Kasus Covid-19 Naik, Perketat Protokol Kesehatan dan Tingkatkan ”Booster”
Menyusul naiknya kasus Covid-19 serta teridentifikasinya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia, protokol kesehatan perlu diperketat dan cakupan vaksinasi termasuk vaksin penguat atau ”booster” harus ditingkatkan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kasus Covid-19 di Indonesia meningkat dalam sepekan terakhir di tengah ditemukannya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Protokol kesehatan yang mulai melonggar perlu diperketat sambil meningkatkan cakupan vaksinasi dosis penguat (booster) untuk mencegah lonjakan kasus.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menjadi salah satu pemicu kenaikan kasus Covid-19 di banyak negara, seperti Amerika Serikat dan Singapura. Hal ini menjadi pengingat semua pihak untuk memperketat protokol kesehatan guna mencegah penyebaran kasus lebih luas.
”Dari berbagai aspek, tentu pencegahan penularan Covid-19 varian apa pun tetap harus menjadi perhatian, yaitu dengan memperkuat protokol kesehatan,” ujarnya dalam webinar PDPI bertajuk ”Waspada Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5 dalam Masa Transisi Menuju Endemi” di Jakarta, Minggu (12/6/2022).
Agus mengatakan, teridentifikasinya varian tersebut perlu disikapi oleh tenaga medis, baik dalam penatalaksanaan kasus maupun aspek epidemiologi yang dapat berdampak terhadap peningkatan kasus di Tanah Air. Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat juga harus diintensifkan.
”Bagaimanapun peran tenaga medis dalam mengedukasi menjadi salah satu upaya penting dalam menahan peningkatan kasus melalui upaya-upaya pencegahan penularan,” ujarnya.
Peningkatan kasus harian Covid-19 di Indonesia dalam beberapa hari terakhir perlu diwaspadai. Terdapat penambahan 551 kasus Covid-19 baru pada Minggu (12/6/2022) yang didominasi dari DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Bali. Jumlah itu naik dibandingkan dengan sepekan lalu yang sebanyak 388 kasus.
Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, Erlina Burhan, mengingatkan tenaga kesehatan dan masyarakat agar lebih waspada menyusul teridentifikasinya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Dia mengatakan, saat ini ditemukan sembilan kasus varian BA.4 dan BA.5 di Tanah Air yang didominasi pasien tanpa gejala dan gejala ringan.
Semua pasien tersebut sudah divaksin, baik dosis lengkap maupun booster. ”Vaksin tidak 100 persen mencegah penularan. Namun, vaksin membuktikan, kalaupun tertular, itu (gejala) ringan atau tidak menjadi berat sehingga mencegah perawatan di rumah sakit,” katanya.
Terdapat sejumlah tantangan dalam transisi menuju endemi, di antaranya melonggarnya protokol kesehatan, menurunnya perilaku masyarakat menerapkan praktik hidup bersih dan sehat, dan munculnya orang-orang yang menolak memakai masker. Selain itu, vaksinasi booster juga belum optimal.
Kedua varian itu lebih cepat menular dibandingkan dengan subvarian Omicron BA.1 dan BA.2. Selain itu, kemampuan untuk menghindari deteksi dari sistem imun juga lebih tinggi. Namun, belum ditemukan indikasi varian ini menimbulkan kesakitan lebih parah dibandingkan dengan subvarian Omicron sebelumnya.
Erlina menyebutkan, subvarian BA.4 sudah dilaporkan sebanyak 6.903 sekuens genom melalui GISAID yang berasal dari 58 negara. Sementara subvarian BA.5 dilaporkan sebanyak 8.687 sekuens dari 63 negara. ”Kemungkinan, mutasi Covid-19 akan terus terjadi. Jadi, jangan menganggap sudah 100 persen bebas,” ucapnya.
Menurut Erlina, terdapat sejumlah tantangan dalam transisi menuju endemi, di antaranya melonggarnya protokol kesehatan, menurunnya perilaku masyarakat menerapkan praktik hidup bersih dan sehat, dan munculnya orang-orang yang menolak memakai masker. Selain itu, vaksinasi booster juga belum optimal.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan melalui laman vaksin.kemkes.go.id, dari 208,26 juta jiwa target vaksinasi Covid-19, cakupan vaksinasi dosis pertama mencapai 94,44 persen dan dosis kedua 80,7 persen. Sementara cakupan vaksin penguat atau booster masih 22,88 persen.
”Kalau ingin mengawal masa transisi ini, kita perlu menggalakkan agar orang-orang mau booster,” ujar Erlina.
Tenaga Ahli Menteri Kesehatan Andani Eka Putra mengatakan, pengendalian pandemi memerlukan dukungan peningkatan tes dan penelusuran kontak di daerah. Selain itu, kedisiplinan masyarakat menjalankan protokol kesehatan juga menjadi faktor penting mencegah lonjakan kasus.
”Akan tetapi, hipotesis saya, belum ada hubungan peningkatan kasus dengan penemuan subvarian BA.4 dan BA.5. Bisa saja saya salah, bergantung bagaimana kita membuktikannya nanti dari data-data ke depan,” katanya.