Kota Podomoro Menyasar Segmen Menengah-Bawah di Kawasan Tenjo
Pengembang Agung Podomoro Group akhirnya mengembangkan lahan yang selama 10 tahun dimilikinya di daerah Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pembangunan infrastruktur membuat APG menghadirkan rumah tapak Rp 200 jutaan.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hampir 10 tahun menunggu momentum, pengembang Agung Podomoro Group atau APG akhirnya melirik kawasan barat Jakarta untuk dikembangkan menjadi lokasi hunian terbarunya. Bermodalkan lahan 650 hektar, APG bakal membangun ribuan rumah tapak dengan menyasar kalangan menengah ke bawah di daerah Tenjo, tak jauh dari Stasiun Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Tepat pada hari ulang tahun ke-75 Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2020, proyek hunian yang dinamakan Kota Podomoro, ini, akan diluncurkan secara virtual pada pukul 13.00. Dalam acara bertajuk ”Agung Podomoro Membangun Negeri” tersebut, hunian yang kelak berada di kawasan komersial itu akan dipatok seharga Rp 200 jutaan sebagai harga spesial bagi 100 pembeli pertama.
Assistant Vice President Residential Marketing PT Agung Podomoro Land (APL) Zaldy Wihardja dalam perbincangan dengan Kompas di Jakarta, Jumat (14/8/2020), mengatakan, ”Setelah perapihan lahan yang sudah sekitar 10 tahun kami miliki ini, pembangunan akan dilakukan mulai awal tahun depan. Kali ini, kami mencoba mengenalkan produk hunian yang diperoleh berdasarkan riset kebutuhan hunian di daerah ini.”
Sebagai langkah awal, APG bakal mencanangkan pembangunan hunian berkonsep transit oriented development (TOD) Kota Podomoro dengan fokus pada Stasiun Tenjo. Selain itu, APG merancang pula pembangunan jalan layang (flyover) Tenjo.
Zaldy berharap pembangunan rumah tapak seharga Rp 200 jutaan ini bisa mendorong kembali perekonomian negeri ini. Selain sudah adanya infrastruktur kereta api listrik (KRL), pemerintah juga sudah memiliki desain besar untuk kawasan tersebut, bahkan sudah memulai proses pembangunan Jalan Tol Serpong-Balaraja.
Zaldy menjelaskan, hunian Kota Podomoro yang berkonsep Kota Satelit Modern itu bisa dicapai melalui jalan tol tersebut. Melalui pintu keluar Cileles, jarak menuju kawasan perumahan ini hanya sekitar 2 kilometer.
Menurut dia, saat ini, kawasan perumahan ini bisa dicapai dengan menggunakan KRL dari Stasiun Tanahabang ke Rangkasbitung, tinggal turun di Stasiun Tenjo. Diperkirakan, perjalanan tidak sampai satu jam untuk tiba di lokasi perumahan itu.
Dengan dimulainya pembangunan Kota Podomoro ini, kini pilihan hunian berkonsep rumah tapak di kawasan sebelah barat Jakarta semakin bervariasi. Seperti diketahui, sebelum ini pengembang properti besar lainnya, seperti Modernland, sedang membangun hunian di daerah Cilejit, dan Grup Ciputra menggarap lahan lebih luas lagi di daerah Maja.
Terlepas dari berbagai kompetisi yang terjadi, pembangunan properti terutama di masa pandemi Covid-19 akan menjadi stimulus pembangunan nasional. Hal ini mengingat sektor properti mampu menjadi motor penggerak sektor-sektor lainnya.
Jaringan agen
Di sisi lain, Lukas Bong, Ketua Umum DPP Asosiasi Broker Indonesia (AREBI), menambahkan, pengembang yang bisa mengandalkan jaringan agen propertilah yang saat ini bisa bertahan. Memang, dalam kondisi pandemi ini, agen properti kini juga harus mencari cara bertahan, seperti mengutamakan perangkat digital untuk bisa terus memasarkan properti. Selain itu, produk yang ditawarkan memang harus pas dan bisa diterima pasar.
”Yang pasti, agen pemasaran pun akan melihat sampai kapan penyebaran virus Covid-19 ini akan berakhir. Begitu selesai pun, kita masih perlu waktu tiga bulan untuk kembali persiapan dan pemanasan market,” ujar Lukas.
Tanpa menunggu selesainya penyebaran virus, tampaknya pengembang tidak ingin berpangku tangan. Dengan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah, pengembang sudah secara kreatif mendorong penjualan properti, antara lain semakin mengandalkan penyediaan fasilitas digital tiga dimensi bagi konsumen yang enggan bertatap muka dengan petugas penjualan.