Kasus Omicron Diprediksi Bisa Melonjak hingga Tiga Kali Puncak Varian Delta
Berkaca pengalaman negara-negara lain yang terlebih dulu mengalami kasus Omicron, lonjakan diperkirakan bisa mencapai dua-tiga kali lipat puncak varian Delta. Pemerintah perkirakan puncak Omicron saat akhir Februari.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN KUNCORO MANIK
·7 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus harian Covid-19 galur Omicron terus menunjukkan peningkatan di Indonesia. Pemerintah memperkirakan bahwa puncak kasus varian Omicron akan terjadi pada akhir Februari mendatang. Berkaca dari pengalaman negara-negara lain yang terlebih dulu mengalami kasus puncak Omicron, lonjakan diperkirakan bisa dua hingga tiga kali lipat puncak varian Delta.
”Penularannya ini tinggi sekali dan Indonesia pasti akan mengalami ini. Jadi kalau kita dulu 57.000 per hari kita mesti siap-siap, hati hati, dan waspada. Tidak perlu kaget kalau melihat di negara-negara lain itu bisa dua kali sampai tiga kali di atas puncak Delta,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto seusai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Senin (31/1/2022) secara daring.
Menkes Budi menegaskan bahwa puncak lonjakan kasus harian Omicron ini akan terjadi akhir Februari. ”Tadi kami sudah sampaikan bahwa di negara-negara lain bisa tiga kali sampai enam kali dibandingkan puncaknya Delta, di Indonesia 57.000 kasus per hari. Kami minta tolong tetap hati-hati. Kalau tidak perlu sekali, berkerumun atau mobilitas kita kurangi karena nanti dampaknya akan mudah tertular dan menularkan ke orang lain,” tambah Budi.
Berdasarkan data yang dikumpulkan pemerintah, masih banyak hal yang belum diketahui secara pasti tentang varian Omicron. Di Afrika Selatan dan Inggris, misalnya, jumlah pasien yang masuk rumah sakit jauh di bawah varian Delta. Namun, di Amerika Serikat, secara persentase, kasus aktif di bawah Delta tetapi secara nominal jumlah orang yang masuk rumah sakit lebih tinggi dari Delta. Di Perancis, secara persentase di bawah Delta, tapi nominal sama dengan Delta.
Negara yang mirip dengan kita, Brasil, masih naik 190.000 per hari dibandingkan puncak Delta 80.000 per hari.
Menurut Budi, puncak kasus varian Omicron di Amerika sempat mencapai 800.000 per hari dibandingkan dengan puncak varian Delta yang hanya 250.000 per hari. Di Perancis, puncak kasusnya masih terus naik hingga 360.000 kasus per hari dibandingkan dengan Delta yang 60.000 perhari. Kasus Omicron di India saat ini adalah 310.000 per hari dibandingkan Delta yang 380.000 per hari. ”Negara yang mirip dengan kita, Brasil masih naik 190.000 per hari dibandingkan puncak Delta 80.000 per hari,” kata Menkes Budi.
Meskipun lonjakan kasus tinggi, Budi tetap meminta masyarakat tidak panik karena tingkat kesembuhan varian Omicron ini juga cukup tinggi. Sebanyak lebih dari 85 persen kasus Omicron yang dirawat di RS pada saat ini telah sembuh. Pasien dengan kasus berat dan sedang atau kritis yang membutuhkan oksigen hanya sekitar 8 persen hingga 10 persen. ”Karena kita mengetahui nanti kenaikan kasus yang akan tinggi sehingga pressure-nya akan tinggi juga masuk RS. Kita lihat bahwa kesembuhannya untuk yang Omicron lebih tinggi,” tambahnya.
Menkes mengimbau agar pasien tanpa gejala atau gejala ringan dengan saturasi oksigen di atas 95 persen menjalani perawatan di rumah. Rumah sakit hanya menjadi tempat bagi mereka yang bergejala berat. Saat ini telah ada lima orang yang meninggal akibat Omicron di Indonesia. Sebanyak 60 persen dari pasien yang meninggal adalah mereka yang belum vaksin. Sebanyak 63 persen dari pasien yang bergejala sedang dan berat juga belum divaksin.
20 juta dosis obat
Menurut Budi, kebanyakan dari pasien Omicron adalah lansia. ”Dan kita identifikasi mengejutkan jumlahnya yang anak-anak. Percepat vaksinasi, terutama untuk lansia dan anak kita, untuk melindungi orang yang belum divaksinasi agar segera divaksinasi, terutama lansia dan anak-anak. Karena 60 persen yang meninggal itu belum vaksin lengkap dan 63 persen yang masuk bergejala sedang dan berat belum divaksin,” kata Budi.
Pemerintah juga memastikan tentang ketersediaan obat-obatan. Pasien bergejala ringan cukup mengonsumsi vitamin, obat antipanas, dan membeli obat antivirus melalui Telemedicine. Lima organisasi profesi dan ahli kedokteran sudah menyarankan obat antivirus yang digunakan adalah Avigan atau Favipiravir dan Molnupiravir. ”Ini juga yang nanti akan kita berikan dan sudah siapkan lebih dari 20 juta dosis dan harus dengan resep,” ucap Budi.
Seiring lonjakan kasus Omicron, menurut Luhut, pemerintah terus memonitor perkembangan kasus konfirmasi secara harian. Pemerintah juga melihat aspek lain, seperti angka keterisian rumah sakit dan cakupan vaksinasi di daerah. “Hari ini, 30 Januari 2022, masih berada di angka seperlima dari puncak Delta pada Juli tahun lalu. Jumlah yang dirawat di RS saat ini masih sangat cukup aman, yaitu sepersepuluh dari puncak Delta,” tambah Luhut.
Di wilayah Jawa-Bali, kasus harian Covid-19 masih didominasi dari Provinsi DKI Jakarta. Namun, dalam beberapa hari terakhir, kasus konfirmasi harian juga sudah mulai terdeteksi dan naik cukup signifikan di provinsi lain di Jawa-Bali. Positivity rate juga sudah berada di atas standar WHO, yaitu 5 persen. Hal ini didorong positivity rate PCR yang telah mencapai 24 persen. Jumlah orang yang dites dan diperiksa harian juga meningkat cukup signifikan.
”Pemerintah mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu takut, segera melakukan pemeriksaan tes antigen ataupun PCR, apabila merasakan gejala flu dan batuk. Dilakukan semata-mata untuk dapat segera mengetahui kondisi pasien, melakukan perawatan sehingga memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” tambahnya.
Hari ini, 30 Januari 2022, masih berada di angka seperlima dari puncak Delta pada Juli tahun lalu. Jumlah yang di rawat di RS saat ini masih sangat cukup aman yaitu sepersepuluh dari puncak Delta.
Seiring tingginya laju transmisi lokal varian Omicron, pemerintah memutuskan mengubah aturan karantina tujuh hari menjadi lima hari. Hal ini dengan catatan bahwa Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang masuk Indonesia wajib vaksin lengkap. Bagi WNI yang baru melaksanakan vaksinasi dosis pertama tetap harus menjalani karantina tujuh hari. “Kebijakan ini diberlakukan mengingat sebagian besar adalah varian PPLN adalah Omicron dan riset menunjukkan inkubasi varian ini berada di sekitar tiga hari,” kata Luhut.
Langkah penurunan jumlah hari karantina PPLN ini juga mempertimbangkan perlunya alokasi sumber daya untuk penanganan varian Omicron. Sumber daya yang tadinya digunakan untuk karantina PPLN akan dialihkan untuk kebutuhan isolasi terpusat. Kebutuhan isoter diprediksi meningkat untuk kasus konfirmasi positif orang tanpa gejala OTG dan bergejala ringan.
Ubah Strategi Penanganan
Pemerintah juga mengubah strategi penanganan dari yang tadinya fokus menekan laju penularan menjadi fokus menekan rawat inap rumah sakit dan tingkat kematian. Untuk itu, strategi level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat juga akan diubah. Pemerintah tetap menggunakan enam indikator sesuai standar WHO, tetapi akan memberikan bobot besar dalam penentuan level kepada indikator rawat inap di RS."
Menurut Luhut, pemerintah juga mengubah strategi penanganan dari yang tadinya fokus menekan laju penularan menjadi fokus menekan rawat inap rumah sakit dan tingkat kematian. Untuk itu, strategi level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) juga akan diubah. Pemerintah tetap menggunakan enam indikator sesuai standar WHO, tetapi akan memberikan bobot besar dalam penentuan level kepada indikator rawat inap di RS.
Langkah ini dilakukan salah satunya sebagai insentif kepada pemerintah daerah untuk mendorong pasien tidak bergejala dan ringan tidak masuk rumah sakit sehingga levelnya dalam kondisi yang cukup baik. Pemerintah juga mengubah indikator untuk masuk level satu dan dua PPKM yang tadinya vaksinasi dosis pertama menjadi vaksinasi lengkap.
Hal ini dilakukan untuk akselerasi vaksinasi dosis kedua di kabupaten/kota yang masih tertinggal. Saat ini, terdapat 22 kabupaten/kota yang capaian vaksinasi dosis kedua umum masih di bawah 50 persen. Ada pula 29 kabupaten/kota yang dosis vaksinasi kedua lansianya masih di bawah 40 persen. ”Ketentuan ini berlaku mulai minggu depan, tetapi kami berikan transisi selama dua minggu untuk kabupaten/kota untuk mencapai target di atas,” ucap Luhut.
Pemerintah juga menyampaikan bahwa akan membuka kembali pintu masuk internasional di Bali per 4 Februari 2002 untuk menggencarkan ekonomi Bali yang terdampak pandemi. Pembukaan pintu masuk Bali hanya diperuntukkan bagi PPLN non-pekerja migran Indonesia dengan peraturan karantina ketat. Saat ini, Bali menyediakan dua opsi tambahan untuk karantina sistem bubble di lima hotel dengan total 447 kamar dan 6 kapal.
Airlangga menambahkan bahwa kasus Omicron di luar Jawa-Bali juga meningkat. Presiden Jokowi meminta agar vaksinasi penguat di luar Jawa-Bali ditingkatkan. Saat ini, cakupan vaksinasi penguat secara nasional mencapai angka 2,3 persen dan vaksinasi penguat di luar Jawa-Bali sebesar 1,6 persen. ”Itu akan didorong agar luar Jawa-Bali bisa seimbang dengan Jawa-Bali,” tambahnya.
Terkait dengan kebijakan perekonomian, sesuai arahan Presiden, kegiatan yang terkait dengan pemulihan ekonomi di sektor kesehatan, perlindungan sosial dan sektor perekonomian untuk terus didorong melakukan front loading pada triwulan I-2022. “Kita juga perlu untuk meningkatkan serapan anggaran karena ini tentu akan terkait dengan akan adanya Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret-April tahun ini,” kata Airlangga.
Airlangga juga menyebut bahwa regulasi insentif terkait Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PpnBM), pajak otomotif, dan pajak properti yang diperpanjang juga akan terus difinalisasi. Selain itu, aturan mengenai bantuan perlindungan sosial bagi pedagang kaki lima, warung, dan nelayan juga sedang dalam tahap finalisasi.