Mudik dan Pelesiran via Tol Trans-Sumatera
Pengalaman mudik lewat Jalan Tol Trans-Sumatera menyadarkan besarnya potensi infrastruktur ini untuk ekonomi daerah.
Melakukan perjalanan mudik Lebaran 2024 dengan menjajal Jalan Tol Trans-Sumatera menjadi sebuah pengalaman menarik yang perlu dicoba. Bila pada tahun-tahun sebelumnya perjalanan mudik ditempuh menggunakan jalur udara, tahun ini lonjakan harga tiket pesawat yang tak masuk akal membuat banyak warga memilih jalur darat.
Apalagi testimoni warga ibu kota yang kerap bepergian ke wilayah di Sumatera menggunakan jalur darat menyatakan kehadiran ruas Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) yang saat ini sudah beroperasi dari Bakauheni, Lampung, hingga Prabumulih, Sumatera Selatan telah mempersingkat waktu tempuh dan meningkatkan kenyamanan berkendara.
Kurang lebih, pernyataan mereka seragam, yaitu: ”Sebelum ada jalan tol, waktu tempuh dari Pelabuhan Bakauheni (Lampung) ke Palembang bisa mencapai 10 jam, belum lagi waktu untuk istirahat bisa 1-2 jam. Sekarang, sejak ada jalan tol, dari Bakauheni ke Palembang cuma 5 jam.”
Baca juga: Jalan Tol Trans Sumatera Bersiap Menyambut Pemudik
Banyaknya ulasan positif yang terdengar tentang manfaat dan fungsi dari JTTS membangkitkan antusiasme orang untuk segera menjajal ruas jalan tol yang dibangun dan dioperasikan oleh PT Hutama Karya (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero) itu.
Agar terhindar dari puncak arus mudik yang diprediksi terjadi pada 6-7 April 2024, Kompas memilih untuk berangkat dari rumah pada Kamis (4/4/2024) pukul 04.00. Sekitar pukul 05.30, rombongan sudah tiba di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten, masuk ke kapal feri pada pukul 06.00.
Kondisi di lapangan saat itu jauh berbeda dibandingkan situasi puncak arus mudik melalui Pelabuhan Merak yang terjadi pada Sabtu hingga Minggu (7/4/2024). Saat itu kurang lebih 42.000 kendaraan menyeberang menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Bahkan, antrean kendaraan roda empat yang memasuki Pelabuhan Merak mengular hingga Kilometer 90 Jalan Tol Tangerang-Merak.
Perjalanan kapal menyeberangi Selat Sunda membutuhkan waktu sekitar dua jam sebelum berlabuh di Pelabuhan Bakauheni. Sekitar pukul 09.00, Kompas sudah memasuki Gerbang Tol Bakauheni. Kota Palembang menjadi destinasi persinggahan di malam pertama pada perjalanan menuju Bukittinggi, Sumatera Barat.
Untuk mencapai Palembang dari Bakauheni, terdapat tiga ruas jalan tol yang harus dilalui, yakni ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 141 kilometer, kemudian ruas Tol Terbanggi Besar-Kayu Agung sejauh 189 kilometer, dan yang terakhir ruas Tol Kayu Agung-Palembang yang berjarak 42,5 kilometer.
Baca juga: Tunda Pulang Kampung demi Sampaikan Informasi bagi Pemudik
Di sepanjang jalan tol, terdapat sekitar 9 rest area permanen dan sejumlah rest area fungsional. Kendaraan siaga, seperti kendaraan patroli dan kendaraan derek, juga terlihat siap bertugas untuk menangani kondisi dan situasi yang tidak diinginkan.
Sayangnya, kualitas jalan di sepanjang ruas Tol Bakauheni menuju Palembang tidak merata. Kendati di sejumlah titik di ruas Jalan Tol Kayu Agung-Palembang terdapat pengerjaan pemeliharaan jalan, masih banyak ditemukan jalan berlubang yang cukup sulit dihindari dalam standar kecepatan di jalan tol.
Adapun tarif tol dari Gerbang Tol Bakauheni Selatan ke Gerbang Tol Kayu Agung/Kayu Agung Utama untuk kendaraan golongan I sebesar Rp 360.000. Sedangkan tarif tol dari Gerbang Tol Kayu Agung Utama menuju Gerbang Tol Palembang untuk kendaraan golongan I sebesar Rp 75.000.
Mudik sambil pelesiran
Tiba di Palembang pada pukul 15.00, rombongan mudik punya waktu banyak untuk berpelesir di Jembatan Ampera dan berwisata kuliner menikmat sajian pempek dan pindang patin di waktu berbuka puasa. Sesuai rencana awal, mudik kali ini memang menjadi sebuah perjalanan wisata.
Ternyata, banyak pula keluarga-keluarga yang berpelesir di kota-kota yang mereka lalui dalam perjalanan mudik. Di depot Pempek Vico di Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang ada Arif (33) dan keluarganya yang berasal dari Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Kota tujuan mudik mereka adalah Padang, Sumatera Barat.
Sayangnya, kualitas jalan di sepanjang ruas Jalan Tol Bakauheni menuju Palembang tidak merata.
Palembang menjadi salah satu kota persinggahan keluarga Arif selain Sarolangun, Jambi, sebelum akhirnya tiba di Padang. Mereka pun menjadikan perjalanan mudik tahun ini sebagai kesempatan untuk pelesiran di kota-kota yang tidak bisa mereka kunjungi jika mudik menggunakan jalur udara.
”Karena tahun ini mudik lewat jalur darat, saya sengaja ambil cuti agak lama agar bisa jalan santai menuju kampung halaman, sekalian berkunjung ke kota-kota yang sebelumnya belum pernah saya kunjungi, seperti Palembang ini,” ujar Arif, karyawan BUMN itu.
Sama seperti Arif, setidaknya terdapat tiga kota yang menjadi tujuan persinggahan Kompas sebelum akhirnya tiba di Bukittinggi. Selain Palembang, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, dan Kota Dharmasraya, Sumatera Barat, menjadi dua destinasi lain untuk singgah beristirahat sambil berpelesir.
Setelah bermalam dan menikmati Kota Palembang, pada Jumat (5/4/2024) pagi, perjalanan menuju Kota Lubuklinggau pun dilanjutkan.
Untuk mencapai kota tersebut, JTTS menyediakan dua ruas jalan tol yakni ruas Tol Palembang-Indralaya sepanjang 22 kilometer dan ruas Tol Indralaya-Prabumulih sejauh 65 kilometer. Tarif dari Gerbang Tol Palembang ke Gerbang Tol Prabumulih untuk kendaraan golongan I sebesar Rp 112.000.
Pengalaman mudik tahun ini telah membuka penilaian saya terhadap keberadaan tol akan menciptakan potensi perekonomian baru di wilayah sekitar tol.
Wilayah transit
Setelah keluar dari Gerbang Tol Prabumulih, masih ada dua pertiga perjalanan yang menanti untuk sampai di Kota Lubuklinggau. Namun, itu sudah cukup untuk memangkas waktu tempuh Palembang-Lubuklinggau yang sebelum ada jalan tol bisa mencapai 8 jam menjadi hanya 6 jam.
Lubuklinggau adalah kota metropolis dengan program pembangunan yang terus-menerus berkelanjutan, baik bangunan gedung tempat tinggal, gedung bukan tempat tinggal, jalan, maupun jembatan.
Sebagai kota perlintasan dan transit, sektor perdagangan memegang peran penting di kota ini. Kawasan Jalan Yos Sudarso merupakan sentra bisnis dan perdagangan di Kota Lubuklinggau. Berbagai aktivitas perekonomian terpusat di kawasan ini, misalnya perbankan, pertokoan, dan berbagai aktivitas perdagangan.
Usai bermalam di Lubuklinggau, perjalanan berlanjut melintasi Provinsi Jambi untuk mencapai Kota Dharmasraya yang menjadi gerbang masuk Provinsi Sumatera Barat, kemudian melanjutkan sisa perjalanan ke Bukittinggi pada hari berikutnya.
Keberadaan tol telah menciptakan potensi perekonomian baru di wilayah sekitar tol. Dimulai dari daerah di sekitar pintu gerbang tol hingga di sejumlah area istirahat.
Baca juga: Dua Sisi Tol Trans-Sumatera
Sejalan dengan berlanjutnya ruas Jalan Tol Trans-Sumatera di area selatan dan utara yang akan saling terhubung, potensi pertumbuhan ekonomi di wilayah di sekitar pintu gerbang tol sebagai wilayah transit juga akan terus berkembang.
Pemerintah daerah perlu memanfaatkan situasi ini, misalnya dengan membangun kawasan industri dan perdagangan yang dekat dengan akses tol sehingga akan tercipta kawasan ekonomi baru.