Pakaian yang dikenakan saat menonton konser musik mencerminkan kebebasan ekspresi para penggemar musik.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·5 menit baca
Asyik. Kata itu melintas ketika menginjakkan kaki di areal festival musik, baik di luar maupun di dalam ruang. Lalu lalang para penonton yang percaya diri dengan aneka gaya pakaian menjadi pemandangan yang biasa. Mereka bersenang-senang dengan bangga menjadi diri sendiri dengan apa yang dikenakannya.
Laura Olivia (25) membuktikannya saat hadir di Joyland Festival selama dua hari berturut-turut. Festival itu berlangsung di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 4-6 November 2022. Ia memilih datang pada hari kedua dan ketiga penyelenggaraan festival. Beruntung baginya karena di hari pertama hujan deras mengguyur berjam-jam.
”Temanku cerita hujannya deras banget. Aku enggak kebayang, sih, kalau kehujanan pas dandan begini,” ujar Laura sambil tertawa.
Laura memilih berpakaian terbuka menyesuaikan dengan Joyland Festival yang digelar di luar ruangan. Di hari kedua, ia memilih menggunakan bustier atau korset warna putih yang biasanya menjadi dalaman saat mengenakan kebaya dipadu dengan celana lebar berwarna biru tua. Alas kakinya menggunakan sepatu platform yang kembali diminati anak muda.
Di hari ketiga, Laura mengenakan kemben berkerut warna hijau limau dipadu jins dan sepatu sneakers. ”Aku suka pakai baju yang bebas begini, tapi kan enggak bisa sewaktu-waktu. Pas konser gini, aku merasa pas aja buat berekspresi pakai baju yang aku mau dan suka tapi tetap nyaman sesuai tempatnya. Coba kapan lagi pakai bustier aja tanpa kebaya atau blazer di luarnya,” ungkap Laura yang tak lupa menata rambut panjang lurusnya menjadi keriting bergelombang di bagian bawah.
Berulang kali
Siapa saja yang menyukai musik lalu memiliki banyak kesempatan untuk datang ke festival menjadi kebahagiaan tersendiri. Seperti halnya Novria Marcella, mahasiswa ESSEC Business School Singapura, yang sudah tak terhitung lagi berapa kali datang ke festival musik. Hanya saat pandemi, dia tak bisa ke mana-mana.
”Sebelum pandemi, sering banget lihat festival musik, dari We The Fest tiga tahun berturut-turut, lalu beberapa konser K-pop seperti EXO dan GOT7. Pernah juga datang ke konser Ariana Grande, Dua Lipa, dan One Direction. Setelah pandemi, saya sudah ke Bangkok untuk lihat Shooting Star Concert (F4 Thailand),” kata Novria yang menyukai banyak genre musik seperti RnB, K-pop, dan pop.
Bila festival musik menawarkan banyak musisi, Novria akan melihat dulu line up para penampil. ”Datang ke konser, kan, enggak murah, jadi saya harus melihat penyanyi serta lagu-lagu yang sudah dikenal,” ujarnya.
Nah, setelah memutuskan akan hadir ke sebuah festival, barulah Novria akan memilih pakaian yang akan dikenakan. Untuk soal pakaian, Novria tak mau ribet. Kalau datang ke festival musik yang nge-rock, dia cukup pakai celana panjang dan jaket kulit. Beda lagi kalau melihat konser K-pop, biasanya para penggemar akan menggunakan warna tertentu sesuai dengan sang idola. Novria mencontohkan saat datang ke konser NCT, warna hijau neon menyala di mana-mana.
”Sebenarnya, saya enggak pernah memilih pakaian yang khusus ke festival. Tetapi, jika ingin mengambil lebih banyak foto diri, saya akan lebih memperhatikan pakaian saya. Daripada hanya menggunakan kemeja dan celana sederhana, saya akan mengenakan gaun dan sepatu boots yang senada,” kata Novria yang menjadi volunter Kompas Muda di acara Joyland Festival awal bulan ini.
Saat berada di Singapura, Novria tidak membedakan outfit yang dipakai ke konser musik. ”Di Singapura pernah sekali nonton EXO, dan seperti di sini, para penggemar memakai kaus bergambar EXO dan celana pendek. Mungkin pilihan pakaian juga tergantung kita berada di mana. Seperti kalau melihat foto-foto penonton Coachella pasti lebih berani, mereka bisa pakai bikini,” kata Novria.
Pakaian yang santai, enggak terlalu ribet dan enggak terlalu terbuka menjadi pilihan Fatimah Khoirunnisa, mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. ”Jika datang ke konser K-pop, saya memakai outfit yang berhubungan dengan idola saya, semua jenis outfit-nya. Yang paling penting, saya memakai heels supaya terlihat lebih tinggi. Celana jins, kaus, lightstick, dan heels,” kata Fatimah yang akrab disapa Ima.
Ima akan memilih pakaian yang santai seperti celana jins, kaus crop top, dan sepatu sneakers bila datang ke festival musik outdoor. ”Saya suka musik, jadi bisa lebih terbuka dalam mengekspresikan diri. Menyanyi adalah hal yang menyenangkan. Beberapa kali juga menjadi volunter untuk konser musik. Kalau ada kesempatan menjadi event organizer untuk festival musik, wah, senang banget,” ujar Ima.
Lebih bermakna
Festival musik memang telah kembali bergema. Bukan sekadar euforia berkumpul dan menyaksikan idola, melainkan muncul juga euforia untuk berekspresi menjadi diri sendiri melalui busana. Sejalan dengan yang diungkapkan Malcolm Barnard lewat bukunya, Fashion as Communication.
Pakaian, gaya berpakaian, hingga padu padan ini memiliki makna mendalam pada tiap individu. Bagi yang tiap hari bahkan ke festival musik pun cukup hanya mengenakan kaus dan jins saja, bukan berarti tidak fashionable. Namun, kembali seperti yang ditulis Barnard, mode menjadi cara paling efektif untuk mengomunikasikan jati dirinya. Pengenaan kaus dan jins saja merupakan jati diri si pemakai. Karena itu, sulit pasti memaksanya menggunakan pakaian lain, misal bralette yang sedang tren dengan rok lipit yang ringan.
Festival musik menjadi wahana bagi banyak orang untuk menunjukkan dirinya yang otentik tanpa ada batasan dan tanpa takut dihakimi orang-orang. Meski para penonton festival musik ini juga mempertimbangkan kondisi lokasi acara sehingga menyiapkan berbagai peralatan dan cara agar gaya otentiknya tetap bertahan sepanjang acara.
Handiwa, misalnya, yang tetap menyiapkan sandal gunung untuk mengganti sepatu boots miliknya jika hujan. Untuk pakaian, jins robek berpadu kaus dari jenama lokal ditumpuk kemeja flanel.
”Kalau hujan, tinggal ganti sandal. Flanelnya lepas aja diganti jas hujan. Biar enggak ganggu gerak dan enggak ganggu penonton lain, boots yang gede dan berat itu gue titip di boks penitipan. Jadi, cukup bawa tas kecil,” ungkap Handiwa yang senang karena menemukan layanan penitipan barang secara mandiri di festival musik yang dihadirinya itu.
Nah, sudah bersiap ke konser musik berikutnya? Bebaskan gayamu untuk mendapat kenyamanan di tengah kerumunan.