Satelit komunikasi dengan masa pakai hingga 20 tahun ini diterbangkan dengan roket Falcon 9 SpaceX.
Oleh
TRI AGUNG KRISTANTO DARI FLORIDA, AMERIKA SERIKAT
·3 menit baca
The world in your hand. Dunia dalam genggaman tanganmu. Moto dari PT Telekomunikasi (Telkom) Indonesia itu bisa kian mewujud saat satelit Merah Putih-2 diluncurkan pada Selasa (20/2/2024) sekitar pukul 15.10 waktu Amerika Serikat atau Rabu pukul 03.10 waktu Indonesia.
Peluncuran dilakukan di Cape Canaveral, Florida, AS, di landasan Space X milik Elon Musk. Satelit komunikasi dengan masa pakai hingga 20 tahun ini diterbangkan dengan roket Falcon 9 SpaceX.
Satelit Merah Putih-2 merupakan satelit ke-11 sekaligus satelit pertama Telkom Group yang memakai teknologi high-throughput satellite (HTS), atau dikenal juga dengan broadband satellite. Satelit ini akan menempati slot orbit 113 derajat Bujur Timur (BT), tepatnya di atas Kalimantan. Setelah diluncurkan, perlahan-lahan satelit yang akan dikelola PT Telkom Satelit (Telkomsat) itu diharapkan bisa mulai beroperasi pada awal April 2024, melengkapi dua satelit lain yang saat ini masih beroperasi.
”Satelit Merah Putih-2 ini merupakan milestone penting bagi Telkom Group, khususnya dalam mendukung terwujudnya pemerataan akses konektivitas di seluruh Indonesia, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Keberadaan satelit ini juga menjadi fondasi yang memperkuat portofolio bisnis satelit Telkom Group yang dijalankan Telkomsat,” ungkap Direktur Utama Utama Telkom Ririek Adriansyah dari Cape Canaveral, Florida.
Meskipun ditempatkan di angkasa Kalimantan, menurut Direktur Wholesale and International Service Telkom Bogi Witjaksono serta Direktur Utama Telkomsat Lukman Hakim Abd Rauf, layanan dari satelit Merah Putih-2 yang akan menempati orbitnya pada 27 Maret 2024 itu bisa menjangkau sepertiga permukaan Bumi.
Namun, layanan satelit itu memang difokuskan untuk kepentingan negeri ini sehingga akan bisa digunakan untuk layanan dari Sabang di Aceh sampai Merauke di Papua. Satelit ini untuk kepentingan Nusantara.
Ririek menambahkan, keberadaan satelit Merah Putih-2 akan optimal dan bermanfaat optimal saat Ibu Kota Nusantara (IKN) nanti beroperasi. Tidak hanya untuk mendukung layanan komunikasi, tetapi yang lebih utama adalah untuk layanan data. Satelit ini, meskipun bisa dipergunakan langsung oleh konsumen (end user) yang melengkapi diri dengan antena penerima atau parabola, lebih dikhususkan untuk mendukung dunia usaha dan pemerintahan, termasuk anak perusahaan Telkom.
Perusahaan layanan komunikasi dan data (provider) lain dapat memanfaatkan satelit Merah Putih-2 pula. Bahkan, dengan kapasitas layanannya, satelit ini bisa memunculkan usaha kreatif baru di masyarakat, termasuk dalam bidang komunikasi serta pendidikan dan pelatihan, khususnya untuk melayani warga di daerah 3T.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail, yang hadir di Florida, menuturkan, satelit merupakan kebutuhan utama di Indonesia yang terdiri atas belasan ribu pulau. Tidak mungkin menggunakan fiber optik saja untuk layanan komunikasi dan data di Nusantara. Selain karena tantangan alamnya yang berat dan luas, hal itu juga tidak efisien. Bahkan, saat ini sejumlah satelit yang melayani Nusantara pun masih kurang.
”Apalagi, saat ini masyarakat semakin kreatif membuat aplikasi dan berbagai layanan data atau komunikasi,” kata Ismail, yang juga Komisaris Telkom. Ia memperkirakan, kebutuhan layanan satelit di Indonesia akan terus meningkat.
Curah hujan
Dengan kapasitas hingga 32 gibabit per detik (Gbps), satelit Merah Putih-2 membawa transponder aktif frekuensi C-band dan Ku-band yang akan menjangkau seluruh area Indonesia. Sebagai negara di kawasan khatulistiwa yang memiliki curah hujan tinggi, satelit ini diharapkan dapat menjadi HTS atau broadband satellite paling andal di Indonesia. Hal ini karena dari kombinasi kedua frekuensi yang dimiliki, C-band adalah frekuensi yang memiliki performa paling baik terhadap curah hujan.
Satelit Merah Putih-2 melengkapi layanan Starlink yang sudah dimiliki Telkom sebelumnya. Satelit ini menggunakan platform Spacebus 4000B2 dengan usia desain optimum 15 tahun yang dipabrikasi oleh Thales Alenia Space sebagai kontraktor utama yang bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pengujian, dan pengiriman satelit ke lokasi peluncuran.
Thales Alenia Space akan memberikan dukungan penuh terhadap sistem pengendalian satelit dari stasiun pengendali (ground control) sekaligus melatih Telkomsat agar siap dalam mengoperasikan broadband satellite ini sepanjang usia satelit.
Untuk kendaraan peluncur satelit, Telkomsat bekerja sama dengan SpaceX untuk meluncurkan satelit dari Bumi menuju ketinggian yang ditentukan menggunakan roket Falcon 9. Telkomsat juga menggandeng PT Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo) untuk menjamin risiko satelit serta Telesat sebagai konsultan Telkomsat dalam pengadaan dan manufaktur satelit. Biaya pembangunan dan peluncuran satelit Merah Putih-2 sekitar Rp 3,5 triliun.
Terkait dengan proses pemilihan mitra dan pengadaan satelit, Lukman menegaskan bahwa hal tersebut telah dilakukan sesuai dengan asas kepatuhan (compliance) dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, dari aspek bisnis, proses pemilihan mitra juga telah mempertimbangkan biaya per Gbps paling rendah sehingga menghasilkan satelit dengan kapasitas lebih besar dan harga jual kompetitif.
Satelit Merah Putih-2 akan dimanfaatkan untuk membantu pemerataan digital di Indonesia melalui penyediaan layanan backhaul berbasis satelit, mengembangkan bisnis maritim di Indonesia, dan mendukung kedaulatan data dengan mengurangi kebergantungan pada kapasitas satelit asing.