Festival Film Eropa atau Europe on Screen akan digelar virtual pada 16-30 November 2020. Penonton dari seluruh pelosok Indonesia bisa jalan-jalan ke Eropa melalui film sambil bersantai di rumah.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI
Suasana sebelum pemutaran film festival Europe on Screen 2019 di Goethe Huis, Jakarta, Senin (22/4/2019). Penonton tidak dipungut bayaran untuk menyimak seratusan film dari Benua Eropa yang ditayangkan di festival tahunan ini. Tahun ini, Europe on Screen diselenggarakan secara virtual karena pandemi Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS — Festival Film Eropa atau Europe on Screen (EoS) kembali digelar di Indonesia tahun ini. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, EoS tahun ini jadi yang pertama diadakan secara virtual, tepatnya pada 16-30 November 2020. Penonton dari seluruh daerah di Indonesia kini bisa pelesiran ke Eropa tanpa beranjak dari rumah.
EoS sejatinya hasil kerja sama antara kedutaan besar dan pusat kebudayaan Eropa di Indonesia. Festival ini diadakan sejak 1990, berlanjut ke 1999, dan baru digelar rutin setiap tahun sejak 2003 (Kompas, 24/4/2016). EoS tahun ini merupakan festival ke-20.
Ada 41 film yang akan ditayangkan. Sebanyak 40 film panjang merupakan film produksi 25 negara Eropa dan satu kompilasi film pendek garapan sineas Indonesia. Film pendek itu diproduksi oleh pemenang Short Film Pitching Project 2019, bagian dari rangkaian acara EoS.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Konferensi pers virtual Europe on Screen berlangsung pada Senin (2/11/2020). Festival film tahunan ini pertama kali diadakan secara virtual pada 16-30 November 2020 melalui situs Festival Scope. Ada 41 film yang akan ditayangkan. Sebanyak 40 film panjang merupakan film produksi 25 negara Eropa dan satu kompilasi film pendek garapan sineas Indonesia.
Short Film Pitching Project juga diadakan lagi tahun ini. Panitia menerima 170 submisi ide film dari sineas di banyak daerah. Dari jumlah itu, dewan juri menyaring sembilan finalis. Pemenang berhak menerima pembiayaan parsial untuk produksi film.
”Mengapa dibiayai secara parsial? Kami mau mendorong mereka agar bisa mencari dana secara mandiri. Melihat pengalaman pemenang di 2018, film pendek yang ia produksi berhasil diputar di festival film di Roma,” kata Festival Co-director Meninaputri Wismurti pada konferensi pers virtual, Senin (2/11/2020).
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket mengatakan, Short Film Pitching Project dibuat sebagai kontribusi terhadap perfilman Indonesia. Kegiatan ini diharapkan jadi sarana mendukung dan mengakui geliat sineas dalam negeri.
Ini pertama kalinya EoS digelar virtual akibat pandemi Covid-19. Seharusnya, festival film ini digelar beberapa bulan lalu. Pihak penyelenggara pun mengubah strategi dan memutuskan festival tetap dilaksanakan. Beberapa judul film yang sudah ditentukan terpaksa dirombak karena tidak bisa ditayangkan secara virtual.
Kebanyakan film yang akan tayang merupakan film produksi tahun 2018-2019. Salah satu film tersebut masuk dalam nominasi Oscar kategori International Feature Film, yakni film dari Polandia berjudul Corpus Christi. Ada pula Instinct yang mewakili Belanda untuk diajukan ke Oscar dan Lengthy Night dari Armenia.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Konferensi pers virtual Europe on Screen berlangsung pada Senin (2/11/2020). Festival film tahunan ini pertama kali diadakan secara virtual pada 16-30 November 2020 melalui situs Festival Scope. Ada 41 film yang akan ditayangkan. Sebanyak 40 film panjang merupakan film produksi 25 negara Eropa dan satu kompilasi film pendek garapan sineas Indonesia.
Adapun festival ini akan dibuka dengan penayangan film Swoon produksi Swedia pada 16 November 2020. Film garapan sutradara Bjorn Stein dan Mans Marlind ini merupakan film fantasi musikal. Film ini diadopsi dari kisah nyata dari sebuah taman hiburan di kota Stockholm.
Sementara itu, penutupan festival ditandai dengan film How About Adolf dari Jerman yang akan diputar 30 November 2020. Publik bisa menonton secara daring melalui situs Festival Scope secara cuma-cuma.
”Kita tentu akan merindukan layar perak dan kerumunan saat masuk ke bioskop. Tapi, kami akan memberi kompensasi dengan menyajikan film terbaik dan terbaru dari Eropa,” kata Piket.
Kita tentu akan merindukan layar perak dan kerumunan saat masuk ke bioskop. Tapi, kami akan memberi kompensasi dengan menyajikan film terbaik dan terbaru dari Eropa.
Ia menambahkan, dengan penayangan virtual, festival film ini bisa menjangkau audiens yang lebih luas dari seluruh Indonesia. Penyelenggara mencatat sekitar 32.000 pengunjung di festival tahun lalu. Piket berharap jumlah audiens tahun ini setidaknya sama atau lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
Ragam film
Menurut Festival Co-director Nauval Yazid, pemutaran film akan dibagi dalam dua kategori, yakni Festivities dan Realities. Festivities akan memutar 30 film panjang bergenre fiksi, sedangkan Realities menayangkan 10 film panjang dokumenter.
Beberapa film fiksi yang akan diputar adalah 100 Things (Jerman), Afterife (Belanda), Amateurs (Swedia), The Dead Queen (Portugal), Extra Ordinary (Portugal), Flesh Out (Italia), Homeward (Ukraina), My Grandpa is an Alien (Kroasia), Psychobitch (Norwegia), dan Those Who Work (Swis).
Adapun beberapa film dokumenter di EoS 2020 adalah Acasa-My Home (Romania), Movements of a Nearby Mountain (Austria), Varda by Agnes (Perancis), White Riot (Inggris), dan Die Toten Hosen (Jerman).
Sementara itu, film produksi Indonesia yang akan tayang adalah Kisah Para Pencuri atau A Tale of the Thieves (oleh Erlangga Fauzan); Forget the Bomb in the Backyard, We’re Fine! (Lerryant Krisdy GB); dan Nebeng atau Along the Road (M Faisal Hibatullah).
KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI
Suasana sebelum pemutaran film saat festival Europe on Screen 2019 di Goethe Huis, Jakarta, Senin (22/4/2019). Penonton tidak dipungut bayaran untuk menyimak seratusan film dari Benua Eropa yang ditayangkan di festival tahunan ini. Tahun 2020 ini, Europe on Screen digelar secara virtual karena pandemi Covid-19.
”Di rangkaian acara, kami juga ada Film Talks atau sesi tanya-jawab dengan sejumlah sutradara yang filmyna diputar di EoS. Sutradara film Swoon telah mengonfirmasi kehadirannya nanti, begitu pula dengan sutradara Die Toten Hosen, dan sebagainya. Kemungkinan jumlah pembicara masih akan bertambah,” kata Nauval.
Sebanyak 41 judul film yang ditayangkan tahun ini lebih sedikit dibanding 2019 yang mencapai 101 judul film dari 27 negara. EoS 2018 menayangkan 93 film, kemudian 74 film pada 2017, 78 film pada 2016, dan 62 film pada 2015.
Jumlah yang lebih sedikit tahun ini dinilai wajar. Meninaputri mengatakan, itu karena kali ini audiens hanya bisa menyaksikan film dari satu platform, sedangkan tahun-tahun sebelumnya beberapa film bisa diputar sekaligus di bioskop.
Kendati demikian, Piket berharap audiens menikmati suguhan film dari ”Benua Biru” ini. Film-film itu merupakan jembatan untuk memahami orang-orang dari negeri seberang tanpa perlu benar-benar pergi ke sana. Audiens dapat belajar pribadi, bahasa, kebudayaan, dan wawasan baru melalui film.
”Film menjadi sarana mengenal hati orang Eropa. Ini kesempatan untuk mengenal lanskap sosial, budaya, dan bahasa kami dari film,” ucap Piket.