Kementerian Kesehatan: Pedoman Pencegahan Hepatitis Akut di Sekolah Belum Diperlukan
Hepatitis akut misterius dapat menular pada anak usia di bawah 16 tahun. Upaya pencegahan harus terus diperkuat, terutama dengan memastikan pelaksanaan prinsip hidup bersih sehat dan protokol kesehatan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya pencegahan penularan hepatitis akut misterius pada anak diperkuat seiring dengan penambahan kasus yang dilaporkan terkait penyakit tersebut. Meski begitu, pedoman khusus pencegahan penularan hepatitis akut dinilai belum diperlukan, termasuk di lingkungan sekolah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, dihubungi di Jakarta, Rabu (11/5/2022), menyampaikan, pedoman pencegahan hepatitis akut misterius dinilai tidak diperlukan. Upaya pencegahan bisa dilakukan sesuai dengan pencegahan penularan hepatitis pada umumnya.
”Kewaspadaan sama seperti pencegahan hepatitis yang ada selama ini. Saat ini yang ditingkatkan adalah upaya surveilans dan deteksi dini dari masyarakat dalam mengenali gejala dan tanda dari penyakit ini,” tuturnya.
Hal serupa disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso. Menurut dia, upaya pencegahan yang perlu dilakukan saat ini yakni memastikan prinsip hidup bersih sehat (PHBS) diterapkan secara optimal di masyarakat.
”Selama di sekolah pastikan untuk tetap melanjutkan protokol kesehatan dengan optimal,” katanya.
Sesuai dengan anjuran dari IDAI, upaya pencegahan hepatitis akut misterius ini bisa dilakukan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan cairan disinfektan, minum air yang bersih dan matang, mengonsumsi makanan yang bersih dan matang sepenuhnya, serta membuang tinja dan popok sekali pakai pada tempatnya. Upaya pencegahan lain dengan menggunakan alat makan sendiri-sendiri, menggunakan masker, dan menjaga jarak.
Selama di sekolah pastikan untuk tetap melanjutkan protokol kesehatan dengan optimal. (Piprim Basarah Yanuarso)
Piprim menambahkan, masyarakat, terutama orangtua, juga perlu mengenali tanda dan gejala dari hepatitis akut ini sejak dini. Gejala yang biasa dialami, seperti mual dan muntah, diare, nyeri perut, kuning pada mata dan kulit, lesu, demam, kejang, serta penurunan kesadaran. Jika menemukan anak dengan gejala tersebut, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Kementerian Kesehatan mencatat setidaknya ada 15 kasus suspek hepatitis akut yang penyebabnya belum diketahui dengan lima kasus kematian di antaranya. Investigasi masih dilakukan untuk memastikan status dari kasus yang dilaporkan tersebut.
Nadia mengatakan, dari lima kasus kematian yang dilaporkan dengan dugaan hepatitis akut, tiga kasus dilaporkan dari DKI Jakarta; satu kasus dari Tulungagung, Jawa Timur; dan satu kasus dari Solok, Sumatera Barat. Sementara kasus lainnya belum tercatat sebagai kasus kematian dengan dugaan penyakit hepatitis akut karena masih dalam proses verifikasi.
Nadia menuturkan, empat kasus kini dalam status klasifikasi yang tertunda (pending classification). Pemeriksaan masih dilakukan untuk mengetahui status dari adanya infeksi adenovirus serta pemeriksaan pada hepatitis E. ”Diharapkan bisa selesai tiga sampai empat hari ke depan,” katanya.
Sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat tiga pembagian diagnosis kerja dari kasus hepatitis yang belum diketahui penyebabnya ini. Suatu kasus akan masuk dalam kategori probable (kemungkinan) jika berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penularan hepatitis A, B, C, D, dan E; enzim hati berdasarkan pemeriksaan SGOT/SGPT lebih dari 500 internasional unit per liter (IU/L); serta berusia 16 tahun ke bawah.
Sementara kasus yang masuk dalam kategori Epi-linked apabila dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan hepatitis A, B, C, D, dan E serta kontak erat dengan kasus probable. Kasus terkonfirmasi hingga saat ini belum dapat diklasifikasikan karena belum ditemukan secara pasti penyebab dari penyakit tersebut. Untuk kasus yang masih dalam pemeriksaan akan masuk dalam kategori pending classification.
WHO mencatat, setidaknya terdapat 348 kasus dugaan hepatitis akut misterius yang dilaporkan dari 20 negara. Dari penelitian sementara, dugaan adenovirus sebagai penyebab dari penularan hepatitis akut ini semakin menguat.