Sheila on 7, Si Pembuka Kotak Kenangan
Sabtu sore yang basah selepas hujan seharian mengantarkan ribuan orang ke utara Jakarta untuk melepas rindu. Lebih dari dua dekade lalu, sang pujaan berucap janji yang akhirnya digenapi. Tunggu aku di Jakarta….
Sabtu sore yang basah selepas hujan mengantarkan ribuan orang ke utara Jakarta untuk melepas rindu. Lebih dari dua dekade lalu, sang pujaan berucap janji yang akhirnya digenapi. Tunggu aku di Jakarta!
Setelah lewat dua tahun tanpa manggung, Sheila on 7 menyapa lagi penggemarnya. Bukan lewat panggung festival atau panggung pentas seni (pensi) di sekolah, melainkan konser tunggal yang lama tak dilakoni.
Mereka pun memilih satu judul lagu yang berasal dari album keduanya, Kisah Klasik untuk Masa Depan (2000), sebagai tajuk konser tunggalnya, yakni ”Tunggu Aku di Jakarta”. Para penggemar yang cerita hidupnya diiringi lagu-lagu Sheila on 7 pun memadati Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Sabtu (28/1/2022).
Lapangan terbuka di JI Expo terasa bagai semesta yang berbeda. Kenangan masa sekolah, entah putih abu, putih biru, hingga kuliah, berhamburan. Momen jatuh cinta, patah hati, atau bersukaria bersama sahabat hidup kembali. Pasangan suami istri yang hadir pun kian mengeratkan rangkulannya mengingat masa pacaran. Geng masa SMA tak segan berteriak bernyanyi bersama sambil meloncat gembira dan kadang terlihat syahdu ketika lagu mulai sendu.
Baca juga : Ekspresi Bebas Menikmati Konser Musik
Tepat pukul 20.00, Akhdiyat Duta Modjo (vokal), Eross Candra (gitar), dan Adam Muhammad Subarkah (bas) memulai aksi yang dinanti. Konser diawali dengan penggalan cerita seorang pria yang berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta menuju Stasiun Pasar Senen, Jakarta, dan dirangkai dengan musik instrumen didominasi gesekan biola membawakan ”Tunjuk Satu Bintang”.
Kombinasi musik instrumen seperti biola atau alat musik tiup ini kerap muncul di lagu-lagu Sheila on 7 sejak album ketiga 07 Des (2002), Pejantan Tangguh (2004), 507 (2006), Menentukan Arah (2008), Berlayar (2011), hingga album kedelapan, Musim yang Baik (2014).
Senyap sesaat. Gebrakan drum dan siluet para pemain di panggung yang tersingkap ketika Duta menyanyikan lirik awal ”Pejantan Tangguh”. Puluhan ribu orang berteriak kencang.
Mereka yang berada di kelas Festival B dan tak mudah melihat langsung panggung pun tetap asyik bergoyang bersama lagu kedua, ”JAP”, berlatar video klip mereka yang dibintangi Dian Sastro kala itu. ”Kami Sheila on 7 berterima kasih. Kalian mau menunggu kami di Jakarta. Sejak tirai tadi terbuka, kalian yang selalu ada di hati kami,” ujar Duta yang sesekali melawak dengan memelesetkan judul lagu atau menirukan yang tengah viral di media sosial saat menyanyikan lagu Sheila on 7.
Selanjutnya, ”Film Favorit”, ”Bila Kau Tak di Sampingku”, ”Seberapa Pantas”, ”Sephia”, ”Yang Terlewatkan”, ”Kita”, ”Pria-pria Kesepian”, ”Saat Aku Lanjut Usia”, ”Terlalu Singkat”, dan deretan lagu hit milik bapak-bapak dari ”Kota Gudeg” ini dimainkan sepanjang dua jam. Improvisasi vokal Duta, permainan gitar Eross, dan betotan bas Adam pun tetap prima. Meski setelah satu jam awal penampilan, mereka sempat mengambil jeda sejenak dan penonton disuguhi cuplikan perjalanan karier musik mereka.
Reuni ’90-an
Sebelum Duta dan kawan-kawan naik panggung, kelompok musik asal Bandung, Cokelat, menjadi pembuka. Seolah membuka kunci kotak kenangan hari itu, Kikan (vokal), Edwin (gitar), Ernest (gitar), Ronny (bas), dan Ervin (drum) memainkan lagu yang jadi andalan anak-anak muda di era ’90-an.
Cokelat, yang merupakan band rekan seperjuangan Sheila on 7 di label yang sama kala itu, membawakan enam lagu, yakni ”Pergi”, ”Segitiga”, ”Luka Lama”, ”Jauh”, ”Karma”, dan ditutup dengan ”Bendera”. Kor penonton tak terelakkan.
Di tengah aksi panggungnya, Jan Djuhana (waktu itu produser) yang turut membesarkan Sheila on 7 dan Cokelat datang menonton mengenakan kaus bergambar sampul album kedua Sheila on 7. Tanpa Jan, bisa jadi tak akan ada konser hari ini, karena bisa jadi Sheila on 7 tak sepopuler saat ini.
Jan yang mendorong Eross dan Adam untuk membuat opsi lagu lain ketika mengantarkan demo rekaman ke Jakarta pada 1998. Saat itu, lagu yang ditawarkan adalah ”JAP”, ”Kita”, ”Tertatih”, dan ”Anugerah Terindah yang Pernah Ku Miliki”. Empat lagu ini memang akhirnya masuk album pertama bertajuk Sheila on 7 yang rilis pada 1999 dan laku 1,5 juta kopi.
Kesuksesan album ini diperkuat dengan lagu lain, yakni ”Dan”. Lagu yang tak neko-neko dari sisi aransemen musik hingga lirik ini cukup fenomenal dan masuk menjadi salah satu dari 150 Lagu Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone pada 2009.
Pelan tapi pasti, lirik dan musik sederhana dengan nada tinggi Duta dan melodi gitar milik Eross yang khas mencuri hati. Mereka menjadi idola anak muda saat itu. Serial Lupus hingga film layar lebar 30 Hari Mencari Cinta menggaet mereka untuk mengisi bagian musiknya.
Album-album selanjutnya pun diincar para Sheila Gank yang tak hanya dari Indonesia, tapi juga dari Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Lagu ”Sephia” yang bercerita tentang kekasih gelap dan menjadi salah satu single di album kedua tak kalah fenomenal. Lagu ini berhasil menjadi lagu terbaik di penghargaan Anugerah Musik Indonesia 2001.
Anak Yogya
Dibentuk pada 1996, formasi awalnya dilengkapi Saktia Aria Seno (gitar) dan Anton Widiastono (drum). Namun, Anton dikeluarkan pada 2004 dan Sakti menyusul mengundurkan diri pada 2006. Posisi Anton digantikan Brian Kresna Putro yang sebelumnya memperkuat Tiket Band. Pada pertengahan 2022, Brian tidak lagi menjadi bagian dari Sheila on 7.
Terlepas dari persoalan internal yang muncul, kelompok musik ini terus berkiprah di dunia musik meski telah keluar dari Sony Music yang membesarkan mereka hingga 2014. Setelah delapan album bersama Sony, kini mereka melaju melalui label mereka sendiri, yakni 507 Records. Single perdana dari label mereka ini rilis pada 2018, yaitu ”Film Favorit”.
Sheila on 7 bisa dibilang menjadi titik penting merangseknya band asal Yogya ke panggung musik nasional. Setelah Sheila on 7, ada Jikustik, Shaggy Dog, Es Nanas, dan Endank Soekamti.
Kiprah Sheila on 7 yang tak surut juga karena para Sheila Gank yang setia menjadi bahan bakar bagi mereka untuk tampil. Hal ini pula yang membuat ide konser Tunggu Aku di Jakarta tercetus. CEO Antara Suara Andri Verraning Ayu menyampaikan, pembahasan mengenai konser ini sudah berlangsung selama setahun.
Baca juga : Raisa Masih Selalu Kasmaran
”Awalnya cuma ngobrolaja. Terus kepikiran bareng Mas Adam untuk bikin sesuatu. Baru kami godok bareng dan jadilah ini. Kebetulan mereka juga bilang kangen banget untuk kembali ke panggung setelah dua tahun kemarin, kan,” tutur Ayu.
Sempat ragu karena peraturan terkait pandemi yang berubah-ubah, mereka memilih tahun ini demi keamanan. ”Ternyata benar, tahun ini aturannya lebih longgar. Walau kami masih tetap dengan patokan kapasitas 70 persen yang lebih aman,” ujar Ayu.
Pemilihan tanggal di awal tahun ini pun karena Sheila on 7 ingin menjadi salah satu pembuka di tahun ini dan bisa menjadi penyemangat sesama musisi lainnya. Apalagi, antusiasme para Sheila Gank memang tak ada tandingannya. Sekitar 22.000 tiket yang disediakan habis ludes di hari pertama penjualan.
Janji Mas Duta, Mas Eross, dan Mas Adam akhirnya lunas. Dari Yogya bermula, ke Jakarta juga berlabuhnya untuk membuka kotak kenangan.