Lebaran, Konsumsi Rumah Tangga Didorong Kenaikan Transaksi Platform Perjalanan
Lebaran mendorong perputaran ekonomi. Namun, konsumsi rumah tangga ini hanya bersifat sementara.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
Lapak pedagang pakaian yang diserbu pengunjung untuk membeli baju baru menjelang Idul Fitri di Pasar Johar, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (7/4/2024). Musim libur panjang Lebaran ini mendorong perputaran ekonomi di berbagai sektor dari perdagangan retail barang dan jasa hingga pariwisata. Warga dalam sepekan ini akan menggunakan uang mereka untuk berbagai kebutuhan konsumtif selama libur Lebaran.
JAKARTA, KOMPAS – Konsumsi rumah tangga berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024. Cairnya gaji dan tunjangan hari raya atau THR secara berdekatan mendukung konsumsi masyarakat. Hal ini tecermin dari kenaikan transaksi tiket transportasi, akomodasi, serta rekreasi di pelantar perjalanan daring.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti, efek perputaran uang akan mendongkrak konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi kuartal ini diperkirakan sekitar 4,8-5 persen. Hari Raya Idul Fitri memberi efek pengganda (multiplier effect). Periode ini juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024.
“Pencairan gaji dan THR berdekatan tahun ini, jadi itu yang mendorong masyarakat bisa pulang. Pada saat Lebaran, memang tradisi kita pulang kampung. Kalau enggak punya duit, ya diada-adakan. Nanti habis Lebaran cari duit lagi,” tutur Esther di Jakarta, Senin (8/4/2024).
Hal ini berlaku bagi seluruh kalangan. Masyarakat kelompok menengah bawah tetap akan mengupayakan ke kampung halaman bagaimanapun kondisi ekonominya. Setelah hari raya, baru mereka akan fokus lagi mencari uang.
Esther melanjutkan, Lebaran memang didongkrak konsumsi rumah tangga. Masyarakat merayakan Lebaran lebih meriah dengan berbelanja berbagai macam hal, antara lain makanan dan pakaian. Namun, konsumsi ini hanya bersifat sementara.
Konsumsi rumah tangga ini tecermin pula dari data agen perjalanan daring (OTA). Mereka mencatat kenaikan transaksi pada sejumlah moda transportasi saat jelang Lebaran. Masyarakat telah mengamankan tiketnya sejak jauh-jauh hari.
Data internal Traveloka menunjukkan, puncak transaksi kereta api (KA) justru paling jauh dari hari raya Lebaran dibandingkan moda transportasi lain. Puncak transaksi terjadi pada 20 Februari 2024 hingga 8 Maret 2024. Sepanjang bulan Maret, pencarian tiket KA meningkat hingga lebih dari 30 kali lipat dibanding Februari 2024
“Moda transportasi darat, seperti KA, bus, dan travel juga masih menjadi pilihan masyarakat untuk bepergian, khususnya di wilayah lintas Pulau Jawa,” ujar CEO of Transport Traveloka Iko Putera.
Selain KA, masyarakat juga mencari bus mendekati hari Lebaran. Tren pencarian bus dan travel untuk periode Lebaran naik hampir 12 kali lipat. Tujuan favorit masyarakat melalui moda darat meliputi Yogyakarta, Surabaya (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), Malang (Jawa Timur), Bandar Lampung (Lampung), dan Padang (Sumatera Barat).
Sementara itu, puncak transaksi tiket pesawat terjadi pada 23-30 Maret 2024. Tren pencarian tiket tujuan domestik meningkat hingga dua kali lipat pada Maret 2024 dibandingkan sebulan sebelumnya.
Kota-kota favorit dalam pencarian adalah Surabaya (Jawa Timur), Yogyakarta, Padang, Makassar (Sulawesi Selatan), dan Bali. Dalam periode yang sama, destinasi internasional juga jadi incaran, antara lain Kuala Lumpur (Malaysia), Singapura, dan Bangkok (Thailand).
Iko menambahkan, pencarian akomodasi melalui Traveloka selama periode libur Lebaran meningkat lebih 50 persen pada Maret 2024, dibanding bulan Februari. Hotel bintang empat paling banyak dirujuk, baik untuk menginap di dalam kota (staycation) maupun luar kota. Atraksi wisata serta taman bermain juga menunjukkan tren serupa.
Kondisi sejenis terjadi pula pada pelantar Tiket.com. Mendekati hari Lebaran, antusiasme masyarakat berlibur tercermin dari peningkatan pemesanan transportasi (60,8 persen), akomodasi (18,4 persen), serta aktivitas wisata (16,5 persen) dibanding Lebaran 2023.
Dalam masa Lebaran, kenaikan pemesanan moda transportasi paling tinggi dialami bus dan travel hingga 330,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Tren itu disusul KA (60,9 persen) serta pesawat (49,6 persen).
“Kinerja kapal ferijuga bertumbuh ke arah yang positif, mencatat kenaikan pemesanan sebesar 10 persen pada minggu pertama Ramadhan bila dibandingkan sepekan sebelumnya. Pemesanan terbanyak dari rute Merak-Bakauheni, diikuti rute sebaliknya,” tutur Co-Founder dan Chief Marketing Officer Tiket.com Gaery Undarsa.
Mewaspadai inflasi
Konsumsi rumah tangga hanya bersifat temporer, sehingga kontribusinya tidak bisa diharapkan akan tumbuh konsisten.
Esther mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 didongkrak konsumsi rumah tangga yang mencapai 53 persen. Namun, inflasi cenderung jadi tantangan setelah masa Lebaran.
“Harga bahan pangan naik, tapi enggak berubah ke harga semula. Selama eksekusi lancar pada suplai barang-barang tertentu, terutama kebutuhan pangan yang cukup, inflasi masih terkendali,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi akan berkelanjutan jika didorong investasi dan ekspor. Walhasil, kedua aspek ini yang perlu diupayakan ke depan. Stabilitas harga dan stabilitas nilai tukar rupiah perlu dijaga.
Stabilitas harga dapat diusahakan dengan pasokan barang yang memadai serta kelancaran distribusinya. Keseimbangan nilai tukar bisa didorong dengan menarik investasi asing lebih banyak ke Indonesia, meningkatkan ekspor, serta mengurangi impor.