Sikap Ramah dan Saling Hargai Rekan Kerja Dapat Cegah Stres
Sikap saling menghargai di lingkungan kerja mungkin menjadi kunci untuk mengelola respons stres kita sehari-hari.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
Sebuah studi dari University of California San Diego Rady School of Managementmenemukan bahwa sikap ramah dan saling menghargai rekan kerja dapat meningkatkan respons kardiovaskular yang lebih baik. Hal ini akan berdampak pada kondisi orang tersebut seperti terhindar dari stres serta meningkatkan konsentrasi dan percaya diri sehingga memungkinkan individu memberikan kinerja terbaik di tempat kerja.
Sikap ramah dan saling menghargai telah diketahui dapat meningkatkan keintiman dalam sebuah hubungan pernikahan. Namun, penelitian terbaru dari University of California (UC) San Diegoyang terbit di Journal of Experimental Psychology: General, Mei 2022, menunjukkan bahwa sikap tersebut juga berdampak baik bagi orang-orang dalam satu lingkup pekerjaan.
”Dari hasil studi kami, sikap ini berimplikasi baikbagi organisasi khususnya karyawan yang bekerja bersama pada lingkup pekerjaan dengan tingkat stres tinggi,” ujar Christopher Oveis, salah satu penulis studi ini dikutip dari situs resmi UC San Diego, Rabu (8/6/2022).
Sikap ramah dan saling menghargai ini menjadi mendasar dalam memperkuat hubungan kita di tempat kerja. (Christopher Oveis)
Kesimpulan dari studi ini diperoleh setelah para peneliti melakukan uji coba dengan 200 peserta dari mahasiswa UC San Diegoyang harus saling bersaing satu sama lain. Peserta dibuat saling berpasangan dan diminta untuk menjalin hubungan seperti rekan kerja. Secara umum, rekan kerja memiliki hubungan yang tidak dekat secara personal, tetapi banyak menghabiskan waktu bersama.
Para peserta kemudian diminta untuk menawarkan dan memasarkan sepeda bagi siswa dalam waktu enam menit. Setelah itu, mereka juga diberi waktu enam menit kembali untuk mengajukan produk dan rencana pemasarannya di hadapan panel juri. Tim pemenang akan mendapatkan hadiah sebesar 200 dollar AS.
Menurut Christopher, pada dasarnya tugas tersebut mustahil dikerjakan. Namun, para peneliti merancang hal tersebut sebagai eksperimen untuk menciptakan lingkungan dengan tingkat stres tinggi. Dengan begitu, peneliti bisa mengukur bagaimana sikap saling menghargai antar-sesama rekan kerja dapat merespons kondisi tersebut mengingat mayoritas orang menghabiskan sepertiga atau lebih waktunya di tempat kerja.
Untuk mengukur respons fisiologis, peserta mengenakan elektroda di leher dan dada yang berguna untuk mengumpulkan sinyal elektrokardiografi (EKG) dan kardiografi impedansi (ICG). Tekanan darah peserta juga dipantau melalui manset tekanan darah yang dikenakan pada lengan subyek.
Christopher menjelaskan, dalam kondisi yang menuntut tekanan lebih, setiap orang memiliki satu ataupun dua respons biologis. Dalam kondisi tertekan, beberapa orang terkadang memunculkan respons tantangan yang ditandai dengan peningkatan kerja jantung, pelebaran pembuluh darah, dan percepatan aliran oksigen ke otak.
Sementara pada beberapa orang lainnya, kondisi tertekan justru memunculkan respons ancaman. Respons ini bahkan menyebabkan jantung memompa lebih sedikit darah, pembuluh darah menyempit, aliran darah ke perifer berkurang, dan kinerja fisikmenurun.
Setelah melewati serangkaian eksperimen dan analisis, peneliti menemukan bahwa satu hingga dua menit saja seseorang bisa saling menghargai akan mendorong rekan kerja lainnya memunculkan respons tantangan biologis. Kondisi ini menjadi hal yang baik karena respons tantangan sangat adaptif dan kerap dikaitkan dengan peningkatan kinerja.
”Sikap saling menghargai di lingkungan kerja mungkin menjadi kunci untuk mengelola respons stres kita sehari-hari. Akan tetapi, intinya adalah sikap ramah dan saling menghargai ini menjadi mendasar dalam memperkuat hubungan kita di tempat kerja,” kata Christoper.
Dalam penelitian lainnya oleh para peneliti dari BI Norwegian Business School, manajer yang menjalin hubungan baik dengan karyawannya juga cenderung tidak mengalami stres dan tekanan tinggi di tempat kerja. Hasil studi ini diperoleh setelah peneliti menganalisis tanggapan dari 3.000 manajer di Norwegia.
Profesor psikologi BI Norwegian Business School, Astrid M Richardsen, menyebut bahwa tingkat stres para manajer akan berkurang apabila karyawan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah. ”Jadi, hal terbaik yang dapat dilakukan seorang manajer untuk mencegah stres kerja adalah mengembangkan hubungan baik dengan karyawan di tempat kerja,” ucapnya.