Film Gran Turismo tak membicarakan gim balap mobil semata. Ini adalah film olahraga berformula klasik: dari ”zero” menjadi ”hero”. Bonusnya adalah aksi mobil balap lengkap dengan geraman efek suara knalpotnya.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Raungan mesin adalah bunyi paling merdu bagi para petrolhead—penyuka otomotif. Film Gran Turismo tahu betul itu. Sepanjang film, terutama di paruh akhir, mobil balap aneka merek saling mengepot dengan suara meraung-raung. Sayangnya, aspek skenario agak kedodoran.
Sejatinya, Gran Turismo adalah nama gim video di konsol Playstation bikinan Sony, yang pertama kali keluar tahun 1997. Ini adalah gim balap populer yang sampai dibikin beberapa seri. Saingannya waktu itu adalah Need for Speed. Bedanya, gim Gran Turismo lebih rumit, lebih susah dimainkan, tapi lebih mendekati kenyataan. Seri teranyar gim ini keluar pada 2022. Sejak diluncurkan, gim ini telah terjual lebih dari 90 juta kopi.
Dalam film dijelaskan, perancang gim, Kazunori Yamauchi, sengaja membuat gim ini serealistis mungkin. Bentuk mobil sebenarnya dipindai untuk mendapat wujud proporsional. Lintasan balapnya juga dirancang semirip mungkin. Setiap tikungan dan elevasi lintasan dalam gim sesuai dengan kenyataan sirkuitnya. Makanya, banyak yang menyebut Gran Turismo bukan sekadar gim, melainkan simulator balapan.
Di sebuah kota kecil di Inggris, seorang remaja, Jann Mardenborough, lebih banyak menghabiskan waktunya main simulator Gran Turismo di kamar. Sang ayah, pemain sepak bola amatir, mendesak Jann untuk mengikuti jejaknya atau setidaknya punya cita-cita yang lebih realistis. Menjadi pemain gim dianggap tak bermasa depan. Jann bergeming. Saban hari dia duduk di kursi balap, memutar setir, dan menikmati dunia idealnya.
Suatu ketika, dia terpilih mengikuti kompetisi balap Gran Turismo karena torehan waktunya adalah salah satu yang tercepat di dunia. Pemenangnya dapat kesempatan menjadi pebalap mobil sungguhan di GT Academy yang diadakan Nissan—salah satu jenama mobil jagoan di gim dengan seri GT-R. Jann harus bersitegang dengan sang ayah untuk bergabung dengan akademi itu.
Jadi, film ini berangkat dari kisah Jann, bukan semata-mata menceritakan kiprah gim Gran Turismo atau pencapaian teknologi Nissan meracik mobil fenomenal GT-R. Formulasinya klasik: perjuangan seorang yang dianggap pecundang di kancah olahraga, dalam hal ini balap mobil, menjalani cita-citanya. Apakah berhasil? Rasanya Anda sudah tahu jawabannya.
Tokoh Jann diperankan aktor remaja Archie Madekwe. Kisah hidup Jann berkelindan dalam film berdurasi sekitar 130 menit besutan sutradara Neill Blomkamp ini. Jann yang asli adalah pengganti Madekwe di adegan balapan sirkuit. Batas antara yang asli dan karangan menjadi kabur.
Karakter penting lainnya dalam film ini adalah Danny Moore yang diperankan Orlando Bloom. Danny menjadi eksekutif pemasaran Nissan yang berusaha meyakinkan perusahaannya untuk merekrut pebalap dari kalangan pemain gim. Tentu saja idenya tak serta-merta diterima.
Alasannya masuk akal, membalap di simulator jauh berbeda dengan di sirkuit. ”Di sirkuit, kita tidak bisa mengulang permainan kalau kecelakaan ketika mengebut di atas 200 kilometer per jam. Itu kecelakaan fatal,” kira-kira begitu sanggahan yang diterima Danny. Tapi, Danny berhasil meyakinkan bahwa kebisaan yang terlatih di simulator lebih mudah diasah di dalam akademi sebelum terjun betulan ke sirkuit.
Perdebatan selesai. Danny diizinkan melanjutkan proyeknya. Permasalahan hidup dan mati selesai dengan dialog yang cepat. Perdebatan antara Jann dan ayahnya juga begitu. Tak terlihat dialog-dialog mendalam antara keduanya. Penulisan skenarionya terasa tergesa-gesa, seolah sedang beradu kecepatan dengan durasi film.
Optimisme Danny bertemu rivalnya ketika merekrut Jack sebagai kepala teknisi di timnya. Jack, diperankan David Harbour, cenderung pesimistis. Ia adalah mantan pebalap yang kerap menemui banyak kegagalan. Sebelum bergabung ke tim Nissan, Jack adalah kepala teknisi di tim Capa, namun muak dengan kesombongan pebalap tim itu. Lagi-lagi, skenarionya mau bergerak cepat. Keputusan beralih tim secepat menjentikkan jari.
Efek visual
Skenario dan akting barangkali dua hal lemah dalam film ini yang bisa bikin bosan penonton sinema. Tapi, bagi petrolhead, film ini menyenangkan. Efek suara dan visualnya membuat betah duduk selama dua jam lebih. Betapa tidak, dalam layar lebar, ada banyak mobil balap eksotis keluaran baru yang beradu kecepatan, meraung layaknya singa lapar.
Gambar terbanyak tentu saja mobil Nissan GT-R Nismo GT3 yang menjadi sentral cerita. Mobil-mobil lain adalah Lamborghini Huracan GT3, Corvette C8.R GT3, Audi R8 LMS GT3, Porsche 911 GT3 R, McLaren 720S GT3, BMW M6 GT3, Aston Martin Vantage V8, Lexus RC F GT3, Chevrolet Camaro GT3, Ford Mustang GT3, dan Ford GT. Salah satu adegan yang bikin melongo adalah ketika Ferrari 488 GT3 EFO melenceng ke luar jalur sirkuit.
Sutradara Neill Blomkamp banyak mengambil gambar dari sudut yang membuat mobil terlihat begitu hidup. Dia piawai memainkan kamera dan membuat efek visual. Rekam jejak sinematik Blomkamp sarat dengan film-film fiksi sains dengan visual megah, seperti District 9 (2007) dan Elysium (2013).
Berbeda dengan film fiksi sains sebelumnya, di film realistis ini, Blomkamp benar-benar menjadikan sirkuit balap betulan sebagai set film. Beberapa sirkuit di antaranya adalah Slovakia Ring di Slowakia, Dubai Autodrome di Dubai, Nurburgring di Jerman, Red Bull Ring di Austria, dan Hungaroring di Hongaria. Sirkuit yang disebut terakhir ”disulap” jadi adegan balap Le Mans.
Visi Blomkamp adalah membuat penonton film merasa ada di sirkuit ataupun merasakan ketegangan di kokpit mobil. Dia memanfaatkan kamera drone dengan sudut pandang orang pertama. Kamera terbang ini mengikuti gerakan mobil balap. Terasa betul tegangnya berada tepat di belakang mobil ketika menikung kencang.
Cara lain adalah menggunakan kamera canggih Sony Venice 2 dengan sambungan Rialto. Kamera berukuran kecil itu jadi bisa diletakkan di kokpit mobil yang sempit dengan kualitas gambar beresolusi tinggi. ”Purwarupa kokpit mobil balap sesempit kokpit pesawat F16, mustahil meletakkan kamera besar beresolusi tinggi tanpa mengganggu aktor. Keberadaan kamera itu penting untuk merekam ekspresi pebalap sehingga penonton merasa intim,” tutur Blomkamp.
Dengan bekal gambar sedekat itu, Blomkamp leluasa merangkai gambar dramatis dan memainkan efek suara. Ia memang piawai dalam memanipulasi gambar dan suara dalam film dan televisi. Kariernya dimulai sebagai seniman efek visual sejak berusia 18 tahun.
Resep paling manjur untuk membuat film ini realistis, kata Blomkamp, adalah menjadikan Jann sebagai pengemudi stunt bagi Madekwe. ”Jann yang paling mengerti bagaimana menjadi dirinya,” kata Blomkamp. Selain itu, entah disengaja atau tidak, pemeran ibu Jann adalah Geri Halliwel Horner, anggota Spice Girls yang menjadi istri Christian Horner, bos tim balap Formula 1 Red Bull.
Film Gran Turismo membuat penonton tak perlu membeli perangkat simulator untuk merasakan ketegangan di kokpit mobil balap. Tak perlu juga memakai helm dan mengencangkan sabuk pengaman. Cukup duduk manis di bioskop sambil mengudap popcorn dan nikmati sensasi deruman knalpot mobil eksotis.