Dua Bangkai Gajah Betina Tanpa Gading Ditemukan di Penyangga Leuser
Dua bangkai gajah sumatera tanpa gading ditemukan di desa penyangga Taman Nasional Gunung Leuser, Langkat. BBKSDA Sumut menyebut gajah mati karena diserang gajah jantan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
STABAT, KOMPAS — Dua bangkai gajah sumatera tanpa gading ditemukan di desa penyangga Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Meskipun gading gajah hilang, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam atau BBKSDA Sumatera Utara menyebut gajah mati karena diserang gajah jantan.
”Gajah mati akibat tusukan benda tumpul yang identik dengan tusukan gading jantan dewasa. Sehari setelah mati, ada masyarakat yang berupaya mengambil caling (gading) pada gajah betina itu,” kata Pelaksana Tugas Kepala BBKSDA Sumut Irzal Azhar, Jumat (15/4/2022).
Irzal mengatakan, dua gajah sumatera (Elephas maximus sumatrae) tersebut ditemukan secara terpisah di Aras Napal, Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang. Gajah pertama adalah betina dewasa yang ditemukan sekitar 150 meter dari batas Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Temuan itu dilaporkan masyarakat kepada Balai Besar TNGL, Minggu (10/4/2022).
Ketika petugas memeriksa lokasi temuan, masyarakat lainnya juga melaporkan temuan bangkai gajah yang berjarak sekitar 1,4 kilometer dari temuan pertama. Bangkai gajah betina remaja itu diperkirakan sudah enam bulan membusuk dan berjarak sekitar 140 meter dari batas TNGL.
Irzal mengatakan, petugas telah melakukan nekropsi (bedah bangkai) terhadap gajah betina dewasa pada Rabu (13/4/2022). Gajah itu diduga mati akibat kehabisan darah setelah ditusuk benda tumpul di bagian dada dan perut. Bekas lukanya identik dengan tusukan gading gajah jantan dewasa.
Dugaan itu, kata Irzal, diperkuat keterangan warga yang mendengar suara raungan gajah yang sangat riuh dari lokasi kejadian, sehari sebelum bangkai ditemukan. ”Di sekitar lokasi bangkai gajah juga terdapat bekas-bekas tapak kaki gajah yang cukup banyak seperti bekas perkelahian,” ucapnya.
Irzal menyebut, caling sebelah kiri gajah betina dewasa tersebut sudah hilang. Masyarakat yang melihat bangkai gajah tersebut diduga mengambilnya setelah menemukan gajah mati. Terdapat bekas sayatan pada otot pengikat caling sebelah kiri, tetapi masih terdapat sisa caling di tubuh gajah tersebut. Caling sebelah kanan juga masih utuh. Petugas juga mengambil sampel isi lambung dan bagian lambung untuk uji toksik di laboratorium.
Sementara itu, gajah betina remaja tidak bisa dinekropsi karena sudah membusuk dan hanya tinggal tulang belulang. Namun, pemeriksaan forensik menunjukkan tengkorak gajah itu retak. Calingnya juga tidak ditemukan. Caling atau gading merupakan gigi taring yang berevolusi menjadi lebih panjang pada gajah. Tidak seperti gajah betina Afrika, gading gajah betina Asia tidak sepanjang gading jantan sehingga sering disebut sebagai caling.
Irzal menyebut, lokasi temuan bangkai gajah itu merupakan hutan produksi terbatas yang sudah dialihfungsikan masyarakat menjadi kebun jeruk dan pisang. Karena merupakan jalur jelajahnya, gajah pun sering melintas dan memakan pisang di kebun warga. TNGL dan ladang warga dipisahkan sungai.
Berdasarkan keterangan warga, kata Irzal, di penyangga TNGL itu terdapat seekor gajah jantan soliter (tidak berkelompok) dewasa yang cukup besar. Warga menamai gajah itu Si Buntung karena ekornya terpotong. Ada juga yang menamainya Sukro. Gajah diperkirakan sedang pada masa musth (masa kawin). Betina yang tidak pada periode estrus pun tidak mau kawin dan melakukan perlawanan sehingga terjadi perkelahian.
Kepala Bagian Tata Usaha BBKSDA Sumut Andoko Hidayat mengatakan, jalur jelajah gajah tersebut merupakan bagian dari Area 242 Aras Napal yang merupakan barang milik negara yang dikelola BBKSDA Sumut. ”Kawasan masih mempunyai tutupan hujan tropis dan memiliki keragaman hayati yang cukup tinggi,” ujarnya.
Selain gajah Sumatera, Aras Napal juga menjadi rumah bagi dua spesies kunci lainnya, yakni harimau sumatera dan orangutan sumatera. Terdapat juga satwa eksotik lain, seperti burung rangkong badak, kukang, tenggiling, beruang madu, baning, elang brontok, dan elang gunung.