Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Deretan Kota Cerdas Terbaik di Dunia
Indeks Kota Cerdas IMD 2024 menilai persepsi warga terhadap isu infrastruktur dan teknologi di kota.
JAKARTA, KOMPAS — Jakarta, Medan, dan Makassar menduduki peringkat 103, 112, dan 115 dari 142 kota cerdas terbaik di dunia pada 2024 versi hasil riset International Institute for Management Development atau IMD, sekolah bisnis kenamaan asal Swiss. Penjadwalan layanan kesehatan secara daring dan transportasi umum dianggap semakin mudah diakses. Namun masalah kemacetan dan korupsi masih menjadi persoalan serius di tiga kota itu.
Laporan Indeks Kota Cerdas IMD 2024 dirilis Senin (22/4/2024). Indeks ini menilai persepsi warga terhadap isu-isu terkait infrastruktur dan penerapan teknologi yang tersedia di kota mereka.
Baca juga : Melalui Aplikasi, Warga Waspadai Polusi Udara di Jakarta
Indeks Kota Cerdas IMD memeringkat 142 kota di seluruh dunia dengan menjaring persepsi 120 warga di setiap kota. Skor akhir tiap kota dihitung berdasarkan persepsi survei tiga tahun terakhir, dengan bobot 3:2:1 untuk tahun 2024:2023:2021.
Ada dua pilar yang ditanyakan kepada warga, yaitu pilar struktur dan teknologi. Pilar struktur mengacu pada infrastruktur kota yang ada, sedangkan pilar teknologi berkaitan dengan penyediaan dan layanan teknologi yang tersedia bagi warga. Setiap pilar dievaluasi dalam lima bidang utama, yakni kesehatan dan keselamatan, mobilitas, aktivitas, peluang, dan tata kelola.
Kota-kota yang diteliti dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan skor Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari Global Data Lab di kota tempat mereka berada. Dalam setiap kelompok IPM, kota-kota diberi ‘skala penilaian’ (AAA hingga D) berdasarkan skor persepsi suatu kota dibandingkan dengan skor kota-kota lain dalam kelompok yang sama.
Untuk kelompok 1 (kuartil IPM tertinggi), skalanya ialah AAA–AA–A–BBB– BB. Sementara untuk kelompok 2 (kuartil IPM kedua), skalanya yaitu A–BBB– BB–B– CCC. Selanjutnya, untuk kelompok 3 (kuartil HDI ketiga), skalanya ialah BB–B– CCC–CC–C. Adapun untuk kelompok 4 (kuartil HDI terendah), skalanya yaitu CCC–CC–C–D.
Dalam laporan dijelaskan, pada 2024 Makassar menduduki peringkat 115 dari 142 kota cerdas terbaik. Tahun sebelumnya, Makassar menempati rangking 114. Skala penilaian yang diraih Makassar untuk pilar struktur ataupun teknologi yaitu CC, yang berarti kuartil HDI-nya masuk kelompok 4.
Baca juga : Tidak Semua Lulusan Baru Lekas Diterima Kerja
Jakarta, pada 2024, menduduki peringkat 103 dari 142 kota cerdas terbaik. Tahun sebelumnya, Jakarta berada di urutan 102. Skala penilaian yang diraih Jakarta untuk pilar struktur adalah CC dan pilar teknologi CCC. Ini berarti kuartil HDI masuk kelompok 4.
Adapun Medan, pada 2024 menduduki peringkat 112 dari 142 kota cerdas terbaik. Tidak ada perubahan rangking dari tahun sebelumnya. Skala penilaian yang diraih Medan untuk pilar struktur ataupun teknologi yaitu CC, yang berarti kuartil HDI-nya masuk kelompok 4.
Jika dibandingkan dengan kota lain di kawasan Asia Tenggara yang ikut diteliti oleh IMD dalam penelitian yang sama, peringkat Makassar, Jakarta, dan Medan pada 2024 kalah jauh dari Singapura (peringkat 5), Kuala Lumpur (peringkat 73), Bangkok (peringkat84 ), dan Hanoi (peringkat 97).
Responden Makassar menyatakan puas terhadap kemudahan penjadwalan layanan kesehatan secara daring, akses peluang kerja secara daring, serta akses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara daring. Namun, mereka tidak puas dengan cara penanganan masalah kemacetan lalu lintas, pengangguran, dan korupsi yang masih terjadi di kota mereka.
Responden Jakarta menyatakan puas terhadap kemudahan mengakses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara daring, penjadwalan layanan kesehatan secara daring, dan akses laman pencarian kerja. Mereka mengidentifikasi tiga permasalahan utama yang perlu segera mendapat penanganan dari pemerintah daerah, yaitu polusi udara, kemacetan lalu lintas, dan korupsi.
Responden Medan menyatakan puas dengan pelaku usaha yang menciptakan banyak lapangan kerja. Mereka juga puas dengan kemudahan mengakses sistem penjadwalan dan pembelian tiket transportasi umum secara daring, serta laman pencarian kerja. Akan tetapi, mereka tidak puas dengan cara pemerintah daerah mengurus masalah keamanan, pengangguran, dan korupsi.
Baca juga : Aplikasi Super Pemerintahan Butuh Kajian Komprehensif
Presiden Smart City Obserbatory, Bruno Lanvin, mengatakan, laporan tahunan IMD Smart City Index dirilis untuk membantu pemerintah kota dalam membangun kota masa depan yang tangguh dan adaptif terhadap perubahan zaman. Dia berharap, hasil riset IMD Smart City bisa membantu Indonesia yang sedang merancang ibukota baru.
“Kami berharap, hasil penelitian kami bisa memberikan gambaran bagaimana inovasi dan pengembangan kota masa depan yang diinginkan oleh masyarakat,” ujar dia, dalam siaran pers, yang dikirim Selasa (23/4/2024).
Smart City Obserbatory adalah bagian dari IMD World Competitiveness Center. Ini adalah unit yang melakukan penelitian IMD Smart City Index 2024,
Dalam laporan yang sama, IMD juga menjelaskan bahwa seiring dengan perubahan dunia yang cepat dalam menghadapi ketidakpastian yang meningkat, kota semestinya menjadi tempat solusi dan cara baru menyiasati masa depan. Pemerintah kota dapat memilih kekuatan lokal, seperti sejarah dan budaya lokal yang cocok untuk menghadapi tren digital, inklusi, dan lingkungan berkelanjutan.
“Kota-kota yang masuk rangking teratas dalam IMD Smart City Index 2024, seperti Zürich (rangking 1 dari 142 negara), Oslo (2 dari 142 negara), dan Canberra (3 dari 142 negara), ternyata secara proaktif berusaha meningkatkan kualitas hidup warganya. Caranya ialah memperbanyak kemudahan akses layanan publik, ruang hijau, acara sosial, dan mempromosikan kesetaraan dan inklusi yang salah satunya di tempat kerja,” ujar dia.
Caranya ialah memperbanyak kemudahan akses layanan publik, ruang hijau, acara sosial, dan mempromosikan kesetaraan dan inklusi yang salah satunya di tempat kerja.
Secara global, Eropa dan Asia mendominasi daftar 20 kota terpintar di dunia. Dalam laporan tahun ini, kota-kota di Amerika bagian utara, termasuk Amerika Serikat dan Kanada, tidak masuk dalam peringkat 20 teratas.
Parsial
Peneliti di Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi (BRIN), Rusli Cahyadi, Selasa (23/4/2024), mengatakan, terdapat berbagai penekanan konsep kota cerdas yang berkembang di dunia. Akan tetapi, semuanya sepakat bahwa penggunaan teknologi digital bukan jadi acuan semata-mata dalam implementasi kota cerdas.
“Ada aspek infrastruktur cerdas, sistem pengaturan pembuangan dan pengelolaan sampah, tata kelola lingkungan yang cerdas, bisnis yang cerdas, hingga rumah cerdas. Aspek-aspek tersebut semestinya sudah terbangun dan terkelola secara bersamaan dengan baik dalam suatu kota yang dilabeli kota cerdas,” ujar dia.
Rusli mengamati, inisiatif penghargaan kota cerdas yang beberapa kali diberikan oleh pemerintah pusat di Indonesia untuk sejumlah kepala daerah cenderung hanya melihat efektivitas sistem pelayanan publik secara daring. Penilaian berikutnya menyasar cakupan pengguna, kecepatan layanan, dan membandingkan dengan kota lain yang memiliki sistem serupa. Program penghargaan juga menyertakan hasil penilaian subyektif warga.
Baca juga : Wajib Lapor Lowongan Pekerjaan Dikhawatirkan Sarat Pungutan Liar
Dia berpendapat, implementasi konsep kota cerdas di Indonesia sejauh ini relatif masih masih parsial. Begitu pula dengan penilaian kota cerdas dalam program penghargaan kota cerdas.
“Padahal, kota cerdas adalah kebutuhan yang mendesak sekarang dan masa depan. Masyarakat, mulai dari awam, pencari kerja, hingga pelaku bisnis, butuh implementasi konsep kota cerdas yang menyeluruh,” ujar dia.
Rusli berpendapat, pemerintah kota-kota di Indonesia perlu secara bertahap mengembangkan sistem cerdas perkotaan yang bukan hanya aspek pelayanan publik pemerintahan berbasis elektronik (electronic government). Teknologi digital perlu dioptimalkan penggunaannya untuk mengatasi masalah penduduk perkotaan, termasuk pencarian lowongan kerja dan membuka usaha.