Buka Pendaftaran Caleg Dini, PAN Membuka Diri untuk Semua Golongan
PAN memanggil putra-putri terbaik bangsa untuk bergabung sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 2024. Siapa pun, tanpa memandang suku, agama, dan ras, bisa mendaftar sebagai caleg PAN.
JAKARTA, KOMPAS — Kendati Pemilihan Umum 2024 masih dua tahun lagi, Partai Amanat Nasional mulai membuka keran pendaftaran calon anggota legislatif dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota. Tak hanya untuk mengerek elektabilitas, strategi pendaftaran calon anggota legislatif sejak dini itu ditengarai juga dilakukan sebagai upaya membangun citra baru PAN sebagai poros tengah yang lebih moderat.
Pendaftaran calon anggota legislatif (caleg) PAN mulai dibuka pada Selasa (15/2/2022). Program pencalonan anggota legislatif dini itu secara serempak diluncurkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PAN di sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Ketua Komite Pemenangan Pemilu Nasional PAN Yandri Susanto, saat dihubungi, Kamis (17/2/2022), mengatakan, PAN memang telah membuka pendaftaran caleg untuk Pemilu 2024. Peluncuran program pencalonan dini itu dilakukan pada Selasa kemarin. Program itu diluncurkan dengan tujuan untuk memanggil putra-putri terbaik bangsa yang ingin menjadi anggota legislatif baik di daerah maupun pusat.
”Mau agama, suku bangsa apa pun, daerah mana pun boleh mendaftar sebagai calon anggota legislatif dari PAN. Karena yang menentukan itu adalah rakyat, bukan pengurus PAN,” kata Yandri.
Ketua Komisi VIII DPR itu menjelaskan, alasan utama pembukaan pencalonan dini adalah karena PAN melihat ada banyak anak bangsa yang ingin menjadi calon anggota legislatif. Namun, mereka tidak bisa berpartisipasi karena kerannya belum dibuka. Bahkan, banyak pula generasi muda yang tidak tahu jalur yang harus ditempuh ketika ingin terjun di dunia politik.
Peluncuran itu diharapkan dapat menjemput bola bagi kader-kader terbaik bangsa yang ingin terjun di dunia politik. Ruang pencalonan akan dibuka seluas-luasnya dan diharapkan lebih adil karena pendaftaran dibuka jauh sebelum Pemilu 2024.
”Tidak ada alasan bagi putra-putri bangsa terbaik yang akan berkhidmat di dunia politik untuk tidak tahu (pencalegan dini PAN). Sebab, program ini kami publikasikan seluas-luasnya,” ucap Yandri.
Komitmen baru
Undangan bagi anak bangsa dengan berbagai latar belakang profesi, agama, dan suku untuk menjadi caleg itu merupakan wujud komitmen wajah baru PAN di bawah kepemimpinan Ketua Umum Zulkifli Hasan. Dalam berbagai kesempatan, Zulkifli menegaskan bahwa PAN adalah partai tengah, nasionalis, yang tidak ke kanan dan ke kiri. PAN adalah partai plurais yang modern sehingga terbuka untuk semua golongan. Partai ini juga terbuka bagi anak-anak muda.
”Ini sudah kami buktikan, bukan hanya teori. Misalnya, di Papua, dua kursi DPR itu semua dari agama Nasrani dan orang asli Papua. Di NTT juga hampir semua pimpinan dewan dari non-Muslim. Di Bali, Ketua PAN Bali adalah orang asli Bali yang beragama Hindu. Di Nias Utara, juga orang Nasrani dan asli sana. PAN sudah menjawab apa yang jadi keresahan soal kesatuan dan persatuan bangsa melalui internal partai kami,” kata Yandri.
Baca juga: Tantangan 2024 Tidak Mudah, Parpol Bersiap sejak Dini
Oleh karena itu, Yandri juga mengajak semua kalangan yang ingin bergabung ke PAN agar tidak ragu. PAN tidak pernah membeda-bedakan kadernya dari unsur SARA. Komitmen soal menjaga persatuan dan kesatuan bangsa itu bukan sekadar jargon, melainkan sudah dibuktikan di internal partai.
Mau agama, suku bangsa apa pun, daerah mana pun boleh mendaftar sebagai calon anggota legislatif dari PAN. Sebab, yang menentukan itu adalah rakyat, bukan pengurus PAN.
Setelah keran pendaftaran caleg dibuka, sejumlah tokoh mulai mendaftar. Menurut Yandri, ada mantan Bupati Tolikara, Papua, Usman Genongga Wanimbo. Kemudian, putra dari mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali, Abdurrahman Sagara Prakasa; mantan Direktur Krakatau Steel Imam Purwanto; tokoh Muhammadiyah Ade Tauhid; pemain sepak bola dari Persib Bandung, Atep Rizal; hingga dari kalangan artis, seperti Gita Sinaga dan Denny Cagur.
Lantaran para bakal caleg ini belum semuanya melek politik, PAN akan menggelar sekolah kaderisasi. Sekolah kaderisasi akan berisi pembekalan arah perjuangan, politik kebangsaan PAN, serta komitmen mereka jika menjadi anggota legislatif. Mereka harus paham tugas saat mengawal pembuatan UU, perda, dan sebagainya.
”Kami berikan kesempatan yang sama bagi kader lama dan baru untuk menyosialisasikan program mereka kepada pengurus di daerah, mencari sukarelawan, membuat jaringan. Kesempatannya tetap sama,” ujar Yandri.
Pragmatisme
Pengajar Komunikasi Politik Universitas Paramadina sekaligus pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio, berpandangan, langkah PAN untuk membuka pendaftaran caleg dini sudah tepat. Sebab, hasil survei dari KedaiKOPI menunjukkan bahwa faktor ketokohan sangat penting untuk mendongkrak elektabilitas partai. Sementara citra partai politik di mata masyarakat masih buruk karena banyaknya kasus korupsi yang melibatkan kader parpol.
”Tokoh-tokoh yang bagus, populer, dan memiliki citra baik di masyarakat itu, kan, tidak banyak. Sudah pasti diperebutkan oleh parpol. Langkah awal PAN membuka keran pendaftaran caleg ini bagus karena menawarkan jalur bagi orang-orang bagus yang ingin berkiprah di politik,” kata Hendri.
Baca juga: Pentas Tiga Gubernur di Hadapan Kader PAN
PAN muncul dengan menawarkan jalur politik, baik bagi calon potensial yang selama ini terpantau oleh parpol maupun tidak. PAN juga menjadi partai pertama yang membuat pendaftaran secara terbuka. Ini tentunya menjadi strategi efektif dan pragmatis bagi parpol untuk mendapatkan calon yang bagus dari berbagai kalangan. Sebab, pada dasarnya, semua parpol saat ini sudah mengincar calon-calon bagus dengan tawaran yang menggiurkan.
Dengan perolehan suara PAN yang berada di nomor dua terbawah pada Pemilu 2019, PAN memang harus bekerja keras agar bisa lolos ke Senayan. Apalagi, saat ini posisi PAN sudah ditinggal tokoh sentralnya, yaitu Amien Rais, yang mendirikan partai baru, yaitu Partai Ummat. Mencari figur terkenal seperti dari kalangan artis tentu merupakan strategi pragmatis parpol agar bisa lolos ambang batas parlemen.
”Strategi untuk memilih tokoh-tokoh terkenal, seperti dari kalangan artis, itu tidak salah karena bisa mendongkrak elektabilitas parpol. Ini juga diikuti oleh parpol lain, seperti PDI-P yang merekrut Tina Toon dan Krisdayanti. Kemudian, ada juga Farhan dari Partai Nasdem,” terang Hendri.
Dengan strategi merekrut tokoh terkenal seperti artis, lanjut Hendri, kader lama dan kader baru akan dituntut berperang secara terbuka. Para caleg, baik wajah lama maupun baru, dituntut untuk memopulerkan diri agar dipilih oleh masyarakat. Dengan nama-nama populer itu, secara tidak langsung, juga menaikkan elektabilitas PAN.
Citra baru
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Jati, berpandangan, upaya jemput bola PAN adalah bagian dari strategi membangun citra baru partai yang tidak elitis dan oligarkis. PAN benar-benar ingin mencitrakan diri sebagai partai tengah yang pluralis dan modern. Pembukaan keran pendaftaran seluas-luasnya dianggap sebagai manifestasi partai untuk membangun citra partai tengah.
”Dulu, kan, citra PAN itu adalah partai yang senantiasa masuk dalam koalisi pemerintahan. Elitenya selalu duduk di pemerintahan, baik yang kena skandal maupun yang tidak. Di era sekarang, mereka membangun citra sebagai partai yang fleksibel, mendekat ke publik, dan tidak oligarkis,” kata Wasisto.
Setelah tokoh sentral PAN, Amien Rais, keluar dari PAN, lanjut Wasisto, PAN juga berusaha untuk tidak lagi mengandalkan suara dari ormas tertentu, misalnya Muhammadiyah. Di zaman dulu, PAN memang identik dengan Muhammadiyah. Kini, identifikasi dan asosiasi itu lebih cair. Seluruh elemen masyarakat bisa masuk ke PAN. PAN juga berharap citra baru itu membuat parpol lebih bisa diterima semua kalangan, tidak hanya Muhammadiyah.
”Dengan mengandalkan kader yang populer, ini akan berdampak simetris pada elektabilitas partai sehingga bisa lolos ke Senayan. Tokoh-tokoh potensial ini akan menjadi mesin politik yang mengerek PAN dalam Pemilu 2024,” terang Wasisto.
Wajah baru PAN sebagai partai tengah, lanjut Wasisto, juga dinilai sudah tepat sebagai modal berperang di Pemilu 2024. Sebab, masyarakat pemilih di Pemilu 2024 nanti akan didominasi oleh pemilih milenial yang cenderung rasional. Mereka masih trauma terhadap polarisasi dan eskalasi konflik akibat politik identitas baik di Pilkada DKI 2017 maupun Pilpres 2019. Pemilih diprediksi akan lebih menerima partai-partai dengan citra reformis yang tidak menggunakan politik identitas sebagai senjata pemenangan. Komitmen reformis PAN, kata Wasisto, sudah tercermin melalui penegasan bahwa partai tersebut adalah partai tengah, bukan kanan atau kiri.