Memulihkan Diri dengan Sederhana
Manusia perlu pemulihan atau ”healing” agar bisa beraktivitas optimal. ”Healing” bisa melalui berbagai kegiatan sederhana yang menyenangkan dan tidak selalu berbiaya mahal.
Dwi Kustrita (49), seorang karyawan swasta di Jakarta, mengisi waktu luangnya dengan melukis di rumahnya di Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/9/2023). Baginya, melukis dapat meredam emosi di tengah tekanan pekerjaannya.
Beraktivitas yang menyenangkan bisa memulihkan tubuh yang tidak normal akibat tekanan kehidupan. Banyak kegiatan sederhana yang bisa dilakukan dalam pemulihan dan tidak harus berbiaya mahal. Pemulihan ini diperlukan agar kondisi mental menjadi stabil dan sehat agar bisa menunjukkan performa maksimal di segala bidang.
Melukis dan bermusik rutin dilakukan Dwi Kustrita (49), warga Jonggol, Bogor, Jawa Barat, di sela-sela waktu luangnya. Kedua hobinya itu membuat Dwi lebih bersemangat dalam menjalani hidup.
Sebagai seorang manajer di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, Dwi bertanggung jawab besar dalam menerbitkan regulasi, mengambil kebijakan, dan memberikan masukan di perusahaannya. Kepalanya pun penuh dijejali angka dan data yang harus dianalisis. Tekanan itu membuatnya terkadang merasa sendiri.
”Negatifnya lebih banyak diam, murung, bingung sendiri. Akhirnya, mengganggu pola makan dan pola istirahat serta malas melakukan sesuatu meskipun libur,” kata Dwi saat ditemui di rumahnya di Jonggol, Rabu (27/9/2023).
Dwi tidak ingin terus terjebak dalam situasi negatif tersebut. Sejak 2020, ia mulai rutin melukis yang menjadi hobi masa kecilnya. Dari kesukaannya dalam menggambar dan melihat lukisan, ia mengikuti kursus melukis di saluran Youtube Painting Explorer secara daring hingga berpameran. Ia bagai menemukan tempat yang tepat untuk menyalurkan hobi dan cita-cita masa kecilnya di bidang seni.
Bagi Dwi, melukis bisa meredam emosi dan mengekspresikan dirinya. Ia merasa lega dan puas ketika melihat karyanya. Tak hanya itu, ia juga merasa hidupnya menjadi lebih seimbang dan ceria dalam beraktivitas.
Selain melukis, Dwi juga mengisi waktu luangnya dengan bermain musik. Tak hanya bermain musik dan menciptakan lagu, ia juga bergabung dalam sebuah grup band. Musik membuatnya merasa tidak sendiri seperti melukis. Ia bisa mengekspresikan apa yang dirasakannya ke dalam sebuah karya, baik lukisan maupun lagu.
Ditemui secara terpisah, Fikri Awaludin (25) memiliki hobi memberikan makan pada kucing liar. Di salah satu jalan di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, ia tampak memberikan ikan pada dua kucing. Kegiatan memberikan makan pada kucing mulai dilakukannya sejak masih duduk di bangku kuliah pada 2019.
Pria yang sehari-hari sebagai guru privat tersebut merasa lega ketika memberikan makanan pada kucing liar. Ia merasa bertanggung jawab untuk berbagai rezeki pada kucing liar. Apalagi, tidak semua orang mau peduli pada kucing liar. Bagi Fikri, memberikan makanan pada kucing liar seperti beramal.
Rehat sejenak
Sementara itu, Desi (40), warga Kampung Baru, Pasar Rebo, Jakarta Timur, memilih healing atau rehat sejenak pada sore hari di kawasan Gelora Bung Karno sambil berolahraga. Di tempat itu, orang bisa berolahraga atau sekadar menikmati tetumbuhan hijau yang menjulang tinggi di beberapa sisi.
Desi berjalan kaki mengelilingi stadion bersama puluhan orang lain yang saat itu berolahraga. Sesekali, ia menyapa ibu-ibu lain yang berjalan beriringan di dekat mereka.
”Jalan sore seperti ini memang menyenangkan karena selain berolahraga, kami juga bisa ngobrol dan kenal dengan orang yang punya hobi sama,” kata ibu rumah tangga tersebut.
Menurut Desi, olahraga dan disusul berbincang-bincang dengan orang lain yang tak dikenal menjadi salah satu upaya menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Sebab, setiap hari Desi mengurus keluarga. Karena itu, sangat menyenangkan jika ia sesekali jalan-jalan sore.
Di lain tempat, hampir setiap sore, Jalan Boulevard UPJ, Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, dipenuhi warga yang sekadar duduk-duduk di rerumputan pinggir jalan. Padahal, di sana tidak ada hiburan atau objek wisata. Mereka hanya sekadar duduk santai di rerumputan di lahan pengembang yang belum terbangun itu sambil menikmati salah satu anak Sungai Cisadane yang berada di seberang jalan.
Baca juga: Resep Alam untuk Kesehatan Tubuh dan Mental
Salah satunya adalah Ujang. Pria 28 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik di Ciputat ini sering kali menghabiskan sore hari seusai bekerja di sini. Sekadar duduk-duduk saja menikmati embusan angin sore itu buatnya sudah melegakan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan.
Biasanya dia menghabiskan waktu di sana setelah selesai bekerja sekitar pukul 16.00, lalu pulang ke rumah seusai matahari terbenam sekitar pukul 18.00. ”Ya, duduk-duduk saja di sini. Sesekali sambil minum kopi. Enak aja gitu rasanya,” ujarnya.
Sama seperti Doni (32) dan Andita (29) yang sore itu memilih menghabiskan waktu bersantai di sana. Pasangan suami istri yang tinggal di perumahan sekitar 2 kilometer dari lokasi itu sengaja memilih bersantai di sana setelah selesai bekerja dari rumah. Mereka mengaku tidak rutin nongkrong di sana. Hanya sesekali biasanya sekalian keluar rumah untuk berbelanja sesuatu.
”Suntuk juga seharian lihat laptop. Ke sini cari angin saja. Murah. Tinggal duduk saja,” ujar Doni terkekeh.
Pulih kembali
Saat dihubungi, psikolog Adhityawarman Menaldi menuturkan, healing (memulihkan) adalah proses mengembalikan sesuatu yang rusak atau tidak normal. Healing dalam kehidupan manusia diartikan sebagai proses pulih kembali dari kelelahan, kebosanan, konflik, perseteruan, kekecewaan, sampai trauma.
Healing sangat penting bagi manusia. Sebab, manusia akan sulit beraktivitas secara optimal ketika kondisi mentalnya kurang baik. Apalagi, anak muda, terutama yang bekerja, memerlukan kondisi mental yang cukup stabil dan sehat untuk bisa menunjukkan performa maksimal di tiap bidang dan tuntutan perkembangan usia.
Menurut Adhityawarman, tidak ada batasan baku untuk healing. Setiap orang mengetahui batasannya masing-masing. Ia mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan istirahat.
Healing paling mudah dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas sederhana, seperti merapikan kamar tidur, membersihkan area yang jarang dibersihkan, atau mengganti dekorasi. Selain itu, bisa berolahraga ringan, menjalankan hobi, atau aktivitas sederhana lainnya yang menunjang healing. Alternatif healing lainnya adalah keluar rumah, mengunjungi tempat yang disukai, atau silaturahmi dengan keluarga/teman lama.
Baca juga: ”Healing” Dulu, ”Refreshing” Kemudian
Adhityawarman mengungkapkan, mengerjakan sesuatu yang memicu kesenangan (joy) membuat individu merasa punya kendali terhadap dunianya. Mereka yang bermusik lekat dengan keindahan melodi, sedangkan yang memberi makan kucing lekat dengan berbuat baik terhadap sesama makhluk hidup.
Mengutip buku Cara Mudah Menggambar karya Mofit, seni lukis sebagai salah satu cabang kesenian memiliki kapasitas untuk menampung ide, ekspresi, atau pemaknaan kembali seseorang atas dunianya melalui garis, warna, bahkan tekstur. Pelepasan atau ekspresi diri merupakan kebutuhan setiap manusia. Setiap pelepasan yang berasal dari hati atau jiwa memiliki nilai tertentu yang bermakna.
“Perasaan positif yang dialami ini yang punya efek serupa dengan apabila kita pasca-healing, yaitu kita kembali kuat/pulih dari kondisi yang sebelumnya,” katanya.
Jika dikaji lebih fisiologis, kata Adhityawarman, saat otak dirangsang dengan aktivitas yang memicu joy, hormon senang seperti endorfin dan dopamin akan dilepaskan ke seluruh tubuh. Dari proses ini terjadi rasa nyaman dan positif yang dialami oleh manusia. Proses ini sejalan dengan prinsip healing, yakni membalikkan situasi yang negatif menjadi positif.
Jadi, healing tidak selalu harus ke tempat wisata yang jauh atau tempat yang dirasa menarik untuk diunggah ke media sosial, kafe baru yang mahal, atau tinggal di hotel yang justru bisa menjadi faktor pemicu stres lagi karena mahal.