Mangkunegara X, Sang Penerus
Pura Mangkunegaran di Surakarta kini dipimpin Adipati yang belum genap berusia 25 tahun. Dia hendak mengoptimalkan media sosial dan festival jazz untuk melestarikan tradisi adiluhung Mangkunegaran.
Dengan kacamata berbingkai bulat, rambut klimis berpotongan pinggir tipis, berkemeja batik yang kancing atasnya tak terkait, Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo tak beda jauh dengan pemuda usia 24 tahun pada umumnya. Jejak keturunan darah biru baru terlihat jika dia menuliskan gelar di depan namanya: Gusti Pangeran Haryo.
”Waktu kuliah jarang sekali teman-teman yang tahu (saya berdarah biru),” kata lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2019 ini.
Pada 12 Maret, dia dinobatkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X, menggantikan kepemimpinan ayahnya, Mangkunegara IX, yang berpulang pada 13 Agustus 2021. Pada hari jumenengan atau penobatannya itu, teman-temannya juga berdatangan ke Pura Mangkunegaran di Surakarta, Jawa Tengah. Bukan hanya teman kampus, teman semasa sekolahnya dari SD sampai SMA juga ada yang datang. Mereka, kata Bhre, mengatur sendiri keberangatannya dari Jakarta, kota tempat Bhre menuntut ilmu.
Teman-teman Bhre berada di satu tempat dengan orang-orang penting negeri ini. Mulai dari pimpinan kerajaan sedinasti Mataram, yakni Kasunanan Surakarta, Keraton Yogyakarta, dan Pura Pukualaman, hingga Presiden RI Joko Widodo. ”Ya, waktu jumenengan itu teman-teman pada kaget. Dulu, mereka sering bercandain KTP saya, ’Awas, hati-hati alamatnya, nih,’,” ujar Bhre mengacu pada alamat Pura Mangkunegaran.
Baca juga : Bhre Cakrahutomo Dinobatkan Jadi Mangkunegara X
Bhre mengaku akrab dengan teman-teman kampusnya. Ketika masih kuliah, mereka bahkan punya jadwal khusus untuk bersua. ”Sejak dulu memang akrab dengan mereka, sudah seperti keluarga sendiri. Hari Minggu biasanya kumpul-kumpul. Bahasanya mungkin nongkrong, ya, tetapi rasanya, kok, kurang formal.”
Obrolan Kompas bersama Bhre pada Kamis (17/3/2022) siang itu jauh dari kesan formal. Maklum, bincang-bincang berlangsung lewat aplikasi Zoom sehingga rasanya ”jauh tapi dekat”, dan pastinya tanpa sekat protokoler yang biasanya kaku dan dingin.
Bhre justru yang duluan menyapa, ”Halo, selamat siang.” Kehangatan seperti ini rasanya musykil terjadi di abad-abad silam di zaman kerajaan. Penggemar band Coldplay ini bersemangat membicarakan media sosial dan kancah digital. Dunia yang lekat dengan kedinamisan kaum muda ini hendak ia silangkan dengan warisan budaya adiluhung Mangkunegaran.
Dia tak bisa memungkiri bahwa Pura Mangkunegaran adalah salah satu pusat berkembangnya kebudayaan. Identitas dan jati diri itu harus terjaga bahkan di zaman ketika sowan menghadap Adipati bisa dilakukan lewat layar gawai, tanpa harus jalan jongkok. Dunia digital dianggap Bhre bisa menjadi panggung baru bagi seni dan budaya gaya keraton, seperti tari tradisi dan musik gamelan. ”Media sosial itu medium efektif dari kami untuk menyampaikan pesan, memberi edukasi kepada masyarakat luas, karena hampir semua orang pakai media sosial,” ujar pehobi fotografi ini.
Baca juga : GPH Bhre Cakrahutomo Naik Tahta menjadi Mangkunegara X
Lebih lanjut, kata dia, nilai dan budaya Mangkunegaran dapat diolah menjadi konten digital yang lebih mudah dicerna. Secara tidak langsung, ini akan mendekatkan masyarakat pada lingkungan keraton yang biasanya cenderung tinggi dan rapat. ”Kontennya bisa menunjukkan kegiatan di dalam (Pura Mangkunegaran), misalnya latihan tari, atau rutinitas caos dahar setiap Kamis. Bisa juga menceritakan pengalaman hidup seorang abdi dalem, yang mungkin orang belum terlalu sadar,” katanya.
”Pengembangan budaya dibalut dengan kemasan yang lebih relevan berkolaborasi dengan berbagai pihak.” Diksi yang digunakan Bhre, semisal ”kolaborasi”, ”aware” (menyadari)”, dan ”packaging” (pengemasan), adalah kosakata yang kerap terdengar di lingkup agensi kehumasan masa kini. Namun, konsep sedemikianlah yang jadi pertimbangan Bhre dalam mengemban tugasnya sebagai Mangkunegara X di zaman yang melesat cepat.
Dia sendiri punya akun Instagram bernama @bhresudjiwo yang diikuti 16.300 akun. Meskipun berdarah biru, akun Instagram Bhre belum bercentang biru. Di sini dia merekam kegemarannya pada fotografi. ”Kalau Tiktok saya enggak (utama). Kripto, jujur saja, saya kurang paham.
Momen penting
Pada Jumat (25/3/2022), Bhre mengunggah fitur story di Instagram berupa wewara: ”Besok, Sabtu Legi 26 Maret 2022, Puro Mangkunegaran akan memperkenalkan apem khas Mangkunegaran kepada peserta pariwisata.” Detail foto kue apem di pengumuman itu bikin ngiler.
Selain pengumuman, sebagian besar foto yang diunggah di Instagram adalah foto bentang alam di dalam dan luar negeri. Keberadaan manusia dalam foto-fotonya cenderung seperti noktah kecil dalam bentang alam semesta yang luas nan menawan. ”Saya belajar memotret dari Ibu dan Romo yang membelikan kamera ketika saya SMP, sebelum ada Instagram. Saya mengamati foto-foto alam yang ada di internet, majalah, juga beli buku-buku fotografi,” ujarnya.
Fotografi untuk mendorong dia menghargai hal-hal kecil. ”Tanpa memotret, mungkin saya tidak belajar tentang interaksi dengan manusia di jalan. Saya juga jadi menghargai dunia pada umumnya; menghargai matahari terbit, terbenam, dan melihat bintang-bintang,” ucapnya.
Belajar fotografi dia anggap sebagai salah satu momen penting dalam hidupnya. Selain itu, kehidupannya sebagai mahasiswa hukum juga membentuk karakternya.
Pada 2018, dia dan teman-teman kampusnya mengikuti kompetisi peradilan arbitrase tingkat internasional di empat kota di Eropa, yaitu Praha, Belgrade, Budapest, dan Wina. Mereka dapat gelar juara di Praha. Setelah selesai kuliah dalam waktu 3,5 tahun, Bhre bekerja di firma hukum di Jakarta. Di dunia kerja ini, Bhre mengaku banyak belajar tentang etos kerja. ”Saya untuk berdisiplin, menghormati orang lain, dan menghadapi berbagai macam karakter orang. Tidak ada yang mudah,” ujarnya.
Selepas itu, momen penting lanya adalah prosesi jumenengan sebagai Mangkunegara X. Jalan hidupnya berubah ketika Sang Ibu, Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX, membacakan pengukuhannya sebagai adipati baru.
Baca juga : Mangkunegara X, Sejarah Berulang
Sejatinya, Bhre berkuliah di jurusan hukum demi mengejar cita-cita sebagai diplomat terinspirasi. Ia terinspirasi oleh seorang anggota keluarga V dari garis ibu yang menjadi duta besar RI di Jepang. Tetapi garis keturunan justru membawanya menjadi ”duta kebudayaan” Pura Mangkunegaran. Peran inilah yang bakal ia jalani di sisa hidupnya.
”Ini adalah tanggung jawab dan kewajiban yang besar.... Ini adalah jalan hidup saya sekarang,” ujarnya dengan raut wajah serius. Keberlangsungan Pura Mangkunegaran yang telah berusia lebih dari 250 tahun bergantung pada kegesitannya.
Setumpuk rencana
Jabatan yang didapat dari garis lahir bisa dianggap sebagai ”kebetulan dari langit”. Bhre juga mengakui itu dengan imbuhan jangan terlena pada garis sejarah. ”Kebetulan” itu hendak dia ubah menjadi modal kemajuan Mangkunegaran.
”Seorang priayi tidak boleh membanggakan status sejarah. Tak hanya melihat ke belakang, tetapi mampu berkontribusi bagi masyarakat sekitar lewat tindakan konkret. Sebagai pemimpin berdarah muda, ada sejumlah rencana yang disusun Bhre. Pura Mangkunegaran sebagai destinasi wisata ternyata rapuh saat dihantam pandemi. Oleh karena itu, pelestarian budaya perlu mendapat inovasi dalam berbagai format, seperti tulisan dan film, yang diluncurkan dengan media sosial.
”Pengembangannya dengan cara yang relevan, tetapi berpedoman pada akar tradisi,” ujarnya. Dia berencana melanjutkan perhelatan Mangkunegaran Jazz Festival, sebuah pentas musik jazz yang pernah berlangsung pada 2018 dan 2019 dengan menampilkan musisi dalam dan luar negeri.
Perhelatan itu melibatkan sedikitnya tiga komunitas jazz di Kota Solo. Menurut dia, festival itu efektif mengundang masyarakat datang dan melihat Pura Mangkunegaran. “Misinya (festival) itu mengundang orang untuk datang dulu ke Mangkunegaran, bisa melihat kavaleri, melihat pendopo, sekaligus menikmati musik. Ada juga tarian Mangkunegaran yang ditampilkan. Terjadi akulturasi budaya. Ini mengembangkan budaya tanpa melupakan, sesuatu yang ingin kami lanjutkan,” kata dia.
Semula, festival kali ketiga ini direncanakan dihelat pada April 2020. Pandemi Covid-19 yang baru menyeruak menyurutkan rencana itu dan keadaan masih belum menentu hingga sekarang. Jika keadaan membaik, perhelatan diharapkan berlangsung antara April dan Juli 2023.
Hajatan besar terdekat Pura Mangkunegaran adalah menjadi tuan rumah jamuan makan malam pada rangkaian pertemuan liga negara-negara G20. Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka memastikan hal itu pada Jumat (25/3/2022).
Di luar itu, hari-hari Bhre diisi ulang rutinitas ritual Mangkunegaran. Setelah dua jam berbicang-bincang, Bhre berpamitan untuk mempersiapkan upacara adat Ruwahan, tradisi menjelang bulan Ramadhan. ”Saya harus persiapan, mau upacara dulu,” ujarnya.
Oleh karena kalimat terakhir itu tidak jelas terdengar gara-gara sinyal internet yang kurang baik, kami keliru medengar kata ”upacara” menjadi ”pacaran”. Kami pun bertanya, ”Apa Gusti? Pacaran?”
Sang Adipati yang masih berstatus bujang itu tertawa berderai-derai. ”Üpacara, Mas,” tegasnya.
Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X
Lahir: Jakarta, 29 Maret 1997
Pendidikan:
- SD-SMA Cita Buana, Jakarta Selatan
- Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 2015
Prestasi:
- Juara Pra-Moot ke-10 Praha Vis, 2018
- Juara Indonesia Annual Vis Pre-Moot ke-10, 2018
- Empat Tim Teratas di Budapest Annual Vis Pre-Moot ke-8, 2018
- Juara ALSA E-Comp Battle of the Brains, 2018