Menkes: Hepatitis Akut Menular melalui Asupan Makanan
Pemerintah mengimbau masyarakat tidak khawatir berlebihan dalam menghadapi kasus hepatitis akut. Tingkat penularan hepatitis akut disebut tergolong rendah.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan dalam menghadapi kasus hepatitis akut. Meskipun belum dapat dipastikan penyebabnya, tingkat penularan hepatitis akut disebut tergolong rendah dan tidak secepat penyakit-penyakit yang berpotensi pandemi seperti Covid-19. Hepatitis akut juga tidak perlu menimbulkan kepanikan karena tidak ditemukan terjadinya klusterisasi kasus.
”Kita sudah ngomong dengan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika, kita sudah ngomong dengan CDC Inggris, klusterisasi itu tidak terjadi. Itu nomor satu. Jadi ini tidak semenular yang dibayangkan banyak orang,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjawab pertanyaan wartawan seusai menghadiri Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pusat di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Rabu (11/5/2022).
Ketika ada gejala hepatitis akut, Menkes Budi mengingatkan agar pasien segera menjalani tes SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) dan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase). ”Yang penting adalah kita sudah mempersiapkan protokol untuk surveilansnya, yang penting adalah dites SGPT-SGOT. Kalau sudah di atas 100, karena normalnya 30, itu yang harus benar-benar dirujuk ke faskes (fasilitas kesehatan),” tambah Budi.
CDC atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Inggris dan Amerika Serikat hingga kini juga masih terus mencari penyebab dari hepatitis akut ini. ”Masih belum tentu adenovirus karena ada juga anak balita yang kena, tetapi tidak ada adenovirusnya. Kalau ini benar adenovirus, pasti seharusnya akan ada. Jadi memang lagi dicari apakah benar ini karena virusnya atau karena kombinasi-kombinasi kesehatan lingkungannya yang kurang atau juga genetiknya. Jadi, untuk sementara masih belum bisa diambil kesimpulan,” ucap Budi.
Masyarakat tetap diminta waspada karena hepatitis akut menular melalui asupan makanan sehingga harus rajin cuci tangan sebelum makan. Makanan juga disarankan dimasak dengan baik. Hepatitis akut menyerang anak-anak di bawah 16 tahun, terutama di bawah usia 5 tahun. Pasien akan buang air besar yang disertai demam. ”Dua (pencegahan) itu saja, sih, khususnya untuk anak-anak, ya,” lanjut Menkes.
Karena tingkat penularannya yang rendah, masyarakat diminta tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi hepatitis akut. ”Ini hepatitis akut di kita 15 (kasus) dari 270 juta (penduduk), beda dengan Covid yang seharinya sekarang 200 (kasus). Jadi sekarang ini ada balancing juga, ini jauh di bawah Covid penularannya, mungkin, even di bawah cacar, di bawah kolera, TBC,” kata Menkes Budi.
Kasus Covid-19
Terkait kenaikan kasus Covid-19 yang sempat terjadi di DKI Jakarta setelah libur Lebaran, menurut Budi, masih dalam tahap yang wajar. Angka kasus harian di Indonesia saat ini disebut masih sangat rendah dibandingkan Amerika Serikat yang bisa 100.000 kasus per hari dan Inggris yang masih puluhan ribu kasus per hari.
”Jadi kita itu sangat rendah. Apakah nanti kalau Lebaran bisa naik apa enggak, aku rasa kemungkinan naik, kenapa? Karena banyak interaksi. Tapi kenaikannya enggak usah bikin panik. Kenapa? Karena sekarang kita sudah di level 300 (kasus), kemarin naik ke 900, ya, aku bilang itu masih di level sangat rendah sekali,” tutur Budi.
Sepanjang angka harian Covid-19 masih di bawah 10.000 per hari, kasusnya masih tergolong normal. Budi juga menyebutkan, saat ini Indonesia belum masuk ke endemi. Transisi dari pandemi menuju endemi tidak bisa diputuskan sepihak oleh Pemerintah Indonesia. ”Karena ini levelnya dunia, kita enggak bisa mutusin sendiri. Yang jelas, kita harus melihat negara-negara lain seperti apa. Karena penularannya antara negara tinggi sekali,” ujar Budi.
Keputusan perubahan dari pandemi menjadi endemi tidak hanya mempertimbangkan faktor kesehatan. Pertimbangannya, antara lain, juga akan memperhitungkan faktor lain, seperti sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Masyarakat diajak untuk melakukan persiapan sebaik-baiknya supaya siap menghadapi transisi dari pandemi ke endemi.
Pada masa transisi pandemi ke endemi, tanggung jawab pemeliharaan kesehatan harus sudah dimiliki oleh masyarakat. ”Jadi kayak kita sekarang DBD (demam berdarah dengue), pemerintah enggak usah atur, teman-teman sudah tahu kalau ini sudah kena, kita mesti gini, kalau kita dirawat harus gini, nah itu yang penting,” tambah Budi.
Saat menyampaikan keterangan pers seusai Rapat TPPS Pusat di Istana Wapres, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta masyarakat tidak menganggap bahwa jumlah kasus Covid-19 yang rendah di Indonesia sebagai sesuatu yang sudah wajar.
”Enggak juga karena banyak negara masih struggle untuk menurunkan Covid-19. Kalau jumlah Covid-nya menurun, kita bisa lihat masyarakat mulai melakukan kegiatan dan itu artinya seperti kemarin, 84 juta masyarakat mudik pasti menimbulkan kegiatan ekonomi,” ujarnya.