mata kanannya, menggerakkan lubang hidung kanannya, atau tersenyum dengan sisi kanan mulutnya. ”Bagi mereka yang frustrasi dengan pembatalan pertunjukan berikutnya, saya hanya secara fisik, jelas, tidak mampu melakukannya,” kata Bieber kepada para penggemarnya karena terpaksa harus membatalkan jadwal konser.
Artis yang dijadwalkan akan menggelar konser di Indonesia pada awal November 2022 ini juga mengatakan, ”saya harap kalian mengerti. Saya hanya akan menggunakan waktu ini untuk beristirahat dan bersantai dan kembali ke 100 persen sehingga saya bisa melakukan apa yang saya lakukan sejak lahir.”
Sindrom langka
Sindrom ramsay hunt (RHS) merupakan gangguan neurologis langka yang ditandai dengan kelumpuhan saraf wajah (kelumpuhan wajah) dan ruam yang mempengaruhi telinga atau mulut. Kelainan telinga seperti telinga berdenging (tinnitus) dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi.
Andrew E Crouch dan tim dalam publikasinya di National Center for Biotechnology Information (NCBI, Mei 2022) menyebutkan, sindrom ramsay hunt juga dikenal sebagai herpes zoster oticus karena ruam telinga yang khas. Namun, beberapa dokter menggunakan herpes zoster oticus hanya untuk ruam telinga dan sindrom ramsay hunt untuk kombinasi ruam telinga dan kelumpuhan wajah.

Ramsay-Hunt Syndrome. Grafis oleh Ella Workman. Sumber: www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557409/figure/article-22843.image.f4/?report=objectonly
Sindrom ini merupakan komplikasi akhir dari infeksi virus varicella-zoster (VZV), virus yang juga menyebabkan cacar air pada anak-anak dan herpes zoster pada orang dewasa. Virus ini diketahui dapat dorman selama beberapa dekade pada orang yang pernah menderita cacar air saat kecil.
Reaktivasi VZV inilah yang menyebabkan herpes zoster dan, dalam beberapa kasus, berkembang menjadi sindrom ramsay hunt. Alasan mengapa virus aktif kembali dan mempengaruhi saraf wajah pada sindrom ramsay hunt masih menjadi misteri.
Nama gangguan diambil dari nama James Ramsay Hunt (1872-1937), seorang ahli saraf Amerika Serikat dan perwira dalam Perang Dunia I yang pertama kali mendeskripsikannya pada tahun 1907. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini sudah lama menyebar.
Zubairi Djoerban, dokter senior yang juga spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (kanker), mengatakan, herpes zoster banyak ditemukan di Indonesia. ”Saya pernah menangani herpes zoster yang mengenai mata (herpes zoster opthalmicus),” katanya.
Baca juga: Sehat di Usia Lanjut
Menurut Zubairi, sindrom ini biasanya dialami pasien-pasien kanker yang dapat kemoterapi. Selain itu, hal ini juga kadang dialami pasien penyakit autoimun yang mendapat dosis pengobatan metilprednisolon sewaktu dosisnya masih tinggi.
Hal ini karena manifestasi sindrom ini juga bervariasi. ”Namun, tanda pertama sindrom ini sering kali berupa ruam kecil, serta kelemahan pada sisi wajah yang terkena dan hilangnya ekspresi wajah,” katanya.
Gejala lain, di antaranya, gendang telinga yang sakit sehingga mengalami gangguan pendengaran di satu sisi. Terkadang penderita juga kesulitan menutup salah satu mata dan kelumpuhan pada satu sisi muka, serta vertigo. Namun, untuk memastikannya diperlukan tes darah dan kulit untuk mengetahui keberadaan virus varicella-zoster, elektromiografi (EMG), atau pencitraan resonansi magnetik (MRI).
Zubairi menambahkan, dari berbagai studi disebutkan, tingkat pemulihan sindrom ini cukup tinggi, yakni di atas 70 persen. ”Tentu harus dengan pendekatan medis yang tepat,” katanya, yang menyebutkan setidaknya ada tiga pilihan obat, yaitu acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir. ”Dari pengalaman saya, valacyclovir lebih baik ditambah obat steroid (seperti prednison). Kombinasi itu membuat penyembuhannya lebih cepat.”
Menurut Zubairi, gejala sindrom ramsay hunt ini sering salah diagnosis sebagai Bell’s Palsy atau kelumpuhan pada salah satu sisi otot wajah sehingga salah satu sisi wajah tampak melorot. Bell’s Palsy memang bisa terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, kondisi ini paling sering terjadi pada ibu hamil, penderita diabetes, dan penderita infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu.

Foto bertanggal 13 September 2021 ini menunjukkan penyanyi Justin Bieber menghadiri 2021 Met Gala di the Metropolitan Museum of Artin New York.
Dari sisi epidemiologi, menurut Crouch, sindrom ramsay hunt yang mempengaruhi baik pasien imunokompeten dan immunocompromised memiliki insiden sekitar 5 per 100.000 orang per tahun. Sebaliknya, insiden Bell’s Palsy jauh lebih tinggi, berkisar 15-30 per 100.000 orang per tahun.
Vaksin hingga infeksi Covid-19
Sebagaimana dijelaskan Zubairi maupun Crouch dan para ahli lain, sindrom ramsay hunt telah lama diketahui. Namun, dengan munculnya kasus Justin Bieber ini di tengah pandemi Covid-19, spekulasi juga menyebar luas mengenai penyebab sakitnya pesohor ini. Di sosial media, keberadaan vaksin Covid-19 dituding sebagai salah satu penyebabnya.
Spekulasi ini memang bukan tanpa dasar karena ada laporan ilmiah mengenai hal ini. Chariene Jane Woo dari Department of Medicine, The University of Hong Kong dan tim melaporkan di Postgraduate Medical Journal-BMJ Journals pada Desember 2021 melaporkan kemungkinannya.
”Kami baru-baru ini mendiagnosis sindrom ramsay hunt (RHS) pada pria berusia 37 tahun yang sebelumnya sehat. Dua hari setelah dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech (BNT162b2), dia merasakan demam dan nyeri di telinga kanan. Vesikel kemudian berkembang di telinga kanan dan salurannya, bersama dengan vertigo, tinnitus dan kehilangan pendengaran. Dia mengeluhkan kelumpuhan wajah, mati rasa pada lidah dan disgeusia (gangguan indera pengecap),” tulis Woo.
Baca juga: Hanya Seperempat Pasien Bisa Pulih Setelah Satu Tahun Infeksi Covid-19
Pada pemeriksaan, tambah Woo, didapatkan kelumpuhan nervus fasialis kanan grade 4 tipe lower motor neuron dengan tuli sensorineural kanan dan tidak ditemukan defisit neurologis lainnya. Diagnosisnya adalah RHS yang mengarah ke kelumpuhan saraf wajah perifer, neuropathy vestibulocochlear dan neuropati sensorik somatik glossopharyngeal. ”Saat gejalanya berkembang dua hari setelah vaksinasi, kami menduga vaksinasi memicu RHS. Ini akan menjadi kasus RHS pertama yang dilaporkan setelah vaksinasi Covid-19,” tulisnya.
Di sisi lain, laporan studi yang mengaitkan sindrom ini dengan infeksi Covid-19 lebih banyak lagi. Misalnya, studi MehrdadEstakhr dari Clinical Neurology Research Center, Shiraz University of Medical Sciences, Iran di The American Journal of the Medical Science pada April 2022 menyebutkan, sekalipun target utama SARS-CoV-2 adalah saluran pernapasan, virus ini dapat menyerang organ di luar organ pernapasan seperti sistem saraf. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 dapat memicu kelumpuhan saraf wajah sebagai manifestasi klinis awal.
Florian Antonescu dari Department of Neurology, National Institute of Neurology and Neurovascular Diseases, Romania, dan tim di American Journal of Cases Report pada November 2021 melaporkan kasus wanita 54 tahun yang dirawat dengan sindrom vestibular akut dan diplopia. Saat masuk, dia dinyatakan positif SARS-CoV-2. Pada hari-hari berikutnya, ia mengalami kelumpuhan saraf keenam di sisi kiri dan kelumpuhan wajah perifer kanan di sisi kanan, diikuti oleh ruam zoster yang khas pada telinga ipsilateral. Satu bulan kemudian, dia mengalami gangguan pendengaran akut parah di sisi kanan.
”Kesimpulan kami, Covid-19 meningkatkan risiko infeksi herpes zoster, mungkin melalui depresi yang diinduksi dari imunitas seluler. Kasus kami menunjukkan bahwa sindrom ramsay hunt dapat menjadi gejala yang muncul dan terkadang satu-satunya gejala Covid-19,” tulis Antonescu.
Kami baru-baru ini mendiagnosis sindrom ramsay hunt pada pria berusia 37 tahun yang sebelumnya sehat. Dua hari setelah dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech (BNT162b2), dia merasakan demam dan nyeri di telinga kanan.
Zubairi mengatakan, dari paper di atas, salah satu kemungkinan sindrom ramsay hunt bisa disebabkan infeksi Covid-19. ”Dalam kasus Justin Bieber, perlu dilihat hasil tes Covid-19 bagaimana dan kemudian tes terhadap herpes zoster,” katanya.
Sebagaimana diberitakan di sejumlah media, Justin Bieber pada 19 Februari 2022 dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Meskipun demikian, masih perlu investigasi lebih lanjut untuk memastikan kaitan infeksi Covid-19 dengan sindrom ramsay hunt, ataupun kaitannya dengan vaksin Covid-19.
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman juga mengingatkan, sebagai penyakit baru, implikasi tidak langsung dari infeksi Covid-19 kemungkinan masih bakal banyak diketahui belakangan. Namun yang pasti, sindrom ramsay hunt bisa disembuhkan dan obatnya banyak disediakan di apotek-apotek di Indonesia. Karena itu, tidak ada alasan untuk menolak vaksinasi Covid-19 jika khawatir dengan sindrom ini, apalagi risiko dari infeksi Covid-19 juga bisa lebih besar.