JAKARTA, KOMPAS — Pola kehidupan modern perkotaan saat ini membuat masyarakat lebih mudah stres. Untuk mengatasi stres tersebut, yoga bisa menjadi salah satu solusinya.
Ditemui setelah mengisi kelas yoga dalam kegiatan bertajuk Festival Kebhinekaan di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (23/2/2019), pendiri komunitas Yoga Nusantara, Yudhi Widdyantoro, mengatakan, pola hidup modern masyarakat perkotaan yang serba instan justru terkadang membuat orang lebih mudah stres.
”Kehadiran teknologi membuat manusia sangat dimanjakan. Ibaratnya, segala kebutuhan bisa dipenuhi hanya dengan mengusap-usap sebuah layar ponsel yang berada di genggaman. Keadaan itu membuat manusia menjadi kurang berinteraksi dan bergerak,” ujar Yudhi.
Jarang berinteraksi secara langsung dan bergerak itu yang terkadang mudah membuat seseorang stres.
Ditambah lagi, ketika semuanya dipermudah dengan teknologi, kesempatan untuk menggerakkan badan menjadi jarang. Ini akan berdampak pada penegangan otot, yang bisa membuat aliran darah tersumbat. Imbasnya, berbagai macam penyakit akan mudah datang.
Dalam penelitian oleh Mulyaningrum berjudul ”Yoga: Harmonisasi Manajemen Stres”, pengetahuan telah membuktikan adanya hubungan yang sangat erat antara fisik dan psikis. Sebanyak 50-80 persen penyakit akut dan kronis dilatarbelakangi oleh stres. Untuk itu, sejak 7000 tahun yang lalu, yoga telah dikenal sebagai pendekatan terhadap kesehatan yang membantu semua komponen fisik dan psikis bekerja sama secara harmonis.
Di dalam yoga ada dua jenis olah fisik yang dilakukan, yakni asana dan pranayama.
Asana merupakan olah fisik atau postur tubuh yang tidak hanya bermanfaat untuk otot dan sendi, tetapi juga saraf dan kelenjar. Adapun pranayama merupakan olah napas dan teknik konsentrasi, mediasi, serta pelemasan yang sangat efektif mencegah timbulnya stres.
Yudhi melanjutkan, yoga bukan sebatas melakukan gerakan. Namun, yoga sekaligus tentang bagaimana seseorang mendasari setiap gerakan yang dia lakukan dengan nilai-nilai yoga.
”Yoga itu terdiri atas delapan tangga yang masing-masing memiliki filosofi tersendiri. Mulai dari tangga pertama hingga tangga kedelapan, semua mengatur hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, seseorang dengan orang lain, seseorang dengan lingkungan, dan seseorang dengan sang pencipta,” ujarnya.
Dia mencontohkan, pada tangga pertama ada lima nilai yang dijunjung dalam yoga. Lima nilai tersebut adalah tidak melakukan kekerasan, kejujuran, tidak mencuri, tidak melakukan tindakan asusila, dan tidak menumpuk sesuatu.
Jika seseorang menjunjung kelima nilai itu dalam yoga, kemudian ditambah dengan meditasi setelahnya, stres yang dirasakan diyakininya bisa teratasi.
Salah satu peserta yoga, Tari (28), mengatakan, dirinya sudah rutin mengikuti yoga sejak dua tahun lalu dan yoga sangat membantunya.
Meski tinggal di Bogor, sehari-hari Tari bekerja di Jakarta. Setiap hari, dia harus menghadapi kemacetan jalanan Ibu Kota, berdesakan di kereta, dan cuaca yang tidak menentu. Ditambah lagi stres pekerjaan.
”Saya butuh yoga setiap akhir pekan untuk mengurangi stres yang saya tumpuk selama seminggu beraktivitas,” katanya.
Peserta lain, Nanda Marlina (19), yang baru pertama kali mengikuti yoga, mengatakan dirinya merasa lebih rileks.
”Dari pagi saya memikirkan banyak hal yang saya rasa sangat berat, mulai dari permasalahan kuliah, permasalahan pribadi, hingga padatnya kegiatan saya hari ini. Namun, saat yoga tadi, saya benar-benar bisa merasa rileks. Beban-beban saya bisa saya tinggalkan sejenak,” ucap mahasiswa Jurusan Bea dan Cukai Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara itu.
Kelas yoga
Untuk mengubah paradigma orang terkait yoga adalah olahraga yang mahal, Yudhi membuka kelas yoga setiap Minggu pukul 07.00 di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Siapa pun boleh ikut, tidak perlu bayar sepeser pun. Peserta hanya perlu datang membawa matras sebagai alas.
Selain di Taman Suropati, Yudhi juga rutin membuka kelas yoga bagi para tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Anak, Salemba, Jakarta Pusat. Yoga penting bagi anak-anak itu agar dapat mengendalikan emosi diri. (KRISTI DWI UTAMI)