Konflik antara Manusia dan Gajah Harus Segera Diakhiri
Sampai saat ini beberapa daerah di Sumatera dan Aceh masih memiliki konflik antara gajah dengan manusia. Masyarakat menganggap gajah merugikan mereka secara ekonomi karena sering masuk ke perkebunan dan merusak tanaman.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Konflik antara gajah dengan manusia di Sumatera masih terus terjadi. Konflik yang tak menguntungkan kedua pihak ini pun harus segera diakhir. Manusia dengan segala akal budi dan pemikirannya perlu mengambil jalan keluar agar dapat hidup rukun berdampingan dengan fauna dilindungi tersebut.
Direktur Conservation Response Unit (CRU) Aceh, Wahdi Azmi mengatakan, adanya kasus gajah yang memasuki lingkungan warga kerap disebut sebagai konflik antara satwa dengan manusia. Namun, sebutan ini dinilainya bukan karena masyarakat terganggu dengan keberadaan gajah di sekitar mereka. Ini lebih karena secara ekonomi masyarakat merasa dirugikan oleh kehadiran gajah tersebut.
Ini tidak semata-mata hanya masalah konservasi satwa, tetapi juga masalah ekonomi yang harus diselesaikan dengan berbagai pendekatan
“Ini tidak semata-mata hanya masalah konservasi satwa, tetapi juga masalah ekonomi yang harus diselesaikan dengan berbagai pendekatan,” ujarnya, Jumat (3/7/2020), dalam diskusi daring yang diselenggarakan TFCA Sumatera.
Sampai saat ini beberapa daerah di Sumatera dan Aceh masih memiliki konflik antara gajah dengan manusia. Masyarakat menganggap gajah merugikan mereka secara ekonomi karena sering masuk ke perkebunan dan merusak tanaman.
Karena alasan tersebut, masyarakat kerap mengusir bahkan membunuh gajah. Padahal gajah itu hanya mengikuti insting berjalan pada jalur alami migrasinya yang telah berubah menjadi kebun atau permukiman.
Pada pertengahan April lalu juga ditemukan bangkai gajah sumatera jantan yang mati di area perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, Aceh. Gajah jantan yang diperkirakan berusia 5 tahun tersebut diduga mati akibat keracunan.
Manusialah yang harus mampu mencari cara agar dapat hidup berdampingan dengan gajah
Kendati kerap disalahkan, Wahdi memandang bahwa manusia yang harus lebih cerdas menyikapi konflik dengan gajah.“Jangan kita tuntut gajah yang menyesuaikan diri dengan manusia, tetapi manusialah yang harus mampu mencari cara agar dapat hidup berdampingan dengan gajah,” ungkapnya.
Salah satu upaya yang sering didorong oleh warga dan pihak lain untuk mengakhiri konflik ini adalah dengan melakukan translokasi gajah dari habitat lama ke kawasan konservasi baru. Meski bukan menjadi solusi yang paling ideal, Wahdi menilai translokasi memang harus dilakukan.
“Translokasi dapat dilakukan ketika ada aktivitas pembangunan yang begitu intens sehingga menyebabkan gajah terisolir serta banyak insiden yang membuat populasinya mengecil. Karena ketertidaksediaan habitat yang cukup ini jadi tidak mungkin gajah dapat dipertahankan di tempat yang sama,” katanya.
Kematian misterius gajah
Permasalahan gajah bukan hanya terjadi di Indonesia. Di Delta Okavango, Botswana, Afrika bagian Selatan, merebak kematian ratusan gajah secara misterius. Wilayah ini merupakan rumah bagi sepertiga gajah di Afrika.
Dalam sebuah laporan dari organisasi konservasi Elephants Without Borders (EWB), tercatat pada 25 Mei sebanyak 169 gajah mati dan 187 gajah lainnya kembali mati pada 14 Juni, sehingga total 356 gajah telah mengalami kematian secara misterius.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa survei udara menunjukkan ratusan gajah dari segala usia di wilayah tersebut tampak sekarat. Beberapa gajah hidup yang diamati terlihat lemah, lesu, dan kurus. Gajah juga kesulitan berjalan dan menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan sebagian.
Kami tidak punya alasan untuk membantah angka yang dilaporkan dan kami terus memverifikasi laporan
Pemerintah Botswana tidak menampik adanya kasus kematian gajah misterius tersebut dan saat ini tengah menyelidikinya. “Kami tidak punya alasan untuk membantah angka yang dilaporkan dan kami terus memverifikasi laporan,” ujar Direktur Pelaksana Departemen Satwa Liar dan Taman Nasional Botswana, Lucas Taolo.
Menanggapi kasus kematian gajah di Botswana ini, Wahdi menduga kematian ratusan gajah secara misterius tersebut disebabkan karena Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV) atau virus herpes pada gajah. Virus ini merupakan jenis penyakit yang menyerang pada gajah usia muda. Virus ini juga pernah menyerang gajah di Indonesia tetapi tidak dalam skala yang besar.
“Perubahan iklim memunculkan penyakit baru atau penyakit yang dahulu sudah pernah ada itu muncul kembali. Virus herpes memang dulu pernah muncul dapat menyerang beberapa gajah. Tetapi belum ada kajian yang menyebabkan hingga ratusan gajah mati secara bersamaan karena virus ini,” ujarnya. (AP/REUTERS)