Generasi Z di Asia Tenggara Lebih Rasional dalam Berbelanja
Generasi Z di Asia Tenggara cenderung berbelanja secara rasional dengan sejumlah pertimbangan. Hal ini menandakan produk yang mengandalkan promosi dan embel-embel saja tidak akan memenangi hati mereka.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Generasi Z atau mereka yang umumnya lahir pada periode 1996-2012 di Asia Tenggara cenderung berbelanja dengan pertimbangan lebih rasional baik dari segi fungsi, kepantasan harga, maupun dampak terhadap komunitas dan lingkungan. Hal ini menjadi tanda bahwa produk yang mengandalkan promosi semata sulit memenangi hati generasi tersebut.
Hal itu terungkap dalam riset terbaru Hakuhodo Institute Life and Living ASEAN (HILL ASEAN) bertajuk ”Now You Z Me, Debunking Myths About ASEAN Generation Z”. HILL ASEAN adalah lembaga kajian orang dan pasar yang juga bagian dari Hakuhodo, perusahaan periklanan besar di Jepang.
Analisis riset ditempuh melalui sejumlah studi berbasis survei dan wawancara kelompok secara mendalam. Ada 4.500 responden pada survei secara daring serta 54 responden wawancara dari enam negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Filipina, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Generasi Z menghargai produk yang menjunjung aspek kepraktisan, turut membawa dampak kepada orang, lingkungan, dan inklusivitas. Mereka juga rela membayar mahal jika produk itu sesuai dengan karakter mereka. (Devi Attamimi)
Institute Director HILL ASEAN Devi Attamimi, Kamis (8/4/2021), menyatakan, hasil riset itu menemukan kalau Generasi Z sangat menghargai kepraktisan dan fungsi, juga kepantasan nilai produk terhadap diri mereka.
”Generasi Z menghargai produk yang menjunjung aspek kepraktisan, turut membawa dampak kepada orang, lingkungan, dan inklusivitas. Mereka juga rela membayar mahal jika produk itu sesuai dengan karakter mereka,” jelasnya.
Devi menjelaskan, preferensi Generasi Z yang lebih rasional ini mengakar pada generasi sebelumnya. Generasi mereka lebih kritis lantaran didikan orangtua. Pada saat bersamaan, mereka juga tetap mengikuti tradisi dan norma yang berkembang dari komunitas.
Pemaknaan Generasi Z dalam sejumlah hal pun beragam. Dalam ihwal persaudaraan, mereka cenderung menjaga kuatnya hubungan dengan keluarga dan lingkaran pertemanan terdekat. Begitu pula pandangan kesuksesan menurut mereka, yakni membuat keluarga dan sahabat mereka bangga.
Dari beberapa nilai itu, Devi memandang Generasi Z lebih rasional dan sederhana untuk urusan prinsip hidup. Karena prinsip tersebut pula, mereka cenderung lebih selektif dengan produk yang benar-benar dapat membantu kehidupan mereka di masa mendatang.
CEO Hakuhodo International Indonesia Irfan Ramli mengatakan, preferensi Generasi Z menjadi tanda bahwa usaha produk bermerek harus ikut beradaptasi. Produk saat ini tidak bisa hanya mengandalkan promosi dan embel-embel, tetapi juga harus bermakna lebih bagi Generasi Z. Makna itu, misalnya, membawa dampak bagi lingkungan atau komunitas tertentu.
”Generasi Z akan menilai mana produk yang membawa pesan (lingkungan dan sosial) itu secara jujur. Yang berupa embel-embel pun akan terbaca karena Generasi Z sangat teliti mengamati itu,” kata Irfan.
Generasi Z menjadi segmen pasar yang patut diperhitungkan bagi industri saat ini. Bagi brand marketers (pemasar merek), Generasi Z adalah konsumen masa depan sehingga perlu cara pemasaran baru yang benar-benar menjangkau kalangan mereka.
Lembaga survei Nielsen Indonesia pernah menyebutkan, dari 11 kota yang kerap menjadi obyek survei, satu dari tiga penduduk merupakan Generasi Z. Hasil survei Nielsen juga menunjukkan, 86 persen Generasi Z menggunakan telepon pintar untuk berbagai keperluan (Kompas, 13/11/2020).
Dengan populasi mereka yang besar, perilaku mereka akan memengaruhi bidang-bidang kehidupan masyarakat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 menunjukkan, satu dari empat penduduk atau sekitar 67,26 juta jiwa berusia 10-24 tahun.
Direktur Eksekutif Media Nielsen Indonesia Hellen Katharina mengatakan, 36 persen Generasi Z berusia 20-24 tahun dan separuh dari mereka sudah bekerja. Mereka ingin meraih tingkat teratas dalam karier dan ingin tampil (menonjol) sebagai individu.