Permintaan produk perikanan, khususnya ikan olahan, terus meningkat menjelang Idul Fitri.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permintaan ikan di beberapa daerah meningkat menjelang Lebaran. Hal ini, antara lain, terkait dengan tradisi masyarakat mengonsumsi ikan olahan saat Idul Fitri.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistiyo, mengemukakan, permintaan ikan mengalami kenaikan 10-20 persen di beberapa daerah, seperti Lampung, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Kenaikan permintaan ikan pada Lebaran tahun ini cenderung sama jika dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu.
Kenaikan permintaan ikan itu terlebih karena terdapat tradisi makan ikan saat Lebaran, seperti di Lampung dan Sumatera Selatan, yang biasa mengonsumsi olahan ikan, yakni pempek ikan pada saat Idul Fitri. Hal itu turut mendorong kenaikan permintaan bahan baku pempek hingga dua kali lipat, seperti surimi (daging ikan yang dilumatkan) dari ikan gabus dan ikan tenggiri.
”Ini sekaligus menunjukkan produk olahan ikan memiliki prospek bagus ke depan,” tutur Budi, saat dihubungi, Senin (8/4/2024).
Di Jawa Tengah, jenis olahan ikan yang dominan dicari menjelang Idul Fitri adalah bandeng presto. Selain itu, preferensi permintaan ikan budidaya di Provinsi Jawa Barat juga mengalami pergesaran, dari yang semula ikan mas menjadi ikan nila dan lele.
”Ada banyak tradisi yang berhubungan dengan ikan menjelang Lebaran, semoga tradisi ini tetap terjaga. Tidak usah khawatir tidak bisa berlebaran dengan ikan, karena stoknya aman,” kata Budi.
Sementara itu, kenaikan permintaan ikan yang diminati menjelang Lebaran secara nasional masih didominasi ikan utuh segar/beku, seperti ikan kembung, ikan bandeng, udang, ikan gurame dan ikan nila. Komposisi pasar ikan olahan dibandingkan ikan segar/beku selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri adalah sekitar 30 persen.
Adapun jenis ikan olahan yang paling diminati adalah ikan kaleng dan aneka ikan olahan berbasis surimi (lumatan daging ikan), seperti bakso, dimsum, siomay, nugget, otak-otak, kaki naga, pempek dan kerupuk. Stok itu tersedia di pasar modern, hingga hotel, restoran dan katering.
Stok Aman
Kementerian Kelautan dan Perikanan menjamin pasokan dan stok ikan nasional mencukupi permintaan menjelang Idul Fitri. Per Maret 2024, stok ikan pada 339 gudang pendingin (cold storage) sebesar 68.039 ton.
Budi menambahkan, kondisi pasokan ikan menjelang Idul Fitri dari 34 provinsi dalam kondisi aman. Hal itu mengacu pada hasil Forum Diskusi Kelompok ”Ketersediaan, Kebutuhan Dan Harga Ikan Pada Hari Besar Keagamaan Nasional Ramadhan dan Idul Fitri 1445 H” pada 1 April 2024.
Ada banyak tradisi yang berhubungan dengan ikan menjelang Lebaran, semoga tradisi ini tetap terjaga.
Adapun penumpukan stok ikan yang sempat terjadi di beberapa gudang pendingin (cold storage) yang mencapai keterisian 80-90 persen pada Februari 2024 sudah mulai terurai seiring membaiknya distribusi dan serapan. Per Maret 2024, keterisian gudang pendingin ikan di Pati yang semula mencapai 90 persen sudah turun ke 40-50 persen.
Selama Maret 2024, stok ikan didominasi ikan cakalang sebesar 16.513 ton (24,27 persen), tuna 9.014 ton (13,25 persen), cumi-cumi 7.011 ton (10,3 persen), udang 6.143 ton (9,03 persen), dan layang 6.142 ton (9,03 persen). Selain itu, tongkol 4.432 ton (6,51 persen), kembung 2.064 ton (3,03 persen), lemuru 1.884 ton (2,77 persen), dan gurita 728 ton (1,07 persen).
Stok ikan terbesar berada di DKI Jakarta sebesar 23.260 ton (34,19 persen), disusul Jawa Timur sebesar 16.210 ton (23,82 persen), Jawa Tengah sebesar 7.080 ton (10,40 persen), dan Provinsi Sumatera Utara sebesar 4.910 ton (7,21 persen). Adapun stok di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 3.140 ton (4,61 persen) dan provinsi lain sebesar 13.450 ton (19,77 persen).
Harga rata-rata ikan di tingkat produsen atau di gudang pendingin terpantau stabil, seperti cakalang Rp 19.818 per kilogram (kg), dan tuna Rp 49.054 per kg. Adapun cumi-cumi Rp 49.274 per kg, udang Rp 88.949 per kg, layang Rp 15.087 per kg, tongkol Rp 17.830 per kg, kembung Rp 22.383 per kg, dan lemuru Rp 9.339 per kg.
Sebelumnya, Head Director PT Charly Wijaya Tuna Jemmy Wijaya, mengemukakan, penumpukan stok ikan di gudang miliknya di Muara Baru, Jakarta, pada awal tahun ini turut dipicu oleh menurunnya permintaan ekspor. Ekspor ikan melambat disebabkan permintaan dunia melemah.
Pihaknya berharap pemerintah fokus membantu kemajuan daya saing perikanan Indonesia, ketimbang membuat peraturan-peraturan yang membebani pelaku usaha perikanan. ”Aturan yang membebani dan membuat ribet tidak akan meningkatkan daya saing kita di pasar ekspor,” ujarnya, saat dihubungi, beberapa waktu lalu.