Sepenggal Romansa di Batas Negara: dari Asmara Muliyati sampai Relasi Rupiah-Ringgit
Di wilayah perbatasan, kisah romansa menyatukan warga negara Indonesia-Malaysia. Ada juga koeksistensi rupiah-ringgit.
Di sini, di batas kota ini
Ingin kutuliskan surat untukmu
Biar engkau mengerti perjalanan hidupku
Di dalam menggapai cita-cita
Lantunan dari Tommy J Pisa itu menyambut kedatangan rombongan Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2024 yang baru saja tiba di terminal penumpang Pelabuhan Kelas III Sungai Nyamuk, Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (24/2/2024). Rombongan tiba di sisi timur Pulau Sebatik setelah menempuh 10 jam perjalanan dari Dermaga Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut XIII Tarakan.
Rombongan Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) 2024 terdiri dari sejumlah pegawai Bank Indonesia (BI), prajurit TNI Angkatan Laut (AL), dan anggota Baznas. Misinya, memberikan layanan penukaran uang rupiah dan layanan kesehatan serta menyalurkan bantuan program sosial kepada masyarakat yang tinggal di wilayah 3T. Harian Kompas dan beberapa media lain berkesempatan ikut rombongan.
Tugu Rupiah Berdaulat diharapkan dapat menjadi pengingat warga sekitar sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap rupiah mengingat mereka tinggal di wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
Sekitar 8 kilometer dari Pelabuhan Sungai Nyamuk itu, Muliyati (48) baru saja tiba di warung makan miliknya. Siang itu, beberapa aparat berseragam loreng biru keabuan dan sejumlah warga sekitar tengah menikmati hidangan yang ditata sedemikian rupa di balik lemari kaca.
Kebetulan, tak jauh dari warung Muliyati tengah berlangsung acara peresmian Tugu Rupiah Berdaulat oleh BI. Monumen tersebut diharapkan dapat menjadi pengingat warga sekitar sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap rupiah mengingat mereka tinggal di wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
Warung bernuansa biru laut tersebut kira-kira hanya berjarak 10 langkah dari Patok Perbatasan Indonesia-Malaysia (PB-02) Sebatik. Meski Muliyati mengantongi identitas sebagai warga negara Indonesia, warungnya terletak di luar patok perbatasan atau dengan kata lain berdiri di wilayah negeri jiran.
Ringgit-rupiah
Baru berdiri sejak Juni 2023, warung Muliyati kerap disambangi para pelancong yang tergugah untuk melihat batas negara sekaligus mengunjungi Wisata Rumah Dua Negara. Melihat adanya peluang usaha dari kunjungan para pelancong, Muliyati pun sedikit memperbesar skala usahanya.
”Di sini, orang bisa membayar pakai dua mata uang, ringgit dan rupiah, ada juga yang pakai QRIS. Tapi, paling banyak pembayaran pakai rupiah,” katanya sembari menunjukkan sejumlah uang pecahan ringgit.
Saya orang Indonesia, tetapi menikah dengan orang Malaysia. Anak saya Malaysia semua. Tapi, saya tetap cinta Indonesia.
Peredaran kedua mata uang itu menjadi fenomena yang wajar mengingat kehidupan masyarakat di wilayah perbatasan itu hanya dibatasi oleh sebuah garis imajiner yang memisahkan teritori dua negara. Sekitar beberapa meter dari patok perbatasan, terdapat sejumlah prajurit TNI yang selalu mencatat lalu lalang warga lintas negara.
Dari sejumlah barang dagangan di warung Muliyati, salah satu yang banyak diminati pemberli adalah ragam produk minuman saset buatan Malaysia. Para pelancong dari berbagai pelosok Tanah Air yang kebetulan singgah di tempat itu banyak membeli minuman itu.
Sampai urusan keluarga
Kehidupan karakter perbatasan tidak hanya melibatkan urusan ekonomi bagi Muliyati, tetapi juga sampai urusan keluarga. Muliyati menikah dengan pria warga negara Malaysia. Pasangan ini dikaruniai enam anak.
Hubungan antara Muliyati dan sang suami sudah terjalin lama. Mereka sudah saling mengenal sejak kecil karena rumah masa kecil keduanya hanya berjarak beberapa meter, terpisah oleh patok perbatasan.
”Saya orang Indonesia, tetapi menikah dengan orang Malaysia. Anak saya Malaysia semua. Tapi, saya tetap cinta Indonesia,” imbuhnya.
Baca juga: Bela Negara Tanpa Senjata di Ujung Kalimantan
Tak hanya warung Muliyati yang menerima pembayaran dengan dua mata uang, Sugianto (66), salah seorang pemilik kebun sawit di Desa Aji Kuning, Kabupaten Nunukan, juga demikian. Ia menceritakan, tak sedikit orang Malaysia yang tinggal di perbatasan membeli hasil kebun sawitnya.
Kendati demikian, Sugianto yang kerap singgah di warung Muliyati untuk sekadar menikmati secangkir kopi masih menyimpan uang rupiah dengan jumlah yang lebih banyak ketimbang ringgit.
Ringgit yang ia terima akan ditukarkan dengan rupiah di bank atau digunakan untuk membeli kebutuhan pokok di kota Tawau, Sabah, Malaysia ,yang hanya terpisah perairan laut dengan Pulau Sebatik.
Kota Tawau
Sebagian warga di Pulau Sebatik membeli kebutuhan pokok dari kota Tawau. Tak hanya lebih dekat, harga barang-barang kebutuhan pokok di kota itu pun lebih murah ketimbang kota terdekat di wilayah Indonesia.
Harga 10 kilogram (kg) beras, misalnya, sekitar 27 ringgit 60 sen atau setara Rp 90.000. Sementara beras domestik dijual seharga Rp 130.000 per 10 kg.
Barang dari Malaysia agak lebih murah. Biasanya kami pesan kebutuhan pokok dari Tawau secara ’online’, lewat ’handphone’, nanti dikirim dari sana.
Demikian pula dengan minyak goreng. Harga minyak goreng di Malaysia sekitar Rp 16.000 per liter. Sementara minyak goreng dalam negeri dijual seharga Rp 20.000 per liter.
”Barang dari Malaysia agak lebih murah. Biasanya kami pesan kebutuhan pokok dari Tawau secara online, lewat handphone, nanti dikirim dari sana,” ujar Nila, warga Desa Pancang, Kabupaten Nunukan, seusai menukarkan uangnya.
Butuh perhatian
Desa Sungai Nyamuk berjarak 7,1 kilometer dari Patok Perbatasan Sebatik. Kira-kira 14 menit perjalanan darat menggunakan kendaraan roda empat.
Meski agak jauh dari patok perbatasan, Nila tetap menerima dua mata uang sebagai alat transaksi di kiosnya. Saat petugas BI datang ke desanya, ia menukarkan rupiah senilai Rp 2 juta untuk keperluan kembalian di kiosnya.
Baca juga: BI Distribusikan Uang Kartal di Empat Pulau Terluar di Kalimantan
Adanya penggunaan mata uang ringgit di wilayah perbatasan menjadi tanda kehadiran negara. Namun, di sisi lain, tersirat sebuah permasalahan mendasar yang dialami masyarakat perbatasan, yakni persoalan akses kebutuhan bahan pokok.
Wakil Bupati Nunukan Hanafiah menceritakan, sudah menjadi keniscayaan interaksi antarmasyarakat dua negara di wilayah perbatasan terjadi secara intens. Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap rasa nasionalisme masyarakat.
Pasokan kebutuhan pokok
Belum lagi, pasokan dari dalam negeri belum dapat mencukupi semua kebutuhan pokok masyarakat di wilayah perbatasan. Situasi ini membuat masyarakat membeli bahan pokok dari negara lain.
”Suka tidak suka, mereka ingin memenuhi kebutuhan pada saat itu yang lebih mudah, murah, dan sederhana. Masyarakat tidak dapat disalahkan juga karena mereka memang membutuhkan bahan pokok pada saat itu sehingga tidak mungkin ditunda,” katanya saat ditemui di Sebatik.
Baca juga: Menjaga Daulat Rupiah hingga ke Ujung Negeri Rempah
Oleh sebab itu, pemerintah perlu menjamin ketersediaan dan keterjangkauan harga bahan pokok bagi mereka yang berada di wilayah 3T, terutama di wilayah perbatasan. Hal ini akan membuat kedaulatan nilai tukar rupiah mengikuti dengan sendirinya.
”Kalau dari dalam negeri dapat mengatasi masalah bahan pokok dengan jumlah yang cukup (persoalan akan teratasi),” imbuh Hanafiah.
Simbol kedaulatan
Sebagai salah satu upaya untuk menegaskan wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), BI mendirikan Tugu Rupiah Berdaulat. Monumen tersebut diharapkan menjadi pengingat sekaligus mempertegas kehadiran negara di wilayah perbatasan.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim menyebut, tugas utama BI memastikan ketersediaan rupiah di seluruh wilayah NKRI. Sebab, kehadiran rupiah bukan sekadar menjadi alat transaksi, melainkan sebagai simbol kedaulatan rupiah.
”BI untuk pertama kalinya membangun Tugu Rupiah Berdaulat di wilayah perbatasan, yaitu di Sebatik. Maknanya, tugu ini menegaskan rupiah sebagai simbol kedaulatan negara sekaligus mengingatkan masyarakat di Sebatik untuk menggunakan rupiah dalam setiap transaksi. Selain itu juga menegaskan ke negara tetangga agar menggunakan rupiah di Indonesia,” ujar Marlison seusai meresmikan tugu tersebut.
Baca juga: BI Distribusikan Uang Kartal di Empat Pulau Terluar di Kalimantan
Ia menambahkan, terdapat 11 negara yang berbatasan dengan wilayah Indonesia. Sebatik adalah salah satu daerah terdepan Indonesia yang berbatasan dengan wilayah negara tetangga. Oleh sebab itu, Tugu Rupiah Berdaulat di Sebatik dapat menjadi gaung wilayah lain.
Seperti halnya lirik lagu di awal, telah terukir beragam cerita kehidupan masyarakat di batas negara, tak terkecuali kisah romansa Muliyati bersama sang suami. Ada banyak cerita di perbatasan, mulai kisah asmara dua orang beda kewarganegaraan, urusan kebutuhan pokok, sampai soal cinta Tanah Air.