Mini Electric, Tanpa Polusi Kota Sekaligus Bergaya
Mini Cooper S adalah mobil perkotaan penuh gaya. Versi elektriknya, yang disebut Mini Electric, diluncurkan di Indonesia pada Rabu (8/6/2022). Kapasitas baterainya cukup untuk keliling kota, tentu sambil bergaya.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·4 menit baca
Pasar mobil listrik di Indonesia yang mulai menggeliat semakin diramaikan dengan kehadiran Mini Electric, yang berdaya baterai murni atau battery electric vehicle (BEV). Pabrikan asal Inggris ini mendatangkan versi listrik dari Mini Cooper S 3 Door yang bakal mengisi ceruk kelas mobil listrik premium. Daya tempuhnya pas dipakai keliling kota.
”Mini Electric menjadi pelopor mobil listrik yang menunjang mobilitas perkotaan di segmen ini. Mulai hari ini, Mini Electric tersedia untuk pelanggan di Indonesia,. Kami juga akan memamerkan mobil ini di ajang GIIAS pada Agustus mendatang,” kata Ramesh Divyanathan, President Director BMW Group Indonesia, ketika meluncurkan mobil tiga pintu ini di atrium PIK Avenue, Jakarta Utara, Rabu (8/6/2022).
Di mal itu, mobil ini akan dipamerkan hingga Minggu hari ini. Pengunjung bisa mengamati mobil yang hadir dalam warna putih keabu-abuan dan biru ini. Selain itu, tersedia pula beberapa unit tes produk Mini lainnya. Pembeli selama pameran dijanjikan mendapat voucher belanja senilai Rp 1 juta.
Sejatinya, mobil BEV keluaran Mini ini pertama kali diperkenalkan ke publik pada 2019 di ajang Frankfurt Motor Show di Jerman. Mobil berkapasitas empat penumpang yang dirakit di Inggris ini memasuki pasar Asia Tenggara sejak 2020 untuk Thailand, Singapura, dan Malaysia. Indonesia menyusul dua tahun kemudian, ketika pandemi Covid-19 mulai mereda.
Kidd Yam, Head of Mini Asia, mengatakan, penetrasi pasar ke Indonesia pada 2022 dinilai tepat waktu. Pemerintah RI membuka investasi bagi industri pendukung elektrifikasi transportasi. Masyarakat Indonesia pun dianggap semakin akrab dengan kendaraan listrik yang disambut meriah. Di lain sisi, harga minyak dunia sedang melambung terimbas invasi Rusia.
”Mini punya ikatan sejarah dengan krisis energi dunia. Pada 1959, Mini lahir ketika harga minyak sedang tinggi. Teknologi mesin Mini ketika itu irit bahan bakar. Sejak saat itu, Mini selalu bersinonim dengan keberlangsungan (energi),” kata Yam.
Mobil yang disingkap pada Rabu lalu menunjukkan wajah Mini Cooper S sebagaimana mestinya. Dimensinya nyaris tidak berbeda. Lampu belakang dengan motif bendera Inggris, Union Jack, masih dipakai. Pembedanya adalah aksen-aksen kecil di beberapa bagian tertentu.
Jika mobil listrik lain menggunakan warna biru sebagai penanda elektrifikasi, Mini mengusung warna kuning limau, misalnya pada tudung spion, garis lingkar di velg, dan emblem “S” di gril depan. Tombol start/stop yang biasanya berwarna berganti kuning limau. Dua moncong knalpot di bagian belakang pun lenyap, berganti mika lampu. Jika abai dengan ornamen-ornamen ini, Mini bertenaga listrik ini tetap berwujud Mini ”biasa, alias tidak terlalu berdesain futuristis.
Di balik moncong mobil, yang biasanya menjadi ruang mesin, tetap terlihat penuh. Ada motor listrik tersembunyi di balik penutup abu-abu di sana. Berbeda dengan mobil listrik merek lainnya, ”ruang mesin” di Mini tampak padat sehingga tidak memiliki front trunk/frunk (bagasi depan). Ruang penyimpanan barang tetap tersedia di bagasi belakang dengan kapasitas 211 liter.
Karena dikonsepkan dari wujud Mini Cooper S konvensional, performanya juga serupa. Motor listriknya menghasilkan tenaga maksimum 184 hp dengan torsi puncak 270 Nm. Tenaga itu disalurkan ke penggerak roda depan. Akselerasi dari kecepatan 0 hingga 100 kilometer per jam dipetik dalam waktu 7,3 detik. Kecepatan maksimumnya dibatasi ”hanya” 150 km/jam saja.
Dimensi dan performa yang serupa dengan versi konvensional, disebutkan Yam berdampak pada rasa pengendalian yang tak jauh berbeda. Versi konvensional Mini Cooper S dikenal dengan rasa menyetir yang gesit layaknya gokart. Pada versi listrik, rasa itu makin menguat karena ada tambahan bobot baterai 150 kg. Tambahan beban baterai yang ditempatkan di dasar sasis menambah daya gravitasi mobil.
Baterai dengan 12 modul pada mobil ini dipasang dengan formasi huruf ”T” di dasar ruang kabin dilindungi pelat yang kokoh. Demi mengantisipasi turunnya bodi karena bobot baterai itu, jarak kolong (ground clearance) Mini Electric lebih tinggi sekitar 18 milimeter dibandingkan Mini Cooper S konvensional. Pengendalian yang presisi dijanjikan tetap terjaga.
Kapasitas daya baterai mobil ini 28,9 kWh. Di atas kertas, jika baterai terisi penuh, mobil bisa menempuh jarak 232 kilometer berdasarkan standar penghitungan WLTP. Angkanya memang tidak mengesankan, mengingat beberapa mobil elektrik murni terbaru menjanjikan jarak tempuh di kisaran 400 kilometer. Namun, daya sedemikianlah yang seuai dengan peruntukan sebuah Mini.
”Jarak tempuh 232 kilometer itu cukuplah untuk keliling Kota Jakarta, atau sesekali ke Bandung, lalu makan siang, ngopi, sambil mengisi daya lagi, lalu pulang kembali ke Jakarta,” kata Yam. Dengan kata lain, Mini Electric dirancang untuk berkendara di dalam kota dan tampil menonjol berkat desain uniknya.
Desain yang lebih memikat dimunculkan pada varian Mini Electric Collection. Pembeda utamanya terletak di bagian atap. Mini Electric ”biasa” beratap warna hitam solid. Sementara versi spesialnya dikelir multiwarna; perpaduan antara biru, hijau dan ungu, menyesuaikan intensitas cahaya. Joknya memadukan bahan kulit sintetis dan kain dari daur ulang material plastik. Logo Mini di moncong depan berwarna hitam legam.
Mini Electric dijual dengan harga Rp 945 juta, sedangkan Mini Electric Collection Rp 10 juta lebih mahal. Harga itu merupakan harga off-the-road.(HEI)