Tren Wisata Kuliner hingga ”Ngabuburit” di Ruang Terbuka
Pertumbuhan ritel dengan konsep ruang terbuka atau di luar mal diprediksi akan menjadi tren ritel baru.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
Tren ritel kuliner terus berinovasi mengikuti gaya hidup. Kebutuhan untuk menikmati kuliner sekaligus berinteraksi sosial kian berkembang tidak hanya di dalam gedung pusat perbelanjaan atau mal, tetapi juga di luar mal dengan konsep alfresco dining. Konsep ritel baru ini juga menjadi pilihan ngabuburit di bulan Ramadhan.
Alfresco dining retail mengacu pada konsep restoran di area terbuka(outdoor)ataupun ritel berdiri sendiri (stand alone). Umumnya, alfresco dining retail memadukan tenant-tenant makanan dan minuman (F n B) dalam satu kawasan. Destinasi kuliner pada ruang-ruang yang lebih terbuka dipandang menghadirkan pengalaman baru, fleksibilitas untuk transaksi dan interaksi kaum urban hingga kegiatan komunitas.
Selvi, warga Bekasi, menuturkan, kuliner dan hiburan di ruang terbuka menjadi pilihan untuk ngabuburit. Area terbuka biasanya memiliki aliran udara yang sejuk dan lebih banyak tempat duduk untuk pengunjung. Gerai-gerai makanan dan minuman di area ruang terbuka juga menawarkan menu-menu yang tak kalah variatif.
”Ruang terbuka enggak kalah asyik untuk ngabuburit jika dibandingkan dengan di mal. Kita bisa duduk-duduk sambil melihat pemandangan dan mengobrol santai,” katanya saat ditemui di Gafoy Kelapa Gading, pekan lalu.
Alina, karyawati swasta di Jakarta, berpendapat senada. Sejak pandemi, ia cenderung memilih tempat makan dan ”nongkrong” di ruang lebih terbuka yang menunjang sirkulasi udara, di samping itu memberikan pengalaman berbeda dalam berinteraksi. ”Semakin banyak alternatif lokasi untuk nongkrong sekaligus bisa jadi tujuan rekreasi keluarga,” ujarnya.
Konsultan properti Knight Frank Indonesia merilis, perkembangan ritel berupa alfresco dining kian semarak di Jakarta. Dalam kurun 3 tahun terakhir, setidaknya sudah ada 13 pusat perbelanjaan berkonsep alfresco dining retail yang dibangun di Jakarta, tersebar 70 persen di Jakarta Utara, 20 persen di Jakarta Selatan, dan 10 persen di Jakarta Timur. Ruang-ruang terbuka itu berkembang pula untuk acara-acara komunitas, seperti komunitas olahraga, seni, atau budaya.
Semakin banyak alternatif lokasi untuk ’nongkrong’, sekaligus bisa jadi tujuan rekreasi keluarga.
Pengembangan ritel alfresco dining yang menjelma menjadi pusat kuliner sekaligus ruang interaksi publik antara lain di kawasan Chillax di Sudirman, Jakarta Pusat, yang dibangun oleh Keppel Land, East Coast By The Sea di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, dan Pantjoran PIK garapan Agung Sedayu Group. Ada pula Hampton Square @Manhattan District di Gading Serpong besutan Paramount Land yang dalam proses pengerjaan.
Peresmian Gafoy di Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 14 Maret 2024 juga menambah semarak pilihan alfresco dining. Gafoy yang berada pada area seluas 11.000 meter persegi dengan luas area sewa 8.500 meter persegi di kawasan Mal Summarecon Kelapa Gading menghadirkan restoran dan kafe dengan konsep ruang semiterbuka serta ruang untuk komunitas.
Seluruh segmen
Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat dalam konferensi pers Jakarta Property Highlight H2 2023, pertengahan Maret 2024, memprediksi, alfresco dining retail dan street mall akan menjadi tren ritel baru di Jakarta. Di Indonesia, konsep lifestyle mall ini sudah ada sejak tahun 2000-an, tetapi pertumbuhannya tidak semasif saat ini.
Tren tersebut dinilai sebagai bentuk adaptasi pengembang terhadap konsep ritel di luar bangunan mal yang tumbuh pada masa pandemi akibat pembatasan-pembatasan sosial yang tidak memungkinkan orang berkumpul dalam jumlah besar dalam suatu ruangan. Selain itu, konsep itu juga sejalan dengan gaya hidup konsumen yang menginginkan hal praktis.
”Alfresco dining di Jakarta menjadi tren ritel baru, menghadirkan alternatif ruang-ruang lebih segar yang menarget seluruh segmen masyarakat, menengah bawah hingga menengah ke atas,” kata Syarifah.
Director Summarecon Soegianto Nagaria mengemukakan, pihaknya mulai menggulirkan konsep alfresco dining sejak tahun 2004, yakni proyek La Piazza Kelapa Gading. Konsep itu berlanjut dengan proyek Downtown Walk di kawasan Summarecon Mal Serpong dan Bekasi. Pembelajaran selama hampir 20 tahun itu memperkuat penerapan konsep alfresco dining saat ini dengan pilihan indoor dan outdoor yang lebih nyaman dan fleksibel.
”Konsumen semakin menyukai ruang terbuka, tetapi juga setengah manja karena menginginkan ruangan yang dingin. Kami berupaya melengkapi kebutuhan itu,” ujar Soegianto saat peluncuran Gafoy Kelapa Gading.
Peluang pasar juga ditangkap Paramount Land, anak usaha dari PT Paramount Enterprise International (PEI), yang tengah menggarap lifestyle mall berkonsep alfresco dining Hampton Square @Manhattan District di Gading Serpong. Destinasi baru kuliner dan gaya hidup itu ditargetkan mulai beroperasi pada Desember 2024.
Founder dan CEO Blvprint Destinations Veri Y Setiady, yang merancang dan mengelola Hampton Square@Manhattan District, mengungkapkan, tren baru ritel modern pascapandemi membidik gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung lebih kasual dan praktis. Pola bekerja dari mana saja (work from anywhere)mendorong masyarakat urban menginginkan fleksibilitas ruang ritel.
Pengembangan ritel perlu banyak kreativitas.
Hampton Square dirancang memadukan ruang di dalam bangunan sekaligus area terbuka guna memberikan keleluasaan pengunjung untuk berbelanja, nongkrong, bekerja, rapat, berolahraga ataupun menikmati hiburan. Destinasi keluarga di kawasan permukiman itu juga dilengkapi tempat bermain anak-anak dan tempat komunitas.
”Pengembangan ritel perlu banyak kreativitas. Kombinasi ritel indoor dan outdoor menjadi nilai tambah, dengan tenant-tenant yang lebih fleksibel,” ujar Veri.
Saling melengkapi
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengemukakan, perbelanjaan konsep luar ruang atau konsep terbuka mulai banyak dicari dan diminati oleh masyarakat sewaktu pandemi Covid-19. Masyarakat merasa lebih aman, lebih sehat, dan lebih nyaman jika berada di luar ruang ataupun fasilitas publik yang berkonsep terbuka.
Sejumlah pengembang pusat perbelanjaan merespons perubahan itu dengan membangun berbagai pusat belanja yang berkonsep terbuka ataupun melengkapi mal yang telah ada dengan fasilitas-fasilitas berkonsep luar ruang meskipun tidak bisa maksimal karena berbagai keterbatasan sehubungan gedung yang sudah lama terbangun sebelumnya.
Alphonzus menambahkan, pusat perbelanjaan sangat terkait erat dengan gaya hidup. Ritel dengan konsep alfresco dining dinilai menambah ragam pilihan ritel bagi masyarakat. Namun, tren ritel baru ini dinilai tidak akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kunjungan ke mal karena setiap pusat perbelanjaan itu memiliki konsep yang berbeda.
Di sisi lain, gaya hidup selalu berubah, bahkan sangat cepat, terutama di kota-kota besar. Tren konsep luar ruang atau konsep terbuka bisa saja suatu waktu juga mengalami perubahan sehubungan dengan pengaruh gaya hidup.
”Pusat perbelanjaan harus mampu untuk selalu merespons berbagai perubahan gaya hidup masyarakat, bahkan seharusnya tidak sekadar merespons, tetapi menciptakan perubahan sebelum perubahan itu sendiri terjadi,” kata Alphonzus, pekan lalu.