Memasuki Bab Ketiga Industri Otomotif Indonesia
Setelah menyelesaikan era produksi mobil BBM dan mobil hemat energi, kini masuk era mobil listrik.
Industri otomotif Indonesia tengah membuka lembaran memasuki bab baru yakni era kendaraan listrik. Ibarat sebuah buku ini adalah bab ketiga, setelah bab pertamanya berisi kendaraan bermotor berbahan bakar minyak dan bab kedua tentang kendaraan bermotor roda empat hemat energi dan harga terjangkau.
Bab ketiga itu ditengarai dengan semakin menjamurnya tren kendaraan listrik. Salah satunya tecermin dalam pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024. Pameran yang diikuti 53 merek pabrik mobil di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 15-25 Februari 2024, ini banyak menampilkan berbagai varian mobil elektrik, mulai dari mobil listrik berbahan daya energi baterai hingga mobil hibrida bertenaga baterai dengan bensin.
Ajang ini menjadi kesempatan para pabrikan mobil merilis varian baru kendaraan listrik mereka. Pabrikan mobil asal Korea Selatan, Hyundai, misalnya, merilis varian All New Kona EV.
Chief Operating Officer PT Hyundai Motor Indonesia Fransiscus Soerjopranoto menjelaskan, semakin mejamurnya berbagai pabrikan mobil yang merilis varian kendaraan listrik menandakan bahwa industri otomotif Indonesia telah memasuki era baru.
Seperti halnya sebuah buku, lanjut Soerjopranoto, kini industri otomotif Indonesia memasuki bab ketiga, yakni kendaraan listrik. Indonesia telah menyelesaikan bab pertama mengenai pabrikan kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (BBM) atau internal combustion engine (ICE). Setelahnya, Indonesia juga telah melewati bab kedua era produksi kendaraan bermotor roda empat hemat energi dan harga terjangkau (KBH2) atau lebih dikenal dengan low cost green car (LCGC).
”Dua bab tadi sudah kita lewati. Kini kita masuk bab tiga, yakni era kendaraan listrik,” ujar Soerjo, panggilan akrabnya, Kamis (15/2/2024).
Baca juga: 53 Merek Otomotif Ikuti IIMS 2024
Ia menjelaskan, posisi Indonesia sangat strategis untuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 270 juta orang dan ditopang perekonomian yang terus bertumbuh, Indonesia adalah pasar yang strategis untuk kendaraan listrik.
Tak hanya menilai Indonesia sebagai pasar yang potensial, Hyundai juga berencana mendorong Indonesia menjadi salah satu basis produksi mobil di kawasan Asia Tenggara. Pada 2021, Hyundai merampungkan pembangunan pabriknya di Cikarang dengan kapasitas produksi hingga 150.000 unit per tahun.
Selain itu, Hyundai juga membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat, dengan investasi senilai 3,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 45,88 triliun. Pabrik yang ditargetkan beroperasi pada April 2024 ini diharapkan bisa meningkatkan tingkat kandungan lokal Hyundai dan meningkatkan efisiensi ongkos produksi. Ini berujung pada harga jual mobil yang bisa lebih kompetitif
Dengan kekayaan alam nikel di Indonesia, pihaknya meyakini Indonesia bisa berperan penting dalam rantai pasok global kendaraan listrik. Hal inilah yang mendorong Hyundai terus berinovasi dan mengeluarkan berbagai varian baru kendaraan listrik.
Baca juga: Deretan Mobil Baru Siap Tebar Pesona di IIMS 2024
Saat ini kontribusi penjualan listrik terhadap penjualan mobil nasional masih menuju 2 persen. Dengan semakin banyaknya varian yang ditawarkan dan semakin berkembangnya ekosistem industri kendaraan listrik, diharapkan kontribusi penjualan kendaraan listrik bisa meningkat menjadi 5 persen.
Hyundai tidak sendirian memanfaatkan momentum IIMS untuk merilis varian kendaraan listrik. Pabrikan mobil asal China BYD juga merilis tiga varian kendaraan listriknya untuk diperkenalkan pertama kali pada publik Tanah Air. BYD hadir di Indonesia dengan membawa tiga model, yakni Dolphin, Atto 3, dan Seal.
Saat peluncuran tiga mobil itu, President Director PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao menjelaskan, BYD Dolphin merupakan battery electric vehicle (BEV). Varian Premium Extended Dolphin memiliki jarak tempuh hingga 490 kilometer, sedangkan varian lainnya, yakni Dynamic Standard, mampu menempuh jarak 410 kilometer.
Model Atto 3 merupakan varian jenis sport utility vehicles (SUV) dengan jarak tempuh 410 kilometer-480 kilometer. Adapun Seal berupa sedan listrik dengan kemampuan baterai hingga jarak tempuh 510-650 kilometer.
Pabrikan asal negara tetangga, Vietnam, VinFast juga memperkenalkan dirinya pertama kali kepada publik Tanah Air di ajang IIMS 2024. VinFast menampilkan mobil listrik dari pada segmen SUV, yakni model VF 5, VF e34, VF 6, VF 7, VF 8, dan VF 9.
CEO VinFast Indonesia Tran Quoc Huy menjelaskan, pihaknya hadir ke Indonesia untuk menawarkan beragam pilihan mobilitas yang lebih hijau dan berkelanjutan.
”Kami yakin bahwa platform mobilitas listrik yang telah dikembangkan oleh VinFast secara komprehensif akan membuat kendaraan listrik lebih mudah diakses oleh seluruh pelanggan. Kami ingin ini menjadi momentum transisi bagi Indonesia menuju energi yang ramah lingkungan,” ujar Tran Quoc Huy.
Selain itu, pihaknya juga mengumumkan pembangunan pabrik manufaktur kendaraan listrik lokal di Indonesia dengan proyeksi kapasitas 50.000 mobil per tahun.
Baca juga: Presiden Jokowi Buka IIMS 2024
VinFast berharap rencana pembangunan pabrik ini dapat menciptakan ribuan lapangan kerja dan berkontribusi pada pengembangan industri kendaraan listrik dalam negeri yang lebih kuat. Saat beroperasi, pabrik tersebut juga akan menjadi penghubung utama dalam rantai pasokan kendaraan listrik global VinFast.
VinFast, anggota dari VinGroup, memiliki visi mendorong kemajuan revolusi kendaraan listrik pintar global. Didirikan pada tahun 2017, VinFast memiliki kompleks manufaktur otomotif canggih berbasis di Hai Phong, Vietnam, dengan skalabilitas terdepan secara global dan menawarkan otomatisasi hingga 90 persen.
Dengan hadirnya berbagai macam pabrik kendaraan listrik, diharapkan kontribusi penjualan mobil listrik berbasis baterai terhadap total penjualan mobil bisa meningkat. Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan kendaraan listrik berbasis baterai pada 2023 mencapai 17.038 unit. Ini setara dengan 1,69 persen dari total penjualan mobil nasional 2023 yang sebanyak 1.005.802 unit.
Elektrifikasi
Berbeda dengan Hyundai, BYD, dan VinFast yang memperkenalkan varian baru kendaraan listriknya dengan berbasis baterai sepenuhnya, Toyota punya pandangan agak berbeda. Toyota memilih untuk mendiversifikasi produk kendaraannya, mulai dari kendaraan listrik baterai sepenuhnya dan kendaraan hibrida tenaga listrik dan baterai.
Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, tidak masalah apakah pasar hibrida atau mobil listrik baterai yang bisa meningkat lebih cepat karena pada dasarnya keduanya sama-sama mengusung konsep elektrifikasi.
”Kami percaya kendaraan yang terelektrifikasi itu akan naik. Jadi, tidak perlu ditahan-tahan baik kendaraan listrik berbasis baterai ataupun hibrida,” ujarnya.
Toyota menjual berbagai jenis kendaraan, baik mobil listrik baterai maupun hibrida. Mobil listrik baterai Toyota adalah BZ4X dan RAV 4 GR-S. Adapun mobil hibrida mereka muncul dalam beragam varian yang telah lebih dulu hadir sebagai mobil bensin, di antaranya Yaris Hibrida, Innova Hibrida, dan Alphard Hibrida.
Bob menjelaskan, Toyota tidak menganakemaskan produksi mobil pada varian tertentu misalkan hanya mobil listrik saja atau hibrida saja. ”Konsep pengembangan kami multipathway. Konsumen mau mobil hibrida, ya, kami siapkan. Ingin mobil listrik kami siapkan. Ingin biosolar? Atau bioethanol? Kami siapkan,” ujar Bob.
Menurut dia, pengembangan mobil itu tidak hanya harus mengandalkan satu sumber energi saja. Karena itu, pihaknya mendorong diversifikasi energi sebagai tenaga penggerak mobilnya.
Dengan berbagai pabrikan mobil berlomba-lomba merilis varian baru kendaraan listrik mereka, maka tak keliru memang bahwa industri otomotif Indonesia tengah menapaki babak barunya.
Baca juga: Masa Depan Otomotif Indonesia adalah Mobil Listrik