Meski disebut hanya menimbulkan gejala ringan, korban meninggal akibat Omicron mulai berjatuhan. Bagi Indonesia, komunikasi efektif agar warga bersedia divaksinasi dan pelaksanaan vaksinasi masih menjadi tantangan.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Galur Omicron yang sedang beredar disebut hanya menimbulkan gejala ringan. Namun, kini korban meninggal mulai berjatuhan.
Penelitian awal di Inggris dan Afrika Selatan menunjukkan, orang yang tertular Omicron hanya sedikit yang perlu perawatan di rumah sakit. Sejauh ini, sebagian besar kasus Omicron bergejala ringan, terutama pada mereka yang telah divaksinasi lengkap dan menerima suntikan penguat (booster).
Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan, sejak Desember 2021 hingga Sabtu (22/1/2022), tercatat 1.161 kasus konfirmasi Omicron. Belakangan, ada dua kematian akibat Omicron. Satu laki-laki berusia 64 tahun, belum divaksinasi, tertular lewat transmisi lokal. Satu lagi, perempuan usia 54 tahun, sudah divaksinasi lengkap yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri. Keduanya memiliki penyakit penyerta.
Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan, kematian pertama tercatat pada Kamis lalu. Seorang perempuan berusia 92 tahun, belum divaksinasi, meninggal setelah 10 hari dirawat. Ia tertular virus dari anggota keluarga.
Di India, kematian akibat Omicron tercatat akhir tahun lalu, pada laki-laki usia 74 tahun yang telah divaksinasi lengkap. Pasien itu memiliki diabetes dan penyakit penyerta lain.
Kematian pertama akibat Omicron di AS terjadi pada laki-laki berusia 50 tahunan dengan penyakit penyerta dan belum divaksinasi. Permodelan yang dibuat para ahli memproyeksikan, 1,5 juta warga AS akan dirawat di rumah sakit dan 191.000 orang akan meninggal dari pertengahan Desember hingga pertengahan Maret. Mempertimbangkan ketidakpastian dalam model, kematian diperkirakan berkisar 58.000-305.000 orang.
Kematian akibat Omicron juga dilaporkan di Inggris, Israel, Australia, Jepang, Thailand, serta negara lain. Korban umumnya belum divaksinasi atau memiliki penyakit penyerta.
Meski secara umum menimbulkan gejala ringan, Omicron sangat menular. Tren di sejumlah negara, tingkat infeksi Omicron sekitar 400 per 100.000 orang.
Tren di sejumlah negara, tingkat infeksi Omicron sekitar 400 per 100.000 orang.
Mutasi Omicron memungkinkan galur virus itu lolos dari kekebalan yang diberikan dua dosis vaksin meski mampu mengurangi risiko rawat inap dan kematian. Karena itu, diperlukan suntikan penguat.
Bagi Indonesia, dari 208 juta penduduk yang menjadi sasaran vaksinasi, hingga Rabu (19/1/2022), ada sekitar 30 juta penduduk belum divaksinasi dan 86,7 juta penduduk belum mendapatkan dosis kedua. Bahkan, cakupan vaksinasi dosis pertama di Maluku, Papua Barat, dan Papua di bawah 70 persen, (Kompas, 20/1/2022).
Di sisi lain, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, hingga Desember 2021 ada 1,12 juta dosis vaksin Covid-19 kedaluwarsa. Vaksin kedaluwarsa itu tersebar di sejumlah provinsi, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sulawesi Selatan.
Komitmen pusat untuk pengendalian Covid-19 seyogianya sampai di semua daerah. Agar warga bersedia divaksinasi, komunikasi mengenai pentingnya vaksinasi di daerah perlu ditingkatkan. Pada pelaksanaan, jika perlu lebih banyak vaksinator, bantuan tenaga perlu diatur.
Berbagai rencana dan upaya dilakukan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran Omicron di Indonesia hanya tinggal rencana jika tidak terwujud di lapangan. Jika Covid-19 tetap merajalela, semua aspek kehidupan akan terus terhambat.