”Smartwatch” dan Tren Olahraga Selama Pandemi Covid-19
Tren berolahraga yang muncul kembali di tengah pandemi tampaknya ingin dimanfaatkan momentumnya oleh produsen ”smartwatch” dunia. Terlebih, peneliti menemukan metode mendeteksi tanda-tanda infeksi dari data kesehatan.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, posisi arloji pintar atau biasa disebut smartwatch tampaknya semakin terlihat di tengah masyarakat. Hal ini dinilai karena kemunculan tren di masyarakat untuk berolahraga baik di dalam rumah maupun bersepeda.
Bahkan, peneliti menemukan metode untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi dari data kesehatan smartwatch. Para produsen gawai ini pun terus memperkenalkan produk barunya.
Terakhir, salah satu pemain ponsel pintar terbesar dunia, Huawei, mulai menjual smartwatch terbarunya, Huawei Watch Fit, di Indonesia pada Selasa (1/9/2020).
Sesuai namanya, Huawei tampaknya memang mendesain Watch Fit untuk memiliki sejumlah fitur yang berguna untuk menjaga kebugaran penggunanya. Watch Fit memiliki 96 tipe jenis latihan, dari berlari, bersepeda, berenang, hingga olahraga dalam ruangan, seperti yoga dan pilates.
Deputy Country Director Huawei Consumer Business Group Indonesia, Lo Khing Seng, mengatakan bahwa dalam kondisi normal baru di Indonesia saat ini, masyarakat banyak yang telah mencoba berbagai bentuk olahraga baru di dalam dan di luar rumah.
”Huawei Watch Fit hadir untuk menemani para pengguna dengan fitur cerdas yang dirancang khusus untuk membantu pengguna berolahraga kapan pun dan di mana pun,” kata Lo.
Watch Fit juga memiliki fitur pendukung kesehatan, seperti deteksi saturasi oksigen dan perekam kualitas tidur. Watch Fit dijual dengan harga Rp 1,39 juta dan tersedia dalam tiga pilihan warna.
Samsung pada bulan lalu juga memperkenalkan smartwatch terbarunya, Galaxy Watch 3, ke Indonesia. Smartwatch ini memiliki form factor yang lebih tradisional, lebih mirip arloji biasa dibandingkan dengan Huawei Watch Fit atau Apple Watch.
Galaxy Watch 3 memiliki kemampuan perekam data kesehatan dan kebugaran, seperti memeriksa saturasi oksigen dalam darah dan fitur pembayaran nontunai melalui Samsung Pay. Galaxy Watch 3 berdiameter 41 milimeter berbanderol Rp 5,9 juta, sedangkan opsi 45 milimeter dijual Rp 300.000 lebih mahal.
Apple, di sisi lain, sedang dirumorkan akan segera meluncurkan suksesor Apple Watch 5. Biasanya, Apple memang meluncurkan Apple Watch pada bulan September setiap tahunnya bersamaan dengan iPhone terbarunya. Namun, chief financial officer Apple, Luca Maestri, telah mengonfirmasi akan ada penundaan rilis iPhone 12 akibat Covid-19.
Dengan smartwatch, orang yang sebetulnya merasa sehat saja bisa mulai untuk melakukan isolasi mandiri dan melakukan tes diagnostik Covid-19.
Berdasarkan laporan Bloomberg, selain Apple Watch 6, Apple juga akan mengeluarkan Apple Watch kelas menengah; memiliki posisi mirip iPhone SE terhadap iPhone 11. Apple Watch dengan harga yang relatif lebih rendah ini disebut diluncurkan untuk bersaing dengan smartwatch khusus kebugaran.
Minat masyarakat terhadap smartwatch tampaknya memang meningkat di masa awal pandemi. Berdasarkan laporan firma riset pasar asal Amerika Serikat, Strategy Analytics, penjualan smartwatch meningkat 20 persen pada kuartal I-2020 dibandingkan periode yang sama pada 2019; dari 11,4 juta unit menjadi 13,7 juta.
Apple masih memegang porsi terbesar pasar smartwatch dengan 55 persen, disusul Samsung dengan 13,9 persen, dan Garmin sebesar 8 persen. Sisanya, sebesar 22,6 persen, diisi merek lain, seperti Xiaomi, Fitbit, dan Huawei.
Deteksi dini Covid-19
Smartwatch dengan kemampun pintarnya mampu merekam berbagai data kesehatan penggunanya dan dihubungkan dengan ponsel pintar. Menggunakan data aktivitas dan biometrik tersebut, peneliti dari Stanford University School of Medicine mengklaim dapat mengembangkan metode yang dapat mendeteksi 67 persen kasus infeksi di saat atau sebelum kemunculan gejala.
Perubahan kecil detak jantung, tingkat pernapasan, dan parameter biometrik lain dapat menunjukkan gejala awal dari sebuah infeksi virus.
Oleh karena itu, dengan smartwatch, orang yang sebetulnya merasa sehat saja bisa mulai untuk melakukan isolasi mandiri dan melakukan tes diagnostik Covid-19, kata Profesor Michael Snyder, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi ini.
”Ketika kita menderita penyakit sesuatu, bahkan sebelum kita sendiri menyadarinya, pola tubuh kita berubah,” ujarnya.
Dalam penelitian hasil kerja sama dengan Fitbit ini, Snyder dan kolega merekrut 5.000 partisipan dan secara khusus mengidentifikasi pola infeksi Covid-19 dari 31 orang di antaranya.
Dalam salah satu kasus ditemukan bahwa smartwatch yang dipakai oleh salah seorang partisipan dapat mendeteksi tanda kemungkinan infeksi Covid-19 sembilan hari sebelum gejala yang biasa muncul.
”Dari data ini, kita bisa mendeteksi bahwa seseorang sebetulnya sudah terinfeksi sebelum gejala muncul. Ini sangat berguna ke depannya. Masyarakat yang terdeteksi ini bisa diminta untuk tetap di rumah dan jangan sampai menginfeksi orang lain,” kata Snyder kepada Reuters.