Banyak orang mencari kesibukan baru untuk mengisi waktu pada masa pandemi. Hal itu membantu mengalihkan pikiran mereka.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banyak orang mengganti beberapa hobi mereka dengan kegiatan baru agar sesuai dengan protokol kesehatan. Kegiatan-kegiatan itu tidak hanya membantu mereka tetap sibuk selama pandemi Covid-19, tetapi juga menjaga kesehatan psikologis saat mobilitas terbatas.
Ibu rumah tangga di Depok, Maharani (25), biasanya melanglang buana tiap akhir pekan untuk wisata kuliner ataupun menjelajah mal di Jakarta. Hobi itu tidak lagi dilakukan karena pandemi. Ia memilih berada di rumah karena khawatir dengan penyebaran Covid-19 yang makin dekat, bahkan menjangkiti beberapa tetangga.
”Akhir pekan biasanya waktu untuk jalan-jalan dan mencicipi kuliner para pedagang kaki lima. Tapi, sekarang saya ragu membeli makanan di sana. Wisata kuliner pada akhir pekan terpaksa diganti dengan memesan makanan lewat ojek daring,” kata Maharani, Selasa (12/1/2021).
Wisata kuliner bukan satu-satunya hobi yang Maharani modifikasi. Kegiatan rutinnya berolahraga di ruang terbuka pun turut berubah. Ia kini berolahraga di dalam rumah dengan alat kebugaran.
Beragam kegiatan pun dia coba agar tidak bosan di rumah. Ia menggunakan waktu yang ada untuk menjajal resep masakan baru, membuat kue, hingga menonton di layanan streaming berbayar.
”Kegiatan pengganti ini membuat senang sesaat, lalu tidak lagi karena bosan. Saya berupaya bersyukur agar tetap senang pada masa seperti ini,” katanya.
Pegawai yang bekerja di Taiwan, Anna (25), turut mengubah hobi-hobinya selama pandemi. Jika libur Imlek biasa digunakan untuk menjelajah bagian selatan Taiwan, ia kini memilih berada di indekos saja. Pelesir ke luar daerah diganti dengan jalan-jalan di pasar malam terdekat.
Ia juga mengeksplorasi tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya, seperti perpustakaan di kotanya. Waktu luang yang tersisa digunakan untuk hobi lain, antara lain mengeksplorasi drama televisi dari beragam negara.
”Kegiatan pengganti seperti ini, ya, senang-senang saja (saat dilakukan). Itu karena saya melakukannya bersama teman,” ujar Anna.
Kegiatan bermakna
Lauren Saling, pengajar di Departemen Psikologi RMIT University, Australia, menyarankan publik agar melakukan kegiatan yang mereka sukai, tetapi disesuaikan dengan protokol kesehatan. Mengisi waktu dengan kesibukan baru memang bisa mengalihkan pikiran selama pandemi. Namun, hal itu bersifat sementara.
”Kesibukan memang mendistraksi, tetapi tidak membuat kita sepenuhnya puas. Coba pikirkan kegiatan yang benar-benar Anda rindukan dan cari cara untuk melakukannya,” kata Saling dalam risetnya dengan sejumlah peneliti.
Riset itu fokus pada perubahan aktivitas publik selama mematuhi aturan jaga jarak beserta dampaknya. Jaga jarak jadi salah satu penyebab masalah psikologis pada warga.
Selain jaga jarak, psikologis warga terdampak oleh ketakutan tertular dan menularkan virus. Ketiga hal itu menyebabkan kecemasan, depresi, dan stres pada warga.
Menurut Saling, menyibukkan diri membuat seseorang merasa gusar, sedangkan melakukan kegiatan bermakna membuat orang tenang. Ia menambahkan bahwa kegiatan bermakna membuat seseorang merasa seimbang, puas, serta dapat menurunkan gejala depresi.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asian Federation of Psychiatric Association Nova Riyanti Yusuf menyarankan hal serupa. Nova menganjurkan publik membuat jadwal atau target harian. Target itu bisa jadi hal sederhana yang mudah. Membuat target membuat seseorang merasa termotivasi dan senang ketika dapat mencapainya.
”Itu penting untuk membuat hari-hari menjadi bermakna. Jadi, hari tidak berlalu begitu saja,” kata Nova.