Perencana Keuangan: Utang Bukan Solusi untuk Biayai Kebutuhan Pasca-Lebaran
Berutang menjadi pilihan terakhir kala memenuhi kebutuhan sehari-hari setelah pengeluaran untuk Lebaran membengkak.
JAKARTA, KOMPAS — Berutang bukanlah pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari setelah Lebaran. Guna menutup biaya kebutuhan, cara-cara, seperti membuka jasa titip oleh-oleh, bisa menjadi pilihan untuk memperoleh tambahan penghasilan.
Perencana keuangan dari Zelts Consulting, Ahmad Gozali, mengatakan, Lebaran merupakan acara tahunan sehingga seharusnya ada persiapan khusus untuk pengeluaran yang bersumber dari tunjangan hari raya (THR) atau tabungan khusus. Alokasi khusus tersebut sebaiknya tidak diambil dari dana darurat, apalagi berutang.
”Pinjam adalah opsi terakhir karena kalau pinjam sekarang, lalu dicicil, tahun depan akan terus berulang. Utang itu melenakan. Sekalinya bisa keluar dari masalah utang, akan jadi kebiasaan dan berutang kembali,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (12/4/2024).
Apabila terpaksa mengambil pinjaman, lanjut Ahmad, sebaiknya perlu diatur jangka waktu pelunasannya maksimal tiga bulan. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat mempersiapkan kembali alokasi dana untuk Lebaran tahun depan.
Sementara itu, terdapat beberapa pilihan lain yang dapat diambil masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari setelah banyak pengeluaran saat Lebaran. Salah satu pilihannya adalah membuka jasa titip (jastip) oleh-oleh khas daerah.
”Saat ada banyak orang keluar uang, berarti ada yang panen uang juga. Bisa dengan sharing kendaraan untuk mudik atau pulang atau bisa juga jastip oleh-oleh khas daerah tertentu yang dilewati,” ujar Ahmad.
Kalau memang terpaksa berutang, opsi yang lebih aman adalah meminjam ke teman atau saudara karena tidak ada bunganya dan privasi kita terjaga.
Andy Nugroho, perencana keuangan, menambahkan, masyarakat masih dapat memperoleh penghasilan tambahan ketika mudik Lebaran, seperti mereka yang memiliki toko daring (online shop). Selain itu, penghasilan tambahan juga bisa didapatkan bagi mereka yang bekerja sebagai ojek daring.
”Ada juga yang ojek online dan taksi online. Mereka bisa mengaktifkan aplikasi ketika berada di kota asalnya, lumayan ini, kan, sambil pulang kampung, saat luang bisa narik. Sementara para karyawan bisa mengambil lembur untuk mencari uang tambahan atau mencari pekerjaan sampingan,” tuturnya.
Pilihan lainnya adalah menggunakan alokasi dana darurat untuk kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya memang darurat. Penggunaan dana darurat tersebut, Andy melanjutkan, dilakukan atas pertimbangan posisi dana darurat yang paling mudah untuk dicairkan.
Secara umum, masyarakat cenderung menempatkan dana darurat atau tabungan di berbagai instrumen, seperti rekening tabungan bank, logam mulia, saham, dan reksa dana. Dari berbagai penempatan tersebut, tabungan yang ditempatkan di rekening banklah yang lebih mudah untuk dicairkan.
”Kalau memang terpaksa untuk berutang, opsi yang lebih aman adalah meminjam ke teman atau saudara karena tidak ada bunganya dan privasi kita terjaga. Tapi, bukan berarti pilihan mudah seperti ini digampangkan dan tidak dibayar karena urusannya dengan silaturahmi,” tutur Andy.
Baca juga: Agar Silaturahmi Tak Terputus, Siapkan Mudik dengan Serius
Selama momen Lebaran, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat ada kecenderungan peningkatan permintaan pinjaman, baik dari industri pembiayaan maupun industri pinjaman daring (pinjaman online/pinjol). Oleh sebab itu, pelaku industri diminta untuk tetap mengelola risiko dengan baik.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman menuturkan, berdasarkan data statistik industri, piutang pembiayaan cenderung selalu tumbuh lebih tinggi dibanding bulan-bulan lainnya. Hal ini tidak lepas dari peningkatan konsumsi masyarakat, termasuk untuk membeli kendaraan untuk mudik.
”Biasanya memang ada peningkatan kredit bermasalah sebulan setelah Lebaran. Namun, dengan pengelolaan dan monitoring yang baik terhadap berbagai risiko, para pelaku industri pembiayaan dapat menurunkan tingkat pembiayaan bermasalah dalam waktu yang tidak lama,” ujarnya saat Rapat Dewan Komisioner Bulanan Maret 2024 secara daring, Selasa (2/4/2024).
Biasanya memang ada peningkatan kredit bermasalah sebulan setelah Lebaran.
Selain itu, meningkatnya tren peminjaman juga terjadi pada industri pinjaman daring menjelang Lebaran. Pada 2022, misalnya, terdapat kenaikan pinjaman menjelang Lebaran yang jatuh pada Mei 2022. Hal ini tecermin dari peningkatan total baki kredit perseorangan sebesar 3,87 persen secara bulanan menjadi Rp 34,05 triliun dan sebesar 84,41 persen secara tahunan.
Namun, peningkatan tersebut tidak terjadi pada Lebaran 2023 yang jatuh pada April 2023. Total baki kredit perseorangan periode Lebaran 2023 senilai Rp 44,76 triliun. Jumlah ini terkontraksi sekitar 1 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai Rp 45,23 triliun.
Baca juga: Pemilu dan Lebaran Topang Ekonomi Awal Tahun
”Kami secara umum meminta agar penyelenggara peer to peer lending (pinjaman daring) tetap menjaga tingkat wanprestasi (gagal bayar) 90 hari dapat berada di bawah 5 persen, termasuk selama periode Lebaran,” imbuh Agusman.
Berdasarkan survei, Badan Kebijakan Transportasi memperkirakan mobilitas warga selama Lebaran 2024 mencapai 193,6 juta orang atau 71,7 persen dari total penduduk Indonesia. Ini meningkat 56,38 persen dibanding Lebaran 2023.
Hal ini mengindikasikan kondisi keuangan masyarakat telah membaik pascapandemi Covid-19. Dengan demikian, diharapkan akan ada peningkatan perputaran uang ke seluruh penjuru Tanah Air.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang, dalam keterangan tertulisnya yang diterima pada Kamis (28/3/2024), mengatakan, dengan jumlah tersebut, rata-rata akan ada sekitar 48,4 juta keluarga yang mudik Lebaran. Dengan asumsi setiap keluarga membawa uang rata-rata Rp 3,25 juta, perputaran uang selama Ramadhan dan Lebaran diperkirakan mencapai Rp 157,3 triliun.
”Jumlah tersebut masih berpotensi naik karena kita mengalikan angka minimal atau moderat. Perputaran uang tersebut akan menyebar di berbagai sektor usaha, seperti ritel, fashion, makanan dan minuman, BBM, transportasi darat, laut, serta udara. Selain itu, ada pula sektor pariwisata, perhotelan, bahkan UMKM,” katanya.
Menurut Sarman, perputaran uang tersebut akan menyebar di sejumlah daerah, terutama yang menjadi tujuan utama mudik, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, serta Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dengan perputaran yang cukup besar ini, ekonomi daerah diperkirakan akan mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca juga: Anomali Lebaran 2024 : Masyarakat Lebih Menahan Konsumsi
Lebih lanjut, perputaran uang selama Ramadhan dan Lebaran 2024 dapat menjadi modal awal untuk mengerek pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2024 yang ditargetkan berada pada level sekitar 5 persen. Selain itu, pendapatan asli di sejumlah daerah tujuan mudik yang berasal dari pajak juga dapat meningkat.
”Pemerintah daerah diharapkan dapat membantu kelancaran arus mudik dan memastikan para pengusaha di daerah tujuan tidak menaikkan harga yang jorjoran yang membuat para pemudik enggan membelanjakan uangnya,” ujar Sarman.