Penurunan harga beras diperkirakan lebih lambat ketimbang penurunan harga gabah.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga gabah kering panen di tingkat petani berangsur turun seiring meluasnya panen padi di sejumlah daerah. Hal itu akan diikuti dengan penurunan harga beras. Namun, penurunan harga beras diperkirakan berjalan lambat lantaran musim panen raya padi beririsan dengan masa Ramadhan-Lebaran.
Di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, panen padi telah berlangsung sejak Februari 2024 dan akan memuncak pada akhir Maret hingga awal April 2024. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang semula menembus Rp 8.500 per kilogram (kg) berangsur turun menjadi Rp 7.200 per kg.
”Pada puncak panen raya nanti, harga GKP di tingkat petani akan terus turun. Harga terendahnya diperkirakan sekitar Rp 6.500 per kg,” kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Demak Hery Sugihartono ketika dihubungi dari Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Hery menjelaskan, penurunan harga GKP bukan disebabkan oleh banjir besar pada awal Februari lalu. Banjir memang menurunkan harga GKP di sejumlah desa yang tergenang banjir.
Namun, secara umum, banjir yang terjadi di tengah defisit beras nasional justru mengatrol harga GKP. Buktinya, harga GKP di Demak pernah tembus Rp 8.500 per kg.
Pada puncak panen raya nanti, harga GKP di tingkat petani akan terus turun. Harga terendahnya diperkirakan sekitar Rp 6.500 per kg.
Penurunan harga GKP itu, lanjut Hery, lebih disebabkan meluasnya panen padi. Tambahan kuota impor 1,6 juta ton beras juga sedikit berpengaruh pada pembentukan harga GKP dan beras.
”Untuk itu, kami berharap pemerintah menghentikan impor beras kala panen raya padi berlangsung agar tidak berdampak besar pada penurunan harga GKP,” ujarnya.
Hal senada juga dinyatakan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. Harga GKP di Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro, Jawa Timur, juga berangsur turun dari di atas Rp 8.000 per kg menjadi Rp 7.300-7.600 per kg. Begitu juga di sejumlah daerah di Sumatera Selatan. Harga GKP di daerah-daerah itu sudah turun menjadi Rp 7.800 per kg.
”Seiring bertambahnya luas panenan, saya yakin harga GKP akan turun. Kami tetap akan menjaga agar harga GKP di tingkat petani tidak di bawah harga pembelian pemerintah (HPP),” katanya.
Arief menambahkan, penurunan harga GKP di tingkat petani itu akan diikuti penurunan harga beras. Saat harga GKP Rp 8.000 per kg, harga beras menjadi sekitar Rp 16.000 per kg. Dengan penurunan harga rerata GKP Rp 7.100 per kg, harga beras menjadi sekitar Rp 14.000 per kg.
Namun, Hery mengingatkan, penurunan harga beras diperkirakan bakal berlangsung lambat. Hal itu lantaran masa panen raya padi beririsan dengan Ramadhan-Lebaran.
”Pada Ramadhan-Lebaran, biasanya permintaan meningkat dan harga beras naik,” katanya.
Penurunan harga beras diperkirakan bakal berlangsung lambat. Hal itu lantaran musim panen raya padi beririsan dengan masa Ramadhan-Lebaran.
Berdasarkan data Panel Harga Pangan Bapanas, per 28 Februari 2024, harga rerata nasional GKP di tingkat petani Rp 7.120 per kg. Harga tersebut mulai turun tipis dari pekan sebelumnya sebesar Rp 7.190 per kg.
Adapun harga rerata nasional beras medium masih bergejolak di level harga tinggi. Harga reratanya baru turun tipis dari Rp 14.330 per kg pada 27 Februari 2024 menjadi Rp 14.300 per kg.
Untuk memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP), pemerintah telah meminta Bulog bersiap menyerap GKP di tingkat petani saat panen raya padi pada akhir Maret hingga April 2024. Jika harga GKP masih di atas HPP, Bulog bisa menerapkan skema komersial.
Arief menjelaskan, kendati harga GKP mulai turun, Bulog masih belum akan menyerap gabah petani. Jika hal itu dilakukan saat panen belum masif, persaingan penyerapan GKP akan semakin ketat sehinga harga GKP akan lambat turun.
Bulog baru akan menyerap gabah petani saat panen raya. Jika harganya di atas HPP, Bulog bisa menerapkan skema komersial dengan meminjam dana dari bank milik pemerintah.
”Bulog telah mendapatkan komitmen pinjaman Rp 6 triliun dari BNI (PT Bank Negara Indonesia) untuk pengadaan cadangan pangan pemerintah. Pinjaman itu berskema subsidi bunga sebesar 3 persen,” katanya.
Arief juga menegaskan, pemerintah akan menghentikan impor beras saat panen raya berlangsung. Hal itu dalam rangka menjaga harga GKP di tingkat petani tidak turun terlalu dalam.
Selain itu, Bulog juga tidak akan serta-merta membeli gabah petani yang harganya anjlok akibat kebanjiran. Gabah itu tetap harus memenuhi persyaratan Bulog, yakni berkadar air maksimal 14 persen.
”Gabah-gabah yang kebanjiran itu biasanya sudah ada pasarnya tersendiri,” katanya.