Investasi Properti di Barat Jakarta yang Semakin Menarik
Kawasan di sebelah barat Jakarta, dari Bintaro, Serpong, Parungpanjang, hingga Rangkasbitung semakin menarik perhatian industri properti. Beberapa perusahaan properti berlomba membuat hunian nyaman dan harga terjangkau.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·6 menit baca
Koridor Barat Jakarta tampaknya makin menggairahkan pasar properti. Terlebih, ada keunggulan berupa transportasi publik, seperti kereta rel listrik (KRL) dan akses jalan tol di masa depan yang bisa menjadi daya pikat. Kemudahan mobilitas ini menjadikan isu transit oriented development (TOD) memperkuat pengembangan properti.
PT Agung Podomoro Group (APG) melihat barat Jakarta sebagai pemantik. Tahun ini, APG siap mengembangkan rumah tapak dan komersial Kota Podomoro Tenjo yang masuk wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kota satelit baru itu terletak antara Stasiun Tenjo dan Tigaraksa. Lahan seluas 650 hektar diperkirakan bakal terbangun hunian 7.000-8.000 unit. APG pun berani bermain di kisaran awal Rp 200 juta per unit.
Berbagai tipe siap dibangun awal tahun 2021. Mulai dari tipe bangunan 27, 36, 40 dan 52. Seluruh tipe itu pun dibangun di atas lahan yang berbeda-beda, mulai dari 60 meter persegi hingga 176 meter persegi. Besarnya lahan dibandingkan bangunan ini menunjukkan APG lebih menyediakan konsep rumah tumbuh. Rumah mungil yang masih memiliki beberapa meter lahan kosong.
”Kota Podomoro yang akan dibangun ini sebagai pemantik, kami ingin berkontribusi menggerakkan perekonomian Indonesia. Terlebih, momentumnya tepat dengan gencarnya pembangunan infrastruktur jalan tol dan semakin nyamannya transportasi publik, seperti kereta rel listrik,” kata Assistant Vice President Residential Marketing PT Agung Podomoro Land, Zaldy Wihardja, pada Selasa (11/8/2020).
Sebenarnya, APG sudah memiliki lahan tersebut selama sepuluh tahun. Saat ini, APG semakin yakin mengembangkan kawasan itu, setelah melihat kemajuan pembangunan infrastruktur, geliat pabrik dan peningkatan perekonomian masyarakatnya. Tentu, ada peluang menangkap kebutuhan hunian bagi masyarakat, terutama buruh.
”Kami melihat, solusinya adalah kebutuhan landed house. Karena itu, Agung Podomoro memiliki rencana pengembangan besar mulai dari pencanangan pembangunan TOD Kota Podomoro, revitalisasi stasiun Tigaraksa hingga pembangunan flyover,” kata Zaldy.
Sementara itu, Grup Ciputra bergerak masif mengembangkan rumah tapak Citra Maja Raya, Lebak, Banten, yang lebih besar lagi lahannya. Total 2.600 hektar. Jika menelusuri rute KRL dari Serpong menuju Rangkasbitung, PT Modernland Reality Tbk bergerak menciptakan kota modern pula seluas 400 hektar, persis dekat Stasiun Cilejit.
Setali tiga uang, kedua pengembang ini masih dibayang-bayangi strategi pengembang perumahan kecil lainnya. Kisaran rumah tapak berada di bawah Rp 200 juta. Alternatif model real estate dengan harga Rp 500 jutaan pun tersedia.
Sementara itu, pengembang Sinar Mas Land yang masih memiliki lahan berlimpah di kawasan BSD City terlihat makin agresif dan percaya diri mengembangkan sejumlah kluster. Kluster Freja House yang masih bersebelahan dengan Kluster Simplicity diluncurkan di masa pandemi Covid-19.
Hanya 180 unit, kluster ini memiliki kesamaan dengan perumahan Tabebuya BSD pada kluster Fleekhauz, Insipirahaus, maupun Invensihaus. Karena membidik kalangan milenial, rumah baru dua lantai itu sudah dilengkapi perangkat furnished sehingga diharapkan bisa langsung ditempati, setelah serah terima unit tanpa perlu renovasi lagi.
”Gampangannya, milenial tinggal bawa koper pakaian atau kebutuhan hidup lainnya,” kata Irawan Harahap selaku Project Leader Digital Hub-Sinar Mas Land.
Dengan luas tanah 51 meter persegi, Sinar Mas Land mematok rumah dua lantai itu seharga Rp 1,1 miliar. Lokasinya pun sangat strategi, mulai dekat pusat belanja AEON Mall dan perguruan tinggi ternama, hingga dekat stasiun kereta, terlebih lagi dalam waktu dekat akan dimudahkan dengan pintu keluar tol.
Bahkan, menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI, kluster Freja Suites (tahap kedua) sebanyak 211 unit mulai dibuka. Dengan luasan yang sedikit lebih besar, Sinarmas Land mematok kisaran harga Rp 1,32 miliar hingga Rp 1,47 miliar.
Dhony Rahajoe, Managing Director President Office Sinar Mas Land, mengatakan, ”Untuk mengakomodasi tingginya permintaan masyarakat, Sinarmas Land melalui BSD City kini juga merilis Freja Suites. Kami melihat, saat ini pemerintah mulai memperhatikan industri properti sebagai salah satu yang potensial mencegah Indonesia untuk masuk ke dalam resesi ekonomi.”
Sementara, Bintaro Jaya Highrise menggarap Apartemen Emerald Bintaro, Bintaro Plaza Residence, dan The Accent at Menteng Bintaro. Dengan berbagai keunggulan lokasinya, hunian vertikal itu berada di kisaran Rp 300 juta-Rp 900 juta.
Media digital
Banyaknya penawaran hunian nyaman membuat konsumen mempunyai banyak pilihan. Kini, konsumen bisa lebih mudah mendapat informasi melalui internet maupun media digital dari agen properti.
Country Manager Rumah 123 Maria Herawati Manik mengatakan, di tengah keterbatasan tatap muka, semua penawaran bisa dilakukan secara digital. ”Adopsi digital properti di era new normal meningkat signifikan. Artinya, produk apapun kini seakan bisa keep in touch ke konsumen melalui digital, termasuk memperkenalkan rumah dengan aplikasi tiga dimensi. Konsumen seakan diajak melihat eksterior dan interior rumah contoh mirip aslinya,” katanya.
Pengamat Properti Ali Tranghanda mengatakan, sebenarnya pasar properti di barat Jakarta cukup besar, tetapi dulu pengembang lebih suka mengincar segmen kalangan menengah ke atas. ”Dengan kondisi saat ini, mereka mau tidak mau menyasar segmen lain,” kata Ali.
Hasil survei Indonesia Property Watch (IPW) tentang Tren Pasar Perumahan Jabodetabek-Banten Kuartal II Tahun 2020 menunjukkan nilai penjualan pasar perumahan Jabodetabek-Banten naik 81,4 persen setelah triwulan sebelumnya drop sampai 50,1 persen.
Nilai penjualan kuartal II-2020 mencapai Rp 1,304 triliun, sedangkan kuartal pertama 2020 yang dibayang-bayangi dengan kebijakan pembatasan ruang gerak akibat pandemi Covid-19 mencatat Rp 719,05 miliar. Yang mengherankan, nilai penjualan kuartal II-2020 bisa lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2019 yang mencapai Rp 1,174 triliun. Angka itu menunjukkan bahwa kekuatan digital untuk properti yang menembus batas ruang tatap muka.
Tren penjualan rumah yang sebagian besar didorong dengan penggunaan media digital rupanya tak menyurutkan minat konsumen. Sekali lagi, di wilayah Jabodetabek-Banten, jumlah unit yang terjual pada kuartal II-2020 mencatat 2.319 unit atau meningkat sebesar 88,7 persen dibandingkan kuartal I-2020 sebanyak 1.229 unit.
Bahkan, penjualan unit pada kuartal II-2020 masih naik tipis sebesar 2,7 persen dibandingkan kuartal II-2019 sebanyak 2.257 unit. Memang, harus diakui pasar perumahan kuartal I-2020 anjlok sebesar 50,4 persen dibandingkan kuartal IV-2019 yang mencapai 2.478 unit.
Dari tren kenaikan itu, jika dirinci secara kewilayahan, IPW mencatat pertumbuhan unit yang terjual teratas berada di daerah Tangerang dengan peningkatan tajam sebesar 164,1 persen. Disusul, Jakarta (44,4 persen), Bogor (32,5 persen), Bekasi (30,0 persen), dan daerah lainnya justru minus. Begitu pula pertumbuhan nilai penjualannya, Tangerang menempati posisi teratas mencapai 158,5 persen, disusul Bogor (56,8 persen), Bekasi (44,5 persen), dan Jakarta (21,9 persen), serta Serang (3,2 persen).
Menurut Ali, segmen gemuk di bawah harga Rp 500 juta bukanlah sasaran jangka pendek. Sebab, pasar perumahan daerah barat Jakarta berada di segmen ini. Kini, pengembang menyasar segmen end user (konsumen yang bakal menghuni perumahan) dengan kisaran harga di bawah Rp 500 juta.
Namun, pengembang banyak yang bermain di segmen atas karena profit lebih tinggi. Pengembang yang jeli akan sadar untuk masuk di segmen ini. Apalagi, khusus kondisi saat ini, memang bergeser ke segmen yang lebih rendah.