Musik Berkumandang di Setiap Langkah
Banyaknya penampil membuat pembagian jadwal tampil amat beririsan satu sama lain. Selisih durasi waktunya terbilang tipis.
Mendatangi festival musik Pestapora di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta, mestinya sudah tertanam dalam benak bakal bertemu banyak sajian musik. Kenyataannya, tergambar sejak hari pertama, Jumat (22/9/2023), ada lebih banyak musik daripada yang dibayangkan. Sulit menghindar dari musik karena ia mengiringi setiap langkah.
Tahun ini adalah tahun kedua penyelenggaraan Pestapora, yang digagas dan dikerjakan promotor Boss Creator. Penonton di area Gambir Expo disuguhkan oleh lebih dari 200 penampil yang bergantian main di 12 panggung. Tahun ini, promotor menambah satu panggung lagi di dalam ruang, yakni di Hall D Jakarta International Expo.
Banyaknya penampil membuat pembagian jadwal tampil amat beririsan satu sama lain. Selisih durasi waktunya terbilang tipis. Misalnya, Duo Silampukau tampil di panggung Boss Stage pada Jumat mulai pukul 16.45. Di panggung sebelahnya, Hingar Bingar Stage, grup Dialog Dini Hari naik panggung 15 menit kemudian.
Silampukau dan Dialog Dini hari memainkan musik yang dengan warna mirip-mirip, yaitu pop, balada, akustik. Penggemarnya pun sangat mungkin menyukai kedua-keduanya. Kedekatan panggung dan irisan jadwal tampil membuat penonton harus merelakan tak bisa menikmati aksi kedua penampil ini lebih utuh.
Lihat juga: Keseruan Pestapora 2023 di Hari Pertama
Area panggung Boss Stage dan Hingar Bingar hanya dipisahkan selasar selebar hampir empat meter. Tak jarang suara di panggung menyusup ke arena penonton di panggung sebelahnya. Ini terjadi ketika Kelompok Penerbang Roket dan The Usptairs yang tampil. Kebetulan corak musik keduanya sama-sama rancak. Jeda antarlagu di satu panggung tak bisa benar-benar senyap.
Bebunyian belum usai ketika penampil memungkasi aksinya. Penyelenggara mengisinya dengan jingle festival, “Uooo pesta pora, mari-mari berpesta pora” yang berulang-ulang itu. Jingle itu mengiringi langkah kaki penonton ke panggung lainnya.
Selama perjalanan pindah panggung itu, hampir tak ada kesunyian. Beberapa bagian selasar diubah menjadi ruang karaoke, umumnya disediakan oleh kios sponsor.
Seusai band Ungu tampil misalnya, kios minuman resmi di arena panggung itu ramai diantre pengunjung. Dengan dalih menemani pengunjung, mereka mengajak pengantre berkaraoke dengan tata suara yang besar. Riuh.
Baca juga: Ucup, Biangnya Pesta
Karaoke baru berhenti ketika band berikutnya sudah siap berpentas. Tapi tidak ruang karaoke lainnya, seperti di gerai Vindes, atau gerai Inul Vista yang memang merupakan rumah karaoke.
Tak cuma karaoke, musik elektronik besutan disjoki juga dipanggungkan di akses menuju antarpanggung. Menjelang tengah malam, DJ Yasmin membesut lagu racikannya di panggung Double Deck yang berada di atas akses masuk arena, atau sekitar tiga meter dari atas tanah. Pengunjung bisa mampir berjoget diiringi lagu-lagu EDM, atau bergegas jalan menuju panggung lainnya.
Lebih banyak panggung
Formulasi festival Pestapora mirip-mirip dengan festival Synchronize Fest yang berlangsung tiga pekan sebelumnya di tempat yang sama. Penampil dan panggung di Pestapora lebih banyak. Penonton lebih sibuk berpindah-pindah arena, dan bergegas dalam kecepatan yang lebih tinggi. Keriuhannya lebih kuat.
Satu panggung yang relatif “sepi” adalah Yes No Klub, yang kurasinya dikerjakan kelompok label musik digital Yes No Wave asal Yogyakarta. Lokasi panggungnya berada di salah satu sudut dengan lebar arena tak lebih dari 3 meter. Karakter musik di sini cenderung eksperimental, yang tentu saja, lebih sedikit yang suka.
Penyelenggara mengisinya dengan jingle festival, “Uooo pesta pora, mari-mari berpesta pora” yang berulang-ulang itu. Jingle itu mengiringi langkah kaki penonton ke panggung lainnya.
Band Misanthropy Club adalah satu yang main di panggung Yes No Klub di hari pertama. Arena itu boleh saja sepi. Tapi musik suguhan mereka sangat bising. Band yang berdomisili di Padang Panjang, Sumatera Barat ini mencampuraduk subgenre metal dengan vokal menjerit ala black metal sampai menggeram seperti death metal.
Di antara itu mereka memasang jeda-jeda (break) yang dipengaruhi gaya hip-hop. Bebunyian synthesizer mempertebal atmosfer kengerian itu. Ini salah satu band metal avant-garde yang pantas diperhitungkan.
Pestapora juga memberi ruang bagi musik-musik sisi pinggir (sidestream) yang terkumpul di panggung Alternative. Ruangannya kecil, sekitar 4x6 meter. Ketika band indie-rock Swellow asal Bogor tampil, penontonnya membeludak. Orang harus bergantian masuk.
Di dalam ruangan pun belum tentu bandnya bisa kelihatan karena tak ada panggungnya. Udaranya pengap, tapi kurasinya asyik-asyik.
Lagu populer
Suguhan unggulan Pestapora kali ini adalah pertunjukan musik daerah yang sedang populer. Pada Sabtu (23/9/2023), bintang-bintang asal Sumatera Barat, seperti Kintani, Ipank, dan Ratu Sikumbang menggoyang panggung.
Ini adalah sesi untuk para urang awak, atau orang Minang. Tiga artis itu merupakan artis pop minang papan atas. Penampilan mereka mengobati kerinduan para perantau asal Sumatera Barat.
“Ba’a kaba sanak? Iko buek para parantau,” sapa Ipank membuka penampilannya dengan lagu “Makan Hati”. Lagu pop minang mendayu-dayu itu dirilis empat tahun lalu, ratusan video versi cover bertebaran di Youtube.
Sesi urang awak ini dipuncaki biduan Ratu Sikumbang yang tampil bak diva dengan gaun putih berkibaran. Dia ibarat Kris Dayanti versi pop minang dengan lagu andalan “Kutang Barendo”. Tapi lagu itu tak dinyanyikannya, melainkan “Maulang Sayang”, “Gungganglah Denai”, dan "Ginyang”.
Baca juga: Ledakan Euforia Tontonan Selepas Pandemi
Lagu terakhir, mereka bertiga “Ayam Den Lapeh”. Penonton belum puas. Mereka berseru “tambuah ciek” alih-alih “we want more”. Sayang tak diindahkan. Hari ini giliran perantau atau keturunan Sumatera Utara yang dimanjakan.
Sehari sebelumnya adalah musik-musik dari Indonesia Timur yang diorkestrasi Barry Likumahuwa, basis ternama keturunan Maluku. Barry dan bandnya bergantian mengiringi beberapa penyanyi seperti Doddie Latuharhari dan grup hiphop Shine of Black.
Mereka membawakan lagu-lagu populer seperti “Ge Mu Fa Mi Re”, yang mengajak penonton “putar ke kiri e, nona manis putarlah ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri, manise”. Ini lagu pesta yang kondang di NTT, tapi berdengung pula TikTok.
Lagu TikTok lainnya yang dibawakan adalah “Cuma Saya (Ko Mo Cari yang Bagaimana)” dilantunkan Mellyanox. Sementara Doddie Latuharharry membawakan lagu pilu “Janji Putih” yang sebagian lariknya berbunyi “Beta janji beta jaga/Ale untuk selamanya”. Barry bilang, “Kami orang Timur ini memang hitam, tapi kami romantis. Penonton tak perlu menyanggah menyimak lagu-lagu yang mereka tampilkan kali itu.
Panggung utama, Pestapora IM3, tentu saja arena yang paling lega. Penampilnya kelas kakap semua. Hari Sabtu beraksi Twilite Orchestra, Andre Taulany and Friend, Inul Daratista, lalu ditutup disjoki koplo Feel Koplo. Pada hari terakhir, band favorit jutaan orang, Sheila on 7 dan Dewa 19 mengisi panggung ini.
Pada Jumat, Peterpan—ya, bukan Noah—yang berkuasa di sini. Ini sebenarnya kejutan. Di jadwal, tertulis nama Noah. Tapi layar panggung justru memajang nama lama band asal Bandung ini. Yang tampil di panggung adalah personil Noah masa kini, yaitu Ariel, Lukman, dan David. Tapi lagu-lagu yang mereka bawakan adalah lagu dari era Peterpan.
"Malam ini temanya Peterpan, nggak ada Noah kali ini,” ucap Ariel dari panggung. Belasan lagu tenar mereka bawakan seperti “Mimpi yang Sempurna, “Menghapus Jejakmu”, dan “Satu Hati”. Repertoir malam itu rasanya tepat, sesuai dengan mayoritas usia penontonnya; di bawah 35 tahun. Banyak yang masa remajanya diwarnai lagu-lagu itu. Kegirangan sudah pasti.
“Mudah-mudahan lagu tadi membawa kenangan baik, ya,” kata Ariel setelah lagu “Topeng”, lagu yang mengudara 20 tahun silam.
Nyaris setiap lagu direspons meriah. Permukaan aspal dan konblok di arena terasa bergetar ketika penonton melompat-lompat di lagu “Cobalah Mengerti”.
Sebegitu banyak orang dibikin senang. Tepat pukul 1.00 pertunjukan usai. Penonton pulang. Ada yang membawa kegirangan, ada yang masygul karena ponselnya hilang.