Lonjakan Kasus Omicron di Kalsel Diprediksi Belum Capai Puncak
Lonjakan kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan yang dipicu penularan varian Omicron diperkirakan belum mencapai puncak. Perlu pengendalian mobilitas penduduk, disiplin prokes, dan akselerasi vaksinasi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Lonjakan kasus positif Covid-19 di Kalimantan Selatan yang diduga dipicu penularan varian Omicron diperkirakan belum mencapai puncak. Kebijakan pengendalian mobilitas penduduk, penegakan disiplin protokol kesehatan, serta akselerasi vaksinasi diperlukan untuk mengendalikan penyebaran.
Anggota Tim Pakar Percepatan Penanganan Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Hidayatullah Muttaqin mengatakan, Kalsel telah mengalami ledakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron sebagaimana kondisi nasional. Lonjakan kasus di Kalsel dimulai pada 18 Januari 2022 didapati satu kasus positif Covid-19 varian Omicron.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, peningkatan kasus Covid-19 secara drastis terjadi pada Februari 2022. Pada 3 Februari, kasus konfirmasi harian Kalsel mencapai 151 orang, kemudian pada 9 Februari bertambah 565 kasus, lalu pada 16 Februari menembus 811 kasus.
Jumlah kasus konfirmasi Kalsel dalam satu pekan terakhir atau pada 11-17 Februari sebanyak 4.205 orang. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan satu pekan sebelumnya (4-10 Februari), 19 kali lipat dari kasus pada Januari 2022, dan 111 kali lipat dari kasus pada Desember 2021.
”Tren kasus Covid-19 di Kalsel masih meningkat. Lonjakan yang terjadi saat ini diperkirakan belum sampai pada puncaknya,” kata Muttaqin di Banjarmasin, Sabtu (19/2/2022).
Menurut Muttaqin, gelombang varian Omicron di Kalsel sudah menyebar ke 13 kabupaten dan kota. Namun, transmisi paling tinggi masih terkonsentrasi di Kota Banjarmasin. Selama periode 1-17 Februari, kasus konfirmasi Covid-19 di Banjarmasin sebanyak 3.651 orang atau 54 persen dari total kasus provinsi, sedangkan kasus kematian sebanyak 17 orang atau 50 persen dari kasus provinsi.
Ia menyebutkan, ada tiga faktor yang mendorong perkembangan kasus Covid-19 di Kalsel sangat cepat belakangan. Pertama, masuknya varian Omicron yang memiliki kecepatan transmisi lebih tinggi dari varian Delta.
Tren kasus Covid-19 di Kalsel masih meningkat. Lonjakan yang terjadi saat ini diperkirakan belum sampai pada puncaknya. (Hidayatullah Muttaqin)
Kedua, anggapan gejala varian Omicron ringan seperti flu membuat masyarakat tidak waspada dan meremehkan situasi. Akibatnya, kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan semakin menurun.
”Data Satuan Tugas Covid-19 Pusat menunjukkan tingkat kepatuhan warga Kalsel memakai masker dan menjaga jarak pada pekan pertama Februari lebih rendah dibandingkan minggu pertama Januari,” ujarnya.
Ketiga, mobilitas penduduk Kalsel berdasarkan data Laporan Mobilitas Penduduk di Masa Pandemi Covid-19 dari Google masih tinggi. Rata-rata perubahan mobilitas pada 1-14 Februari dibandingkan baseline sebelum pandemi di Kalsel lebih tinggi 15 persen untuk mobilitas di retail, 25 persen untuk mobilitas di toko bahan pokok, dan 8 persen untuk mobilitas di taman.
”Dampak peningkatan transmisi Covid-19 di masyarakat adalah bertambahnya warga yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan yang meninggal dunia,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, ungkap Muttaqin, pada awal Februari 2022 ada 53 pasien Covid-19 yang mendapatkan perawatan rumah sakit di Kalsel. Pada 17 Februari, jumlahnya melonjak sembilan kali lipat menjadi 474 orang.
Begitu pula kasus kematian di Kalsel. Kasus kematian pertama Covid-19 di era gelombang Omicron terjadi pada 5 Februari dengan jumlah satu kasus. Sejak itu, hingga 17 Februari, kasus kematian yang dilaporkan berjumlah 34 orang.
”Dengan potensi kenaikan kasus infeksi yang lebih besar lagi, sangat diperlukan sejumlah tindakan, antara lain, meningkatkan kampanye dan penegakan kedisiplinan protokol kesehatan di masyarakat, meningkatkan upaya surveilans melalui tes dan pelacakan, serta pengobatan dan isolasi,” tuturnya.
Akselerasi vaksinasi
Muttaqin menambahkan, penegakan protokol kesehatan dan strategi 3T (testing, tracing, treatment) juga perlu dibarengi pengendalian mobilitas penduduk. Terlebih, mayoritas wilayah Kalsel sudah masuk kategori pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 3. Oleh karena itu, pemerintah daerah sudah semestinya menerapkan aturan pengetatan mobilitas secara tegas.
”Langkah lainnya yang sangat penting untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat adalah akselerasi vaksinasi lengkap (dosis 1 dan 2) dan vaksinasi lansia,” katanya.
Sampai dengan Sabtu (19/2/2022), cakupan vaksinasi dosis pertama di Kalsel mencapai 86,05 persen, dosis kedua 49,79 persen, dan dosis ketiga baru 3,22 persen. Khusus untuk vaksinasi warga lansia, cakupan dosis pertama baru mencapai 67,78 persen, dosis kedua 31,11 persen, dan dosis ketiga 2,15 persen dari target sasaran.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor menyatakan, pemerintah daerah bersama TNI, Polri, dan pemangku kepentingan lainnya masih terus berupaya melakukan akselerasi vaksinasi guna meningkatkan cakupan vaksinasi di Kalsel. ”Stok vaksin masih ada dan barusan dapat kiriman lagi. Itu semua akan langsung digunakan,” katanya.
Komandan Korem 101/Antasari Kolonel Inf Rudi Puruwito berpendapat, masih perlu dilaksanakan serbuan vaksinasi supaya Kalsel dapat mencapai target pemerintah pusat. Sampai akhir Maret 2022, cakupan vaksinasi dosis pertama harus bisa mencapai 100 persen.
”Berbagai kendala dalam percepatan vaksinasi harus diatasi. Caranya, antara lain, melaksanakan vaksinasi dari rumah ke rumah, mendata secara akurat lansia yang layak divaksin, serta melibatkan berbagai instansi untuk vaksinasi anak,” ungkap Rudi.