Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat menewaskan 11 pendaki dan melukai tiga lainnya. Evakuasi korban dilakukan di sela-sela erupsi yang masih terjadi.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
AGAM, KOMPAS — Tim SAR gabungan mengevakuasi tiga korban meninggal dan tiga luka-luka akibat erupsi Gunung Marapi di perbatasan Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Upaya evakuasi terkendala karena dilakukan di sela-sela erupsi.
Kepala Kantor SAR Kelas A Padang Abdul Malik di Agam, Senin (4/12/2023) malam, mengatakan, dari 14 pendaki yang ditemukan tim SAR gabungan hari ini, 11 orang di antaranya meninggal dan tiga orang luka-luka. Selain tiga orang yang terluka, baru tiga korban meninggal yang berhasil dievakuasi.
”Delapan (meninggal) masih di sekitar puncak, belum bisa dievakuasi. Evakuasi sulit dilakukan karena erupsi masih terjadi,” kata Malik.
Malik bahkan belum mengetahui identitas tiga korban meninggal yang telah dievakuasi. Jenazah mereka dibawa ke RSUD dr Achmad Mochtar Bukittinggi untuk identifikasi tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumbar.
Malik menjelaskan, dengan tambahan itu, jumlah pendaki yang telah dievakuasi hingga Senin malam sebanyak 55 dari total 75 pendaki. Selain delapan pendaki meninggal yang belum dievakuasi, ada 12 pendaki lain yang belum ditemukan keberadaannya. Pencarian dilanjutkan Selasa (5/12) pagi.
Sejak pertama kali terjadi pada Minggu (3/12) pukul 14.54, Gunung Marapi masih erupsi hingga kini. Asap dan abu vulkanik menyembur dari kawah dan membubung. Erupsi bisa terlihat sampai di Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, sekitar 40 kilometer dari puncak Marapi.
Pos Pengamatan Gunung Api Marapi mencatat, pada Senin hingga pukul 18.00, terjadi 10 letusan dan 50 embusan. Pada Minggu, tercatat 36 letusan dan 16 embusan.
”Masyarakat diharapkan tidak memasuki radius 3 km dan mengurangi aktivitas di luar ruangan. Masyarakat yang beraktivitas di luar diharapkan selalu memakai masker, kacamata, dan topi,” kata Ahmad Rifandi, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Marapi.
Sementara itu, di posko-posko SAR, seperti di kantor Wali Nagari Batupalano dan pintu masuk pendakian Batupalano, Kecamatan Sungai Pua, Agam, para petugas sedang bersiaga. Anggota keluarga korban juga mendatangi posko-posko tersebut untuk mencari informasi.
”Adik sepupu saya, Yasirli Amri, belum ditemukan. Pascaerupsi kemarin, dia sempat mengirimkan video ke ibunya. Menjelang pukul 18.00, sempat telepon, dia bilang haus, tidak kuat jalan lagi. Posisinya di Tugu Abel (dekat puncak). Setelah itu, tidak ada komunikasi lagi,” kata Ahmad Gandhi Sabri (28), keluarga pendaki.
Sebelum kejadian ini, erupsi terakhir Marapi terjadi pada awal 2023. Setelah aktivitas kegempaannya meningkat sejak 25 Desember 2022, Marapi erupsi 7 Januari.
Ketinggian kolom abu mencapai sekitar 300 meter. Erupsi terbesar terjadi pada 12 Januari dengan ketinggaan kolom abu 1.000 m (Kompas.id, 12/1/2023).
PVMBG mencatat, aktivitas vulkanik Marapi pada awal 2023 didominasi erupsi eksplosif periode 7 Januari-20 Februari 2023. Tinggi kolomnya 75-1.000 m dari puncak. Selanjutnya, erupsi berhenti dan aktivitas kegempaan lebih didominasi gempa tektonik lokal dan tektonik jauh.
Masyarakat diharapkan tidak memasuki radius 3 km dan mengurangi aktivitas di luar ruangan. Masyarakat yang beraktivitas di luar diharapkan selalu memakai masker, kacamata, dan topi
Sempat ditutup selama erupsi tersebut, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar sebagai pengelola Taman Wisata Alam Gunung Marapi kembali membuka jalur pendakian dengan sistem daring pada 24 Juli 2023. Pembukaan diresmikan Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy didampingi Kepala BKSDA Sumbar saat itu, Ardi Andono, bersama sejumlah pejabat.
Pelaksana Harian Kepala BKSDA Sumbar Dian Indriati, dalam keterangan tertulis, menjelaskan, pendakian dibuka kembali setelah mendapat dukungan dari seluruh pemangku kebijakan. Pihak itu seperti Pemda Agam dan Tanah Datar, Dinas Pariwisata Sumbar, BPBD Tanah Datar, dan Basarnas, serta Wali Nagari Batupalano, Aia Angek, dan Koto Baru.
Dalam pembukaan itu, kata Dian, BKSDA juga memiliki prosedur standar operasional (SOP) pendakian dengan dengan batasan-batasan tertentu. ”Misalnya, mendaki pada siang hari, tidak boleh mendekati kawah, minimal tiga pendaki, dan sebagainya,” ujarnya.
Dian menambahkan, untuk tanggap darurat, terdapat posko siaga nagari, rambu-rambu di jalur pendakian, dan asuransi. Untuk status Level II atau Waspada, seluruh pendakian gunung api di Indonesia diberlakukan kebijakan tersebut.
”Contoh Gunung Bromo, Kerinci, Rinjani, dan lain-lain. Dibolehkan mendaki sepanjang memiliki mitigasi dan adaptasi bencana,” kata Dian.
Zona terlarang
Ahli geologi dan vulkanologi Ade Edward mengatakan, pembukaan jalur pendakian oleh BKSDA Sumbar menabrak aturan. Sebab, sejak 3 Agustus 2011, Gunung Marapi berstatus Level II atau Waspada. Warga tidak diperbolehkan mendekat dengan radius 3 km dari puncak atau kawah.
”Dalam status Waspada, sewaktu-waktu gunung bisa meletus sehingga tidak boleh satu pun orang ke zona (radius 3 km) itu. Tabrakannya ketika BKSDA menjadikan zona terlarang itu sebagai tempat terbuka. Wisata kan harus aman, tidak boleh memasukkan orang ke daerah berisiko,” katanya.
Menurut Ade, kebijakan BKSDA Sumbar berpotensi melanggar Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan UU lainnya, terutama di bidang kebencanaan dan vulkanologi.
”Secara ketentuan, pendaki tidak boleh naik. Lalu atas dasar apa BKSDA menerbitkan izin pendakian di daerah terlarang,” ujar Ade yang pernah menjadi Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumbar ini.
Ade menambahkan, setiap gunung api memiliki karakteristik aktivitas vulkanologi yang berbeda-beda sehingga tidak bisa disamaratakan. Gunung Marapi punya karakteristik letusan tipe freatik yang bisa tiba-tiba erupsi tanpa terdeteksi sebelumnya. Letusan freatik dipicu masuknya air ke dalam kantong magma pijar memicu letusan.
”Makanya, karena karakter yang tidak bisa diduga-duga itu, letusan Marapi bisa tiba-tiba terjadi. Itulah makanya status Level II atau Waspada. Kawasan radius 3 km dari kawah merupakan daerah terlarang untuk dimasuki,” ujarnya.
Para pemuda menyaksikan kolom abu yang keluar dari kawah Gunung Marapi di Posko Utama SAR di tak jauh dari Kantor Wali Nagara Batupalano, Kecamatan Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat, Senin (4/12/2023).