Menanti Keajaiban Ekonomi di Balik Tradisi Ramadhan
Saat Ramadhan, belanja masyarakat cenderung meningkat karena tradisi menjadikan bulan puasa sebagai momen istimewa.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·4 menit baca
Pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa (12/3/2024). Muncul harapan momen Ramadhan dan perayaan Idul Fitri tahun ini bisa membawa peningkatan pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian.
Dari tahun ke tahun, Ramadhan dan Idul Fitri selalu berkontribusi mempercepat perputaran ekonomi nasional. Bagaimana tidak, besaran pengeluaran untuk konsumsi masyarakat di periode ini cenderung lebih tinggi daripada hari-hari biasa. Tak hanya oleh masyarakat Muslim, semarak Ramadhan dan Lebaran juga turut diikuti oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.
Tentu tidak mengada-ada jika menyebut momentum bulan puasa dan perayaan Lebaran memiliki nilai ekonomi tersendiri. Ini terlihat dari gejala semakin besarnya anggaran belanja masyarakat, khusus di periode Ramadhan.
Tahun lalu, data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan belanja masyarakat mengalami akselerasi seiring dimulainya bulan Ramadhan di akhir Maret 2023. Indeks nilai belanja pada Maret 2023 mencapai 136,4 atau tertinggi sejak Januari 2023.
Situasi yang sama terjadi di periode Ramadhan 2022 yang berakhir di bulan Maret. Indeks nilai belanja masyarakat pada Maret 2022 berada di level 159,9 atau level tertinggi selama pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Makanan hingga baju baru
Pada periode Ramadhan, pengeluaran belanja meningkat dipicu oleh tradisi atau kebiasaan yang menjadikan bulan puasa sebagai momentum istimewa. Pada waktu berbuka dan sahur, di meja makan keluarga Muslim yang menjalankan ibadah puasa kerap terhidang sajian yang relatif lebih beragam dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Kebiasaan ini bahkan bisa berlanjut hingga sepekan seusai Lebaran.
Banyaknya kegiatan di sepanjang Ramadhan mulai dari buka bersama, mengikuti bermacam kajian, berziarah, sampai iktikaf atau berdiam diri di masjid dengan tujuan beribadah, menimbulkan anggaran tambahan. Anggaran belanja masyarakat juga meningkat karena adanya tradisi membeli pakaian dan aksesori baru untuk dikenakan saat Idul Fitri.
Mari kita sambut bulan suci tahun ini dengan khidmat , sukacita, dan penuh rasa optimisme akan hadirnya keajaiban ekonomi. Marhaban ya Ramadhan .
Terkerek naiknya permintaan masyarakat karena faktor-faktor di atas ditopang oleh pembagian tunjangan hari raya (THR) untuk karyawan, baik swasta maupun aparatur sipil negara. Belanja masyarakat yang masuk golongan miskin juga akan ditopang oleh pembagian zakat dan sedekah yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Peningkatan konsumsi rumah tangga atau sisi permintaan tentu berjalan seiring dengan peningkatan penawaran. Imbasnya, kapasitas produksi dunia usaha ikut meningkat, baik di sisi hilir industri, seperti sektor ritel, maupun di hulu penunjang produksi barang dan jasa.
Dengan memanfaatkan momentum peningkatan konsumsi masyarakat, sektor ritel kerap memberikan diskon atau potongan harga sebagai strategi untuk dapat menarik pelanggan baru atau meningkatkan omzet.
Di sisi hilir, kue peningkatan konsumsi masyarakat tak hanya dinikmati sektor usaha berskala menengah ke atas, tetapi juga dinikmati oleh usaha-usaha berskala mikro, kecil, dan menengah.
Hal tersebut terefleksi dari munculnya usaha-usaha dadakan yang menjual berbagai barang atau jasa, seperti takjil, kue kering, parsel untuk Lebaran, rental dan cuci kendaraan, hingga layanan bersih-bersih rumah. Mereka hadir untuk mengakomodasi tingginya permintaan masyarakat di periode Ramadhan.
Tradisi mudik dan rekreasi
Tradisi mudik dan rekreasi, terutama di periode libur Lebaran, juga ikut mendorong perekonomian. Jutaan orang yang bepergian, baik ke kampung halaman maupun destinasi wisata, mengalirkan rezeki ke berbagai sektor, mulai dari transportasi, perhotelan, restoran, hingga pedagang suvenir dan oleh-oleh.
Tingginya volume perjalanan mudik akan ditopang juga dengan masifnya program mudik gratis yang diselenggarakan berbagai entitas mulai lembaga pemerintahan, badan usaha milik negara (BUMN), hingga perusahaan swasta.
Dari sudut pandang ekonomi, perjalanan mudik bukan sekadar perjalanan orang, melainkan juga perjalanan aliran dana dari kota ke daerah-daerah yang didatangi pemudik atau pelancong. Aliran dana itu mewujud sebagai biaya perjalanan, belanja makanan-minuman di daerah, akomodasi penginapan, hingga pembagian THR untuk sanak saudara di kampung halaman.
Perjalanan mudik otomatis akan mengatrol nilai transaksi belanja beraneka produk yang dijual di daerah-daerah melonjak, sajian-sajian kuliner laris diserbu banyak pembeli dari luar daerah. Angka kunjungan wisata lokal juga turut meningkat seiring maraknya jumlah pemudik yang hadir di wilayah setempat.
Geliat tahun ini
Tanda-tanda menggeliatnya pertumbuhan ekonomi yang didorong Ramadhan tahun ini sudah tecermin dari meningkatnya alokasi jumlah uang tunai yang disiapkan Bank Indonesia (BI) pada periode Lebaran kali ini. BI menyiapkan uang tunai sebesar Rp 197,6 triliun periode Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Jumlah ini meningkat dari tahun 2023 sebesar Rp 195 triliun, tapi tidak lebih banyak dari tahun 2022, yakni Rp 207 triliun.
Wajar jika momen Ramadhan hingga perayaan Idul Fitri atau Lebaran selalu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi di Tanah Air, mengingat masih tingginya kebergantungan putaran roda ekonomi nasional terhadap aktivitas konsumsi masyarakat.
Pada Lebaran 2023, momentum Lebaran turut mengakselerasi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2023 sebesar 5,17 persen secara tahunan. Tahun sebelumnya pada Lebaran 2022, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 yang bertepatan dengan perayaan Idul Fitri tumbuh 5,44 persen secara tahunan.
Berkaca dari data historis di atas, periode Ramadhan 2024 yang akan berlangsung 30 hari terhitung 12 Maret-10 April 2024 diproyeksi akan turut mengatrol pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2024 hingga triwulan II-2024.
Dengan begitu, mari kita sambut bulan suci tahun ini dengan khidmat, sukacita, dan penuh rasa optimisme akan hadirnya keajaiban ekonomi. Marhaban ya Ramadhan, selamat datang Ramadhan!