Raisa, Masih Selalu Kasmaran
Mimpi Raisa Andriana menggelar konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah bukti keteguhan cintanya pada dunia musik.

Raisa
Raisa Andriana tak semata sosok rupawan bersuara indah. Mimpinya menggelar konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno, yang sempat tertunda karena pandemi Covid-19, adalah bukti keteguhan cintanya pada dunia musik. Sebuah keputusan sadar 12 tahun lalu saat pertama menjejakkan kaki di dunia musik. Ini tentang cinta. Bukan semata popularitas, apalagi cuan belaka.
Di dunia musik Tanah Air, Raisa Andriana, yang kini menggunakan nama panggung Raisa, kerap disebut sebagai diva. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata diva adalah ’penyanyi utama wanita dalam opera atau konser’. Arti lainnya, ’perempuan yang sangat berprestasi di bidang seni suara’.
Tidak salah. Raisa yang telah berkarier di dunia musik sejak tahun 2010, dengan debut album bertajuk Raisa yang dirilis tahun 2011, kini adalah salah satu perempuan penyanyi yang memiliki nama besar di Tanah Air. Usia kariernya yang telah mencapai 12 tahun dengan empat album dan rentetan penghargaan yang disabetnya adalah bukti keseriusannya terjun ke dunia musik.
”Aku emang suka musik. Saat memutuskan terjun ke dunia musik, aku nganggepnya ini kesempatan buat nyanyi aja. Sebelumnya, kan, aku reguleran (nyanyi) di kafe. Aku seneng banget karena aku ngerasa, gila gue bisa nyanyi dua jam, lagunya terserah, terus dibayar. Kesempatan nyanyi pakai micaja menurutku udah cukup jadi alasan (jadi penyanyi),” tutur Raisa, Kamis (27/10/2022), di Kantor Juni Records di kawasan Cilandak, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Juni Records adalah label rekaman yang didirikan Raisa bersama manajernya, Adryanto Pratono.
Alasan sederhana itu kemudian mengantar Raisa membuka berbagai kesempatan di dunia musik. Raisa banyak bertemu orang-orang yang memang bergelut di dunia musik, hingga berkesempatan belajar menulis lagu, serta melakukan hal-hal baru di dunia musik.
”Jadi, aku emangdoing it for the music. Dan karena saat itu aku dikelilingi sama orang-orang yang memang musisi, nggak ada yang kayak artis, jadi aku nggak pernah ngeliat dunia musik tuh sebagai glam, showbiz, meski memang pas berada di dalamnya beda cerita. Aku pernahlah terekspos gosip. Tapi akhirnya bisa kok memilih untuk, iya emang gue musik. Nggak perlu terlalu banyak hal lain,” ungkap Raisa.
Dukungan orangtua membawa langkah Raisa semakin jauh. Dia memegang kata-kata sang ayah. ”Lakuin selama Yaya seneng. Tapi kalau Yaya udah nggak seneng, tinggalin aja. Maksudnya, dunia (musik) ini not everything-lah. Kayak karier atau showbiz, bukan segalanya. Kehidupan itu lebih besar dari ini. Jadi, kalau enggak bahagia ngejalaninnya, ya udah,” kenang Raisa. Yaya adalah nama kecil Raisa, masih dipakai hingga kini, sebagai panggilan sayang untuk Raisa oleh penggemar-penggemarnya.
Kamis siang itu, Raisa baru saja mengumumkan kembali rencana konsernya yang akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (25/2/2023). Sedianya, konser itu akan digelar pada November 2020. Karena pandemi, terpaksa batal lalu dijadwal ulang.
Raisa mengaku sedikit tegang karena baginya, konser di Stadion Utama GBK ibarat kesempatan sekali seumur hidup, sekali dalam karier seorang penyanyi atau musisi. ”Terutama buat musisi dalam negeri. Kalau buat artis internasional, ini sesuatu yang lumrah. Jadi, aku enggak pengin sia-siain kesempatan ini,” ujarnya.
Duduk di ruangan yang menjadi salah satu tempat workshop-nya untuk menulis lagu, Raisa terlihat jauh lebih santai. Gambaran seorang diva yang gemerlap nyaris tak ada. Yang tampak adalah sosok perempuan yang tengah menyala-nyala menyongsong mimpinya yang akan segera jadi kenyataan.

Raisa
Bukan semata ambisi
Dengan mata berbinar, kadang juga dengan tawa lepas berderai karena hal-hal lucu, Raisa menceritakan bahwa konsernya di GBK bukan semata-mata ambisinya pada konser skala stadion. Ada banyak hal yang jauh lebih penting.
Tentang harapan pada kemauan orang untuk mengapresiasi lebih suguhan produksi konser yang spektakuler, juga pendulum industri musik Tanah Air yang bergerak semakin maju, menuju konser skala stadion. Konser skala stadion, ujarnya, akan memancing ide-ide ”gila” musisi Tanah Air.
”Kalau aku, kan ini heboh, gembar-gembor karena aku akan jadi salah satu yang pertama di GBK. Terus juga dari genre aku, pop. Terus juga seorang perempuan, pertama di GBK. Makanya jadi heboh. Tapi, bayangkan di mana Indonesia itu, setiap ada pertunjukan musik, skala stadion terus. Kan, kita jadi naik kelas. Setiap kali nonton, kita disuguhkan sesuatu yang maksimal terus. Kan, penonton seneng. Jadi, aku penginnya tuh mudah-mudahan ke depan bisa kayak gitu terus,” tutur Raisa. Rupanya, ini mimpi tentang sebuah pergerakan. Juga mimpi tentang mencatat sebuah sejarah baru.
Raisa berterus terang, awalnya ada rasa gamang lantaran merasa ide konser skala stadion hanya layak untuk artis internasional atau sekelas presiden. Sebagai catatan, tahun 2014, pasangan Joko Widodo–Jusuf Kalla menutup masa kampanyenya dengan Konser Salam Dua Jari di GBK. Tahun 2019, konser yang lebih kurang sama diulang kembali, bertajuk Konser Putih Bersatu.
Selama kurun waktu 1990 -2020, belum pernah ada perempuan penyanyi yang menggelar konser tunggal di Stadion Utama GBK. Salah satu musisi Tanah Air yang pernah menggelar konser di Stadion Utama GBK adalah Kantata Takwa (1990).
Seiring waktu, jalan pikiran Raisa makin terbuka. Dia merasa, ide menggelar konser di stadion bukan semata mengada-ada. ”Ups and downaja sih. Tapi ya itu, aku kan nggak sendiri. Semakin aku di-push sama orang-orang lain yang emang punya semangat sama, pada bakatnya di bidang masing-masing, aku jadi kayak terbakar lagi dan lagi,” katanya.
Raisa yakin, ada energi kolektif yang mendukung dia dan timnya untuk bisa sampai ke titik itu. ”Aku ngerasain banget, pas 2020 itu (batal), ya udahlah ya, momennya udah ilang. Mungkin nanti kapan bisa lagi. Tapi, setiap kali ketemu orang, 90 persen yang diselentingin tuh GBK kapan, GBK jadi dong. Aku jadi mikir, ini bukan ambi-ambian gue doang, ternyata orang emang pengin ngeliat, pengin ngalamin dan be a part of the history. Kebetulan aja aku orangnya. Ini emang harus terjadi untuk industri pertunjukan. Music show Tanah Air harus maju,” imbuhnya.
Selain menghadirkan Raisa, Raisa Live in Concert di Stadion Utama GBK juga akan melibatkan banyak sosok perempuan hebat. Mulai dari desainer, fotografer, visual artist, dan masih banyak lagi. Promotor Juni Concert dan Northstar Entertainment menjanjikan banyak hal spektakuler, kelas konser stadion.

Raisa
Menolak belenggu
Toh, GBK bukanlah puncak. Masih banyak yang ingin dicapai Raisa. ”Sebenarnya, konser di GBK ini salah satu impian terbesar aku. Kalau itu udah terjadi, next-nya aku pengin expand, musik aku tuh bisa didenger seluas apa. Kayak kolaborasi apa lagi yang bisa terjadi karena aku nggak mau stuck di fase di mana aku dituntut gitu-gitu aja supaya tetep eksis,” ujar Raisa.
Dia ingin terus bertumbuh, menjajal berbagai kemungkinan dan menerobos berbagai batasan. Raisa tak ingin kelak menyesal karena tak mengambil kesempatan yang ada. ”Ya, intinya aku nggak mau dibelenggu dengan limitasi kita sendiri. I want to make things happen for myself in a bigger scale,” kata Raisa.
Zona nyaman memang bukan pilihan Raisa. Dia punya bahan bakar yang cukup untuk terus melecut diri, yaitu cintanya yang besar pada musik. Selama 12 tahun berkarier di dunia musik, Raisa masih terus bahagia meneguhi pilihannya.
”Aku masih terus kasmaran sama dunia ini,” katanya. Bahkan, sejak pertama kali memutuskan berkarier di dunia musik Tanah Air, Raisa telah menunjukkan jiwa petarungnya demi cintanya pada musik. Sikapnya yang tak mudah menyerah itu, apabila jeli mencermati, banyak tecermin dalam lirik-lirik lagunya.
”Dulu, pas albumku mau launching, aku ke Aquarius Mahakam. Di sana ngeliat satu rak yang isinya artis-artis lokal dan banyak banget yang aku nggak tahu. Aku berpikir, apa gua akan menjadi seperti itu? Apa yang bisa bikin aku stand out? Karena waktu itu aku ngerasa aku biasa aja, bukan tipe I’m a star,” kenang Raisa.
Baca juga : Ketika Raisa Mengalihkan Piala Dunia
Raisa tak bercanda. Sejak kecil hingga kini berjuluk diva, Raisa menyebut dirinya begini-begini saja. Apa adanya, cenderung pemalu. ”Kalau jalan ke mal abis manggung, kadang masih pakai heels, aku tuh malu diliatin orang. Apalagi sekarang, kan, orang udah makin tahu gue, ya. Jadi makin malu kalau mau show,” ujarnya.
Ajaibnya, di panggung, sosok pemalu dan apa adanya itu lenyap, bertransformasi menjadi seorang diva. Ini adalah bagian dari kerja keras panjang yang dilakukannya. ”Bisa dibilang di dalam diriku tuh ada switch, on stage, off stage. Kalau on stage, bisa tiba-tiba aku PD (percaya diri), bisa entertaintpeople, bercanda, curhat. Kalau turun panggung ya udah, tinggalin itu semua,” katanya.
Raisa menjadikan lipstik dan heels sebagai penanda yang membantu tombol switch on off-nya beralih dengan cepat. Memakai lipstik atau make up dan heels adalah tanda dia harus tampil, show di atas panggung. Sementara cuci muka serta melepas heels adalah penanda dia turun menginjak tanah, kembali menjadi seorang Raisa Andriana: seorang istri, juga seorang ibu.
Dia mengatakan, pada dasarnya dia hanya menjalani hidup apa adanya. Namun memang dengan sadar memisahkan keduanya, semata untuk membantunya lebih fokus.
”Kalau aku terlalu nge-blend dua-duanya, itu kan dua dunia yang njomplang banget, ya. Jadi entertainer, sama jadi ibu di rumah. Kalau aku membawa jiwa entertainer aku ke rumah, bisa enggak aku jadi ibu seutuhnya. Sebaliknya, kalau aku bawa jiwa ibu-ibuku ke panggung, apakah itu masih bisa relate sama penontonku? Itu sih yang bikin aku oke, supaya aku bener-bener fokus dan jadi the best di dua-duanya, ya aku harus pisahin,” tuturnya.
Pilihan ini dipermudah karena sebagai pemilik label, Raisa punya privilese lebih untuk mengatur prioritas, arah karya, dan kariernya tanpa tekanan. ”Yang jelas, hidupku nggak sempurna, tapi manageable. Sejujurnya, kehidupan aku, day to day, ada aja problem. Tapi ya udah, dihadapi dan diselesaikan secara privateaja,” katanya.
Seorang penyanyi layak disebut diva bukan karena dia hebat di atas panggung. Tapi juga karena punya sikap dan keberanian untuk tetap menjadi diri sendiri di tengah godaan gemerlap popularitas.

Raisa
Raisa Andriana
Lahir: Jakarta, 6 Juni 1990
Pendidikan:
- SD Dian Didaktika
- SMP Dian Didaktika
- SMAN 34, Pondok Labu, Jakarta
- S-1 Jurusan Marketing International Business Universitas Bina Nusantara Internasional
Album:
- Raisa (2011)
- Heart to Heart (2013)
- Handmade (2016)
- It’s Personal (2022)
Penghargaan (antara lain):
- Mnet Asian Music Award 2014
- Indonesian Choice Awards (2014, 2016, 2017, 2018)
- AMI Awards (2016, 2017)
- Anugerah Planet Muzik (2017)